Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(Analisis Pragmatik)
Oleh:
ANDI.KARTINAWATI
F311 04 007
SKRIPSI
IMPLIKATUR DALAM FILM “LA VIE EN ROSE”
(ANALISIS PRAGMATIK)
ANDI. KARTINAWATI
F311 04 007
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Pada hari Jumat, 29 Juli 2011 Panitia Ujian Skripsi menerima dengan baik skripsi yang berjudul
diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana
Sastra pada Jurusan Sastra Barat Roman (Prancis) Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.
Le titre de ce mémoire est “L‟implicateur dans Le Film La Vie en Rose”. Le but de cette
récherche est pour savoir le type d‟implicateur trouvé dans le film. En plus, pour determiner la
Pour la collecte des données, on utilise la méthode de bibliographie. Tandis que pour
Les résultats de la récherche montre qu‟il y a 3 genres des imp licateurs. Ce sont
imperative et la phrase exclamative. Tandis que la ra ison d‟utilisation de cette implicateur c‟est
fierté, et le méfiant. A la fin ils experiment aussi quelques intentions, c‟est-a-dire : demander,
Pertama-tama, penulis ingin memanjatkan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Allah
S.W.T, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implikatur
Tidak lupa pula, penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada orang-
orang yang telah banyak membantu, mendukung, dan mendoakan penulis dengan tulus selama
1. Ibu Fie renziana Getruida Junus, S.S., M.Hum selaku Konsultan I dan Bapak Andi
Faisal, S.S., M.Hum selaku Konsultan II. Terima kasih atas waktu dan kesabarannya
dalam membimbing serta mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dra.Irianty Bandu dan Bapak Drs. Hasbullah, M.Hum, terima kasih atas saran-
saran dan kritiknya kepada penulis, terima kasih atas bantuan dan dukungannya
4. Kepada para dosen Jurusan Barat Roman, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin
terimakasih atas ilmu yang di berikan. Kepada Ibu Ester, terimakasih atas bantuannya.
5. Kedua orang tua penulis, H. Syahrir Bohary A. Tjatjo dan Hj, Murni A.Tippe, SKM
terima kasih atas segala doa, bantuan dan dukungannya setiap saat.
Andi Ichram Gunansyah, S.Psi dan Maemunah Saleh, S.Psi ; Andi Marini, S.Psi ;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat, khususnya kepada para mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Barat Roman
Universitas Hasanuddin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan …............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Berkomunikasi adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain,
pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur
ucapan lawan bicaranya. Setiap peserta tindak ucap bertanggungjawab terhadap tindakan dan
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi
bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain, atau
dari penutur kepada mitra tutur, dan dari penulis ke pembaca. Melalui bahasa, manusia
mengemukakan ide- idenya, baik secara lisan maupun secara tulisan atau simbol-simbol bahasa.
Oleh karena itu bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Bahasa yang kita pergunakan, baik kita ucapkan melalui mulut ataupun dituangkan dalam
tulisan memiliki bagian-bagian tertentu. Dalam berkomunikasi kita menggunakan berbagai jenis
kalimat untuk menyampaikan isi pikiran atau gagasan seseorang sehingga tersampaikan segala
membutuhkan bahasa sebagai wahana untuk menyampaikan maksud dan tujuan di antara
mereka. Dalam berkomunikasi setiap penutur menggunakan ujaran atau kata-kata tertentu
kepada pendengar. Pemilihan tuturan bergantung kepada beberapa faktor antara lain dalam
situasi apa ia bertutur, kepada siapa tuturan itu ditujukan, masalah apa yang dituturkannya, dan
lain- lain.
Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi haruslah dipahami secara tepat oleh penutur
dan mitratuturnya sehingga penggunaannya tidak menimbulkan salah pengertian. Dalam suatu
percakapan, penutur menggunakan berbagai ragam tindak tutur. Tuturan penutur dalam
berkomunikasi haruslah dipahami dengan tepat oleh mitratuturnya. Pesan seorang penutur
terhadap mitratuturnya dapat disampaikan dengan baik jika keduanya dapat saling memahami
Pengkajian suatu bahasa pada tataran struktural saja sering kali tidak menghasilkan suatu
kajian yang maksimal. Kondisi praktis penggunaan bahasa sering kali keluar dari kaidah-kaidah
struktural, tetapi proses komunikasi yang terjadi tidak menemui suatu kendala dan justru
menghasilkan suatu komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Hal itulah yang mendorong suatu
kajian terhadap suatu bahasa tidak hanya dari sudut pandang struktural saja, melainkan harus
Salah satu kajian bahasa yang mampu mengakomodasi aspek-aspek di luar bahasa dalam
pengkajiannya adalah pragmatik maupun analisis wacana. Dalam dua bidang ini, pengkajian
suatu bahasa dengan melibatkan aspek-aspek di luar bahasa yang turut serta memberi makna
dalam suatu komunikasi. Melibatkan aspek-aspek di luar bahasa sangatlah tepat ketika melihat
ditentukan oleh konteks yang melatarbelakangi bahasa itu, pragmatik menelaah hubungan tanda
Dalam pragmatik terdapat kajian tentang teori Implikatur percakapan, yaitu pecakapan
yang tersirat atau terkandung secara halus maknanya meskipun didalamnya tidak dinyatakan
secara jelas atau terang-terangan. Implikatur sangat sering terjadi dalam percakapan sehari-hari.
Implikatur dipakai untuk menerangkan makna implikasi yang terdapat di balik apa yang
diucapkan atau dituliskan sebagai suatu yang diimplikasikan. Dalam sebuah percakapan,
pemahaman tentang implikatur mutlak diperlukan untuk dapat memahami makna tersirat dalam
suatu ujaran.
Percakapan pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan
atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam berbagai suasana. Percakapan merupakan wadah
yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerjasama dan sopan santun dalam peristiwa
berbahasa. Untuk itu perlu memahami implikatur percakapan, agar apa yang diucapkan dapat
Dalam suatu percakapan, setiap bentuk tuturan pada dasarnya mengimplikasikan sesuatu.
Implikasi tersebut adalah maksud yang biasanya tersembunyi di balik tuturan yang diucapkan,
dan bukan merupakan bagian langsung dari tuturan tersebut (Wijana, 1996:37). Pada gejala
demikian apa yang dituturkan berbeda dengan apa yang diimplikasikan. Sehubungan dengan hal
menyulitkan penutur untuk memahaminya. Namun pada umumnya, antara penutur dengan mitra
tutur sudah saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, sehingga percakapan tergambar berikut
ini : “Wah, panas sekali ya ruangan ini”. Ucapan itu tidak semata- mata memberitahu keadaan
temperatur (suhu udara), namun mengandung implikasi impera tif agar orang yang diajak bicara
melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah temperatur atau ruangan yang panas tersebut.
Misalnya dengan membuka jendela bagi ruangan yang tak ber-AC atau mengecilkan suhu pada
mesin pengatur udara atau AC. Makna yang berbeda itulah yang selanjutnya digunakan sebagai
dasar adanya gejala implikatur percakapan. Adapun contoh lain penggunaan implikatur
misalnya:
mengadakan acara syukuran anaknya yang lulus dan B juga menginformasikan bahwa pada saat
A mengadakan acara, B memiliki kesibukan lain secara bersamaan. Namun, ternyata ada makna
yang lebih jauh dari percakapan di atas dan ini dapat dijelaskan melalui implikatur percakapan.
Tuturan A kepada B sebenarnya tidak semata-mata sebagai informasi akan ada acara yang
hendak ia lakukan, tetapi di balik itu terdapat suatu maksud lain, yaitu A bermaksud
mengundang B untuk datang pada acara yang ia laksanakan. Sedangkan B juga memiliki maksud
yaitu menyatakan ketidaksanggupan B untuk menghadiri acara A. Hal ini dapat dikatakan
sebagai ungkapan penolakan kepada B terhadap undangan A dengan cara yang lebih halus dan
tidak menyinggung perasaan A karena adanya alasan mengapa B tidak dapat memenuhi
undangan A tersebut.
Dalam suatu komunikasi, di dalamnya dapat dipastikan akan terjadi suatu percakapan.
Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud- maksud tertentu yang
berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Dalam kondisi tersebut suatu penggunaan
bahasa sering kali mempunyai maksud- maksud yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa
secara struktural. Pada kondisi seperti itulah suatu kajian implikatur percakapan mempunyai
Implikatur percakapan didasari oleh teori implikatur Grice (Cummings, 2007:150). Istilah
implikatur menurut Grice digunakan untuk menunjukkan atau menjelaskan apa yang
diimplikasikan, disarankan atau dimaksudkan oleh seorang pembicara berbeda dengan apa yang
dikatakan. Selain itu, implikasi pragmatik menurut Kridalaksana (1984) adalah kesimpulan dari
suatu tuturan atau ujaran yang berlatarbelakang apa yang diketa hui secara bersama-sama oleh
Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis penggunaan
implikatur yang digunakan dalam film. Hal ini memang cukup menarik untuk dibahas.
Implikatur digunakan karena ingin menyampaikan maksud pada mitra tuturnya, tetapi apakah
maksud sesungguhnya yang terkandung itu dapat dipahami oleh lawan tuturnya?hal ini
bergantung pada konteks kalimat yang perlu diperhatikan agar makna yang terkandung dapat
Dalam kajian ini, penulis lebih cenderung melihat bahasa dalam teks visual, dalam hal
ini film dan hubungannya dengan tindak tutur. Film ini memiliki daya tarik tersendiri untuk
dijadikan sebagai objek penelitian, karena film sebagai salah satu bentuk komunikasi massa yang
memiliki kedudukan unik sebagai media pengungkapan kreatifitas dari beberapa cabang seni
Sebagai media rekam, film menyajikan gambar figuratif dalam bentuk objek-objek
fotografis yang dekat dengan kehidupan manusia. Setiap film mempunyai pesan yang hendak
disampaikan oleh pembuat film kepada para penontonnya. Selain itu makin lama makin disadari
bahwa film mampu menjadi media yang efektif dalam menyampaikan informasi, baik lewat laku
dramatik yang terwakili oleh gambar- gambar, metafora dan lambang- lambang yang bergerak
dengan ritme tertentu sebagai wujud dari komunikasi verbal. Dalam tata kerjanya, pendekatan ini
Dalam film banyak ditemukan dialog-dialog yang melibatkan penutur dan mitra tutur
dimana komunikasi yang terjadi pada dasaranya mempunyai maksud dan tujuan tertentu
terhadap pendengar, yaitu agar pendengar memahami apa yang diungkapkan oleh pembicara
melalui ujaran-ujarannya. Untuk dapat memahami maksud ujaran tersebut, yang dapat diketahui
melalui ujaran, baik yang terungkap secara langsung maupun tidak langsung. Mengerti maksud
dari ujaran itu adalah hal penting dalam berkomunikasi. Tanpa mengerti maksud dari ujaran itu,
easy to understand” (sebuah film sangat sulit untuk dijelaskan karena ia terlalu mudah untuk
dimengerti). Jika pernyataan Metz diterima secara mentah, maka memang tidak ada yang perlu
dipelajari dari film, namun jika kita mengacu pada kalimat „difficult to explain‟ berarti ada
sesuatu yang tersembunyi pada film yang sulit untuk diketahui dengan mencermati dan
mempelajarinya, setidaknya kita akan mengetahui lebih dalam baik itu isi film, percakapan
tanda-tanda yang membangun komunikasi. Tanda-tanda ini berupa bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan film. Banyak ahli perfilman yang setuju bahwa inti dari sebuah film tidak
hanya bisa dipelajari pada tingkatan sintaksis belaka. Lebih dari itu untuk dapat memahami inti
film, sebuah penelitian teks pada tingkatan pragmatik juga sangat mutlak diperlukan.
Dari penjelasan sub bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa untuk mengerti suatu ujaran
diperlukan pemahaman di luar makna kata atau hubungan dengan konteks pemakainya. Sehingga
masalah utama dalam analisis adalah kedalaman pengetahuan interaksi dalam percakapan.
Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dilihat beberapa masalah yang dapat diteliti.
Namun, pada tulisan ini penelitian akan difokuskan pada implikatur percakapan yang terjadi
1. Jenis implikatur apa saja yang terdapat dalam dialog film La Vie en Rose?
2. Bagaimana wujud implikatur yang diungkapkan dalam dialog film La Vie en Rose?
1. Untuk menjelaskan jenis implikatur yang terdapat dalam dialog film La Vie en Rose
1) Sumber data primer : dialog-dialog percakapan dalam film “La Vie en Rose”
2) Sumber data sekunder : Data yang berasal dari buku-buku teori yang berkenaan
dengan tindak implikatur. Serta data-data pendukung yang diambil dari situs-situs
internet.
1.6.2 Metode Pengumpulan Data
buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang digarap. Melalui cara ini
penulis memperoleh dasar-dasar teori yang dikemukakan oleh para ahli bahasa.
menentukan permasalahan yang sedang dikaji, teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah:
a. Simak
b. Catat
Setelah menyimak dialog-dialog yang ada dalam film, kemudian mencatat secara
percakapan.
konteks permasalahan yang ada secara utuh. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Menyimak dialog-dialog yang dilakukan para tokoh yang ada dalam film.
dalam film.
- Menjelaskan maksud yang terdapat dari kalimat yang mengandung implikatur dalam
dialog.
TINJAUAN PUSTAKA
Semantik dan pragmatik berada dalam kajian yang sama yaitu menelaah makna. Dengan
demikian kita perlu memahami batasan antara semantik dan pragmatik. Dalam pragmatik makna
diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa, sedangkan dala m
semantik, makna didefinisikan semata- mata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu
bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan penuturnya. Inilah perbedannya dalam garis
besar. Namun untuk tujuan-tujuan linguistik maka batasan baru pada pragmatik : Pragmatik
adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Pandangan bahwa semantik
dan pragmatik berbeda, tetapi saling melengkapi dan saling berhubungan, mudah untuk
dipahami secara subjektif, tapi agak sulit untuk dipahami secara objektif (Leech, 1993:8).
hakikat bahasa dan batasan mengenai bahasa linguistik. Para strukturalis Amerika yakin sekali
bahwa linguistik merupakan suatu ilmu eksakta dan karena itu berusaha keras agar masalah
makna dibuang dari bidang ini. Tetapi setelah semantik berhasil menduduki tempat yang sentral
dalam bahasa, semakin tampak betapa sulitnya memisahkan makna dari konteksnya, karena
makna itu berbeda dari konteksnya yang satu ke yang lain. Sebagai akibatnya adalah semantik
2.2. Pragmatik
Pragmatik merupakan bagian dari ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari makna
tuturan penutur, makna yang berhubungan dengan konteks, menelaah maksud penutur yang lebih
banyak dari pada apa yang dituturkan oleh penutur (implikatur), memahami manipulasi bahasa
untuk kesopanan (politeness), memahami anggapan-anggapan dalam tuturan dan kalimat dan
mengetahui bagaimana manusia bertindak dengan menggunakan bahasa (speech act). Pragmatik
yaitu “ilmu yang mempelajari makna, menciptakan makna ”. Para pakar pragmatik
mendefinisikan istilah pragmatik secara berbeda-beda. Yule (2006: 3), misalnya, menyebutkan
empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang
mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang
diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang
mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam
percakapan tertentu.
(1) “Pragmatik adalah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari
kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga
pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya
(2) “Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-
Menururt Leech (1993:8) pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya
dengan situasi-situasi tuturan (speech situation). Proses tindak tutur ditentukan oleh konteks
yang menyertai sebuah tuturan tersebut. Dalam hal ini Leech menyebutnya dengan aspek-aspek
situasi tutur, antara lain : pertama, yang menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa); kedua,
konteks sebuah tuturan; ketiga, tujuan sebuah tuturan; keempat, tuturan sebagai bentuk tindakan
atau kegiatan tindak tutur (speech act); dan kelima, tuturan sebagai hasil tindak verbal (Leech,
1993: 19-20). Sementara Purwo (1993: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai
menurut Morris (dalam Levinson, 1991:1) pragmatik adalah telaah mengenai hubungan diantara
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu
telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam
Pragmatik sangat dikenal dalam linguistik karena banyak yang sependapat bahwa kita
tidak dapat mengerti benar-benar sifat bahasa itu sendiri bila kita tidak mengerti pragmatik, yaitu
bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. Tercakupnya pragmatik merupakan tahap akhir
dalam gelombang- gelombang ekspansi linguistik, dari sebuah disiplin sempit yang mengurusi
data fisik bahasa, menjadi suatu disiplin yang luas yang meliputi bentuk,makna dan konteks.
Pragmatik erat sekali hubungannya dengan tindak tutur atau speech act. Pragmatik
perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah a neka konteks sosial performasi bahasa
2.3. Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada
awalnya dikemukakan oleh seorang filsuf bernama H. Paul Grice dalam suatu “Ceramah William
James” di Universitas Harvard pada tahun 1967. Tulisannya yang berjudul “Logic and
Conversation” itu diajukannaya untuk menanggulangi persoalan-persoalan mkana kebahasaan
yang tidak dapat dijelaskan oleh teori linguistik bahasa (Grice, 1975:41). Konsep implikatur
yang pertama kali dikenalkan oleh Grice untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak
dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Jika hanya mengandalkan teori atau pemahaman
semantik saja, makna suatu tuturan atau ujaran tidak bisa dipahami dan dimengerti dengan tepat.
Ketidaktepatan pemahaman makna ujaran sangat berimbas pada tercapainya tujuan komunikasi.
Tujuan komunikasi adalah agar pesan yang ingin disampaikan oleh penutur dapat diterima
dengan benar oleh mitra tuturnya. Jika mitra tutur hanya memahami pesan penutur secara
semantis saja, komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk dapat memahami dan
Berikut beberapa pengertian tentang implikatur yang dikemukakan oleh ahli bahasa.
Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang
mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang
sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda
Senada dengan pendapat itu, Grice menunjukkan bahwa sebuah implikatur merupakan
sebuah proposisi yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks,
sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya (Gazdar,
1979:38). Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau apa yang
dimaksud oleh penutur berbeda dari apa yang dinyatakan. Sesuatu „yang berbeda‟ tersebut
adalah maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara ekspilsit. Dengan kata lain, implikatur
konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Lebih singkat lagi, Grice
(Suyono, 1990:14) mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik
yang perhatian utamanya adalah mempelajari „maksud suatu ucapan‟ sesuai dengan konteksnya.
Implikatur percakapan dipakai untuk menerangkan makna implisit dibalik „apa yang diucapkan
Setiap bentuk tuturan biasanya diasumsikan memiliki atau dilandasi suatu maksud
tertentu. Maksud dari suatu ucapan seperti itulah yang disebut oleh Grice (1975:44) sebagai
implicatum (apa yang diimplikasikan). Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, masyarakat bahasa
proposisi yang diujarkan. Dalam hubungan timbal balik dalam konteks budaya kita, penggunaan
implikatur terasa lebih sopan, misalnya untuk tindak tutur memerintah, menolak, meminta, dll.
Tindak tutur yang banyak melibatkan reaksi “emosi” mitra tutur pada umumnya lebih diterima
jika disampaikan dengan implikatur. Implikatur ini banyak juga dipakai di kalangan politikus
untuk mengaburkan maksud yang dikatakan. Senada dengan pendapat Grice, Leech (1993 : 269)
juga menyatakan bahwa implikatur digunakan agar pernyataan yang disampaikan itu lebih
santun. Sedangkan Levinson (1991:5) menyatakan bahwa implikatur dapat digunakan untuk
Dalam suatu percakapan, ujaran- ujaran yang diproduksi baik oleh penutur maupun mitra
tuturnya memiliki maksud yang tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat. Maksud tersurat suatu
tuturan atau ujaran dapat dipahami dengan mencari arti semantis kata-kata yang membentuk
ujaran tersebut dan dengan memahami aturan sintaksis dari bahasa yang digunakan dalam
tuturan itu. Sementara itu, makna tersirat suatu ujaran tidak bisa dipahami hanya dengan aturan
sintaksis maupun aturan semantik bahasa yang bersangkutan. Untuk itulah kemudian
diucapkan‟ dengan „apa yang diimplikasikan‟. Namun perbedaan itu tidak menjadi kendala
dalam percakapan, karena para pembicara sudah saling mengetahuinya. Oleh karena itulah
implikatur tidak perlu diungkapkan secara eksplisit (Wijana, 1996:68). Untuk menjelaskan hal
Secara konvensional-struklutral, kedua kalimat dalam percakapan itu nampak tidak saling
berhubungan. Namun sebenarnya terdapat faktor-faktor kebahsaan lain yang ikut dalam kalimat-
(1a) A : (dapatkah anda memberitahu pada saya) jam berapa sekarang (sebagaimana dinyatakan
B : (saya tidak tahu secara tepat jam berapa sekarang, tetapi dapat saya beritahukan kepada
anda suatu kejadian dari mana anda dapat menduga kira-kira jam berapa sekarang, yaitu) kereta
Pada percakapan di atas, informasi jawaban yang diperlukan tidak secara langsung dan lengkap
diberikan dalam dialog (1), namun keterangan yang disampaikan dalam (1a) dapat diketahui oleh
yang bertanya itu. Perbedaan antara kalimat (1) dan (1a) cukup besar, dan tidak dapat dijelaskan
oleh teori semantik konvensional. Untuk menanggulangi permasalahan seperti itu diperlukan
suatu sistem lain, dan konsep implikatur percakapan (implikasi pragmatik) dianggap dapat
mengatasinya.
Di dalam penuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar
berkomunikasi karena mereka memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang
sesuatu yang dibicarakan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak
percakapan yang tidak tertulis bahwa apa yang sedang dibicarakan itu saling dimengerti.
Nababan (1987:28) menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan konvensi makna yang
terjadi di dalam proses komunikasi. Konsep ini kemudian digunakan untuk menerangkan
perbedaan antara hal „yang diucapkan‟ dengan hal „yang diimplikasikan‟. Jika dalam
komunikasi, salah satu pihak tidak paham dengan arah pembicaraan (komunikasi) tersebut, maka
seringkali ditanyakan „Sebenarnya apa implikasi anda tadi?‟. Dengan kata lain, implikatur ini
digunakan untuk memecahkan permasalahan makna bahasa yang tidak bisa diselesaikan dan
dipecahkan oleh pengetahuan sintaksis dan semantik suatu bahasa saja karena implikatur
memberikan manfaat bagi peserta komunikasi untuk memahami apa yang tersurat dan tersirat
Perlu diketahui bahwa istilah implikatur berantonim dengan kata eksplikatur. Implikatur
adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
implikatur percakapan adalah suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan
kajian pada suatu makna yang implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna
harfiah dari suatu percakapan. Ada beberapa jenis implikatur percakapan. Menurut Grice
(Mudjiyono, 1996 : 32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan yakni: implikatur
bukan dari prinsip percakapan. Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara
konvensional, makna percakapan ditentukan oleh “arti konvensional” kata-kata yang digunakan.
Sebagai contoh :
Implikatur tuturan itu adalah bahwa Atun tidak dapat berbicara merupakan konsekuensi karena ia
tuli. Jika Atun tidak tuli, tentu tuturan itu tidak berimplikasi bahwa Atun tidak dapat berbicara
karena ia Tuli.
Implikatur praanggapan berupa andaian penutur bahwa mitra tutur dapat mengenal pasti
orang atau benda yang diperkatakan. Sebuah tuturan dapat mempraanggapan tuturan yang lain.
Implikatur praanggapan lebih mengacu pada suatu pengetahuan bersama antara penutur dan
Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa praanggapan dari tuturan tersebut adalah “Ada
minuman merk Aqua” atau “Aqua adalah minuman yang dapat diminum seperti teh, kopi, dll”.
maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapa n. Implikatur nonkonvensional
adalah implikasi pragmatis yang tersiran di dalam suatu percakapan. Sebagai contoh : “Wah,
Pak Win sekarang sudah menjadi orang”. Implikatur percakapan tuturan itu adalah bahwa dahulu
Pak Win belum sukses, karena “orang” dalam tuturan tersebut dimaksudkan sebagai “orang
sukses”.
2.4. Wujud Implikatur
Menurut Huang (2007) dalam implikatur, wujud implikatur yang biasa digunakan oleh
penutur adalah bentuk tuturan yang digunakan penutur untuk menyampaikan pesan kepada mitra
tutur secara verbal dalam sebuah percakapan, di mana wujud tuturan tersebut yang realisasinya
berdasarkan makna di luar bentuk linguistik. Wujud konkretnya dalam tata bahasa Prancis yaitu
adalah kalimat yang isinya menyatakan sesuatu. La phrase déclarative dalam pelafalan diawali
dengan intonasi naik kemudian diakhiri dengan intonasi menurun dan dalam penulisan diakhiri
La phrase interrogative (kalimat tanya) adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh
informasi atau jawaban. Dalam pelafalan kalimat interogasi ditandai dengan intonasi yang
La phrase impérative (kalimat perintah) adalah kalimat yang berisi permintaan atau
larangan. La phrase impérative biasanya ditandai dengan intonasi menurun dalam pelafalannya
Contoh : Silence!
La phrase exclamative (kalimat seru) adalah kalimat pernyataan, tetapi diungkapkan
dengan tekanan yang khusus. La phrase exclamative berakhir dengan tanda seru (!) atau tanda
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan analisis implikatur yang terdapat dalam dialog film La Vie
en Rose yang digunakan sebagai bahan penelitian. Adapun dialog yang akan dianalisis pada
penelitian ini terdapat 13 dialog yang diambil dari adegan film La Vie en Rose. Langkah yang
pertama adalah data disajikan berupa potongan dialog-dialog dari film La Vie en Rose dan
menceritakan kejadian yang terdapat dalam adegan tersebut. Kemudian menentukan kalimat
yang mengandung implikatur yang terdapat dalam dialog tersebut. Setelah itu menganalisis jenis
implikatur yang telah ditemukan dan langkah selanjutnya adalah menentukan wujud implikatur
yang terjadi. Sebagai langkah akhir adalah menjelaskan alasan penggunaan implikatur pada
dilalog dalam film La Vie en Rose. Analisis dapat dipaparkan sebagai berikut :
Dalam pokok bahasan ini akan dianalisis tentang jenis implikatur yang terdapat dalam
LVeR 00:03:46
Dalam adegan ini, Edith masih berusia 5 tahun. Terlihat ia sedang duduk di pinggir jalan
sambil menangis, sementara Annetta ibunya, sedang bernyanyi di seberang jalan. Kemudian
seorang wanita berjalan dan melihat Edith menangis, lalu wanita itu berbicara kepada Edith.
Bersama Edith, wanita tadi datang menemui Annetta. Dalam data 1), percakapan terjadi antara
seorang wanita dan Annetta. Dalam adegan tersebut sang wanita memulai pembicaraannya
dengan suara yang lantang, padahal Annetta belum pernah bertemu sebelumnya dengan wanita
itu. Sambil menunjuk ke arah Edith si wanita bertanya „Vous êtes sa mere?‟ (apakah anda
ibunya?) yang terlihat pada kalimat (1). Kemudian dilanjutkan dengan kalimat (2) “Vous êtes
morceau sans valeur d‟ordures” (Anda sepotong sampah yang tak berharga). Kemudian dengan
suara yang lantang pula Annetta menjawab , yaitu pada kalimat (3) “Faut bien que je gagne ma
vie. Je suis chanteuse” (Aku harus mencari pekerjaan untuk tetap hidup. Aku seorang penyanyi).
Pada kalimat (4) si wanita kembali bertanya dan dijawab oleh Annetta pada kalimat (5),
kemudian dengan wajah yang marah Annetta pergi sambil menggandeng anaknya dan berjalan
dengan cepat.
Implikatur terdapat pada kalimat (2) “Vous êtes morceau sans valeur d‟ordures” (Anda
sepotong sampah yang tak berharga). Kalimat tersebut termasuk jenis implikatur
nonkonvensional. Karena ada maksud yang tersirat dalam apa yang diucapkan oleh seorang
wanita, di mana pada kalimat (2) wanita tersebut menyatakan bahwa „Vous êtes morceau sans
valeur d‟ordures‟, akan tetapi makna dalam kalimat ini bukan bermakna yang sebenarnya.
Wanita tadi menggunakan kata kiasan untuk mengutarakan maksudnya. Kata „ordures‟ (sampah)
memiliki arti yaitu sesuatu yang sudah tidak pantas karena tidak berguna lagi, sesuatu yang tidak
bermanfaat, sesuatu yang tidak benilai, dan sesuatu yang kotor. Jika kata „ordures‟ yang merujuk
kepada seseorang, berarti orang yang disebut tersebut adalah orang yang dianggap tidak berguna,
atau orang itu telah melakukan hal yang tidak pantas dilakukan. Dalam adegan film ini, seorang
wanita menggunakan kalimat di atas terhadap Annetta. Kalimat implikatur tersebut digunakan
untuk mengungkapkan kekecewaannya terhadap Annetta yang sebagai seorang ibu, terkesan
tidak mempedulikan dan telah menelantarkan anaknya yang masih kecil (Edith) duduk di pinggir
jalan sambil menangis, dan hal itu dianggapnya sangat tidak pantas apabila dilakukan oleh
Dalam adegan ini, Annetta sebagai mitra tutur mengerti maksud wanita tersebut dengan
menjawab “Faut bien que je gagne ma vie, je suis chanteuse” seperti pada kalimat (3). Maksud
jawaban Annetta di sini adalah ingin memberitahukan pada wanita tersebut bahwa ia tidak peduli
apa yang dilakukan oleh anaknya karena ia harus bekerja untuk mendapatkan uang agar tetap
bertahan hidup, dan menekankan pada kalimat „Je suis chanteuse‟ agar si wanita mengetahui
bahwa pekerjaan yang dilakukan Annetta adalah sebagai penyanyi jalanan. Dapat dilihat dalam
adegan tersebut si wanita marah melihat kelakuan sang ibu (Annetta). Dalam adegan ini konteks
sangat berpengaruh. Percakapan tetap berjalan karena mitra tutur yaitu Annetta mengerti apa
Data 2)
LveR :00:06:01
Dalam adegan ini Louis datang ke rumah mama Aicha yaitu ibu dari Annetta atau Ibu
Mertua Louis, tempat Annetta menitipkan Edith kecil. Ketika Louis mengetuk pintu dan bertanya
seperti pada kalimat (6), tak nampak seorang pun yang datang membuka pintu untuknya, lalu ia
mencoba masuk ke dalam rumah dan mencari Edith dengan memangilnya, “Edith?” yaitu pada
kalimat (7). Setelah berada di dalam rumah, ia melihat seseorang terbaring di sebuah tempat tidur
dengan menggunakan selimut, kemudian ia terkejut ketika mengetahui bahwa orang yang
terbaring itu adalah Edith. Ia terkejut melihat keadaaan Edith yang nampak tidak sehat. Ketika
Louis sedang menatap keadaan Edith, masuklah mama Aicha ke dalam rumah dan bertemu
dengan Louis. Tanpa berbasa-basi, Louis kemudian menggendong Edith dan membawanya
pergi, sambil berjalan ia mengatakan “C‟est fini!”. Mama Aicha tidak mengatakan apapun, ia
Kalimat yang mengandung implikatur adalah kalimat (9) yang diucapkan Louis „C‟est
fini!‟. Maksud dari kalimat (9) di sini adalah mewakili keinginan Louis yaitu mengakhiri situasi
buruk yang sedang dialami oleh Edith. Louis melihat Edith sakit, kemudian ia ingin mengambil
Edith dan tidak ingin dititipkan lagi kepada mama Aicha dengan mengatakan „C‟est fini!‟. Louis
tidak ingin lagi mejelaskan kepada mama Aicha bahwa ia akan membawa Edith, karena ia
Kalimat (9) ini mengandung implikatur konvensional, karena kalimat yang diucapkan
oleh Louis memiliki makna konvensional dengan maksud yang ingin diutarakan. Kalimat „C‟est
fini‟ memiliki arti „sudah selesai‟, „sudah berakhir‟, „tamat‟, atau kebanyakan dapat disimpulkan
dengan kalimat „sudah cukup‟. Louis menggunakan kalimat tersebut untuk mengutarakan
maksudnya yaitu sudah cukup Edith berada di rumah mama Aicha, dan saatnya untuk
mengakhiri situasi buruk yang dialami Edith, kemudian ia akan membawa Edith pergi dari
rumah itu. Mitra tutur (MamaAicha) dapat memahami maksud penutur (Louis) langsung dari
makna konvensional tuturan „C‟est fini!‟. Ia hanya bisa diam dan melihat Louis beranjak
meninggalkan rumahnya.
Data 3)
LveR :00:08:12
Dalam data 3) di atas percakapan terjadi antara Louis dan Ibunya (Mama). Dalam adegan
ini, Louis ingin menitipkan Edith kecil pada ibunya yang memiliki usaha rumah bordil. Ketika
bercakap dengan Louis, ibunya terlihat mengerti atas kedatangan Louis dengan seorang anak
kecilnya, karena ketika ia bertanya “Elle est ou, sa mère ?” (di mana ibunya?) dan Louis
menjawab “Je sais pas” (saya tidak tahu), ia dapat menebak maksud kedatangannya dengan
mengatakan “Tu veux laisser la petite ici?” (kau ingin meninggalkan dia disini?) yaitu pada
kalimat (12) dilanjutkan dengan menghadirkan suatu bentuk tuturan pada kalimat (13) “Les gens
vont causer” (orang-orang akan bercerita). Kemudian Louis mengatakan seperti kalimat (14)
“Les gens ont toujours quelque chose à dire” (orang-orang akan selalu memiliki sesuatu utnuk
dikatakan).
Dalam percakapan ini terjadi suatu implikasi, yang dalam hal ini pihak penutur (Mama)
bermaksud menolak keinginan Louis untuk menitipkan Edith di tempatnya karena orang-orang
di sekitar tempat tinggalnya selalu bergunjing, tetapi tidak secara langsung menolak, maksudnya
diimplikasikan di balik tuturan yang bersifat informatif tersebut. Dalam adegan ini Mama
mengucapkan kalimatnya dengan nada yang sinis, yang juga dapat diartikan bahwa ia
sebenarnya keberatan apabila harus merawat seorang anak kecil, dengan penolakannya itu ia
implikasikan secara halus dan menjadikan orang-orang di sekitarnya sebagai alasan untuk
mewakili penolakannya. Kalimat mama kemudian dijawab oleh Louis di mana ia pun
bermaksud untuk tetap menitipkan Edith, tapi juga diimplikasikan dalam kalimatnya dan tidak
secara langsung mengatakan bahwa ia tetap ingin menitipkan Edith dengan mengatakan „Les
nonkonvensioal. Makna dari kalimat tersebut yaitu ingin menyatakan penolakan terhadap niat
Louis secara halus dan diimplikasikan di balik tuturan yang bersifat informatif. Kemudian
dijawab oleh Louis yang juga mempunyai maksud untuk tetap pada niatnya. Implikatur ini
disebut implikatur nonkonvensional karena kalimat yang diungkapkan Mama memiliki arti yang
tersirat dari apa yang ingin diutarakan sebenarnya. Mama mengatakan „Les gens vont causer‟
yang artinya „orang-orang akan bercerita‟. Kata „causer‟ (bercerita) yang dimaksud dalam
kalimat ini adalah „bergunjing‟. Dari kalimat yang diucapkan tersebut nampak sang Mama tidak
ingin apabila orang-orang di sekitarnya bercerita tentangnya berkaitan dengan anak kecil tersebut
(Edith). Hal itu mewakili maksudnya yang secara tersirat berisi sebuah penolakan bahwa ia
diucapkan mama, dengan mengatakan „Les gens ont toujours quelque chose â dire‟ seperti pada
kalimat (14). Kalimat ini pun mengandung implikatur nonkonvensional, karena maksud yang
ingin disampaikan oleh Louis tersirat di balik kalimat yang diucapkannya. Pada kalimat „Les
gens ont toujours quelque chose â dire‟ secara leksikal memiliki arti „orang-orang selalu
memiliki sesuatu untuk dikatakan‟, apabila dilihat dari konteksnya kalimat tersebut dapat berarti
„orang-orang akan selalu bergunjing‟. Maksud dari kalimat yang ingin diungkapkan Louis adalah
ibunya tidak perlu memikirkan tentang apa yang akan dikatakan oleh orang lain mengenai Edith
maupun ibunya, karena orang-orang akan tetap selalu memiliki bahan untuk diperbincangkan.
Dalam kalimat ini nampak Louis tidak mempermasalahkan tentang hal tersebut. Kalimat yang
diungkapkan Louis pada kalimat (14) tersebut memiliki makna yang berbeda dengan apa yang
diucapkannya. Sebenarnya ia bermaksud bahwa ia akan tetap pada niatnya menitipkan Edith di
rumah ibunya yang diimplikasikan pada kalimat „Les gens ont toujours quelque chose â dire‟ .
Data 4)
LveR :00:12:10
Dalam adegan ini percakapan terjadi antara Mama (Ibu dari Louis) yang merupakan
pemilik rumah bordil dan Titine yaitu seorang PSK yang bekerja pada Mama. Sebelum terjadi
percakapan antara mereka berdua, seorang teman Titine telah memberitahukan padanya bahwa ia
harus bekerja pada malam itu. Akan tetapi pada saat itu Titine tidak ingin bekerja dan mengunci
dirinya di dalam kamar bersama Edith, sampai Mama mengetahui hal tersebut. Mama lalu
berbicara dan memberi perintah agar Titine keluar kamar dan bekerja seperti biasa yaitu sebagai
pekerja seks komersial (PSK) yang selalu siap melayani tamu-tamu yang datang, dengan
mengucapkan kalimat (15) “Allez. Ouvre cette porte.” (Ayolah. Buka pintunya). Kemudian
Titine mengatakan bahwa ia tidak ingin bekerja sebagaimana yang diucapkannya pada kalimat
(16). Mama terlihat marah dengan jawaban yang d iucapkan oleh Titine, kemudian memberi
pertanyaan pada Titine, “Tu te crois â I'hôtel?” (kau kira ini di hotel?) seperti yang tertera pada
kalimat (18), lalu Titine menjawab “Je garde Edith ce soir. Je la garde” (kalimat 19) .
Dalam dialog di atas, kalimat (18) tersebut Mama mempunyai maksud tertentu yang
ingin di sampaikan kepada Titine. Pertanyaan yang diungkapkan oleh mama berisi sebuah
peringatan kepada Titine tentang keadaannya yang saat ini berada di rumah bordil milik Mama,
yang berarti ia memiliki kewajiban untuk bekerja. Hal itu terimplikasi dalam suatu bentuk
tuturan yang terdapat pada kalimat (18) di atas. Dengan adanya pertanyaan yang dilontarkan oleh
mama kepada Titine, maka Titine terlihat memikirkan sesuatu dan memberikan jawaban dengan
mengatakan „Je garde Edith ce soir. Je la garde‟ seperti pada kalimat (19).
Kalimat (18) ini merupakan jenis implikatur praanggapan. Dari kalimat „Tu te crois â
l'hôtel?‟ dapat disimpulkan bahwa praanggapan dari tuturan tersebut adalah kata „hôtel‟ (hotel).
Arti dari kata „hotel‟ adalah sebuah tempat penginapan kelas menengah hingga kelas atas. Hotel
biasanya digunakan oleh orang-orang yang sedang bepergian ke tempat lain dan tidak memiliki
tempat tinggal untuk beristirahat. Kebanyakan orang yang menggunakan fasilitas hotel adalah
orang yang memiliki uang yang lebih, karena harus menyewa kamar dalam sebuah hotel, dan
biasanya hotel merupakan tempat yang nyaman di mana orang dapat bersantai di dalamnya.
Dalam hal ini, ketika Mama melontarkan pertanyaan yang tertera pada kalimat (18) tersebut
kepada Titine, ada pengetahuan bersama antara penutur (Mama) dan mitratuturnya (Titine)
mengenai arti kata „hôtel‟. Pada kalimat yang diucapkan Mama ini juga berarti sebuah sindiran
kepada Titine karena Mama mengetahui betul keadaan Titine yang sebenarnya yang saat ini
tidak sedang berada di sebuah hotel. Dalam percakapan di atas, Mama beranggapan bahwa Titine
mengetahui pasti maksud yang dikatakannya, dan kemudian Titine memberikan jawaban yang
Data 5)
LveR :00:12:52
Percakapan di atas terjadi antara Mama, Titine dan Daniella. Masih dalam adegan yang
sama, yaitu Titine yang pada malam itu tidak ingin bekerja hingga membuat Mama marah
meskipun Daniella telah membujuknya dan memberitahukan bahwa tamunya telah datang,
seperti yang tertera pada kalimat (20), akan tetapi Titine memberi jawaban yang dapat
disimpulkan bahwa tetap berkeras pada niatnya yang tidak ingin bekerja. Mendengar jawaban
dan rekasi Titine yang tidak juga segera keluar dari kamarnya membuat Mama semakin marah
dan mengucapkan “Sors! ou tu vas te retrouver â la rue.” (Keluar! Atau kau akan berada di
jalanan) kemudian mengatakan “J'en ai marre!” seperti yang terlihat pada kalimat (24) dan
kalimat (25).
Kalimat yang diucapkan mama pada kalimat (24) di atas mengandung implikatur, karena
dari kalimat yang diucapkan terdapat sebuah isi yang tersirat. Dalam kalimat (24) terdapat kata
perintah „Sors!‟ yang menyuruh Titine agar ia keluar dari kamarnya, kemudian dilanjutkan
dengan sebuah tuturan yang bersifat informatif. Dari kalimat „ou tu vas te retrouver â la rue.‟
terdapat maksud yang ingin disampaikan kepada Titine. Mama menggunakan implikatur untuk
mengungkapkan maksudnya yaitu memberi gambaran kepada Titine apabila ia tidak ingin
bekerja, maka ia akan dikeluarkan dari rumah Mama, sehingga akibatnya Titine bisa berada di
jalanan. Selain itu mama terlihat sangat kesal dengan perbuatan Titine, dengan mengatakan „J'en
ai marre !‟ (saya sudah kesal). Titine pun mengerti maksud yang diucapkan oleh Mama dengan
memberi reaksi segera keluar dari kamar kemudian dengan berat hati ia keluar dari kamar
dilihat dari percakapan yang terjadi, terdapat maksud yang tersembunyi di balik kalimat yang
agak sulit dipahami apabila kita tidak mengerti konteksnya. Arti dari kalimat „Sors! ou tu vas te
retrouver â la rue.‟ adalah „Keluar!‟ yaitu sebuah kata perintah untuk menyuruh seseorang untuk
keluar dari dalam ruangan, kemudian dilanjutkan dengan kata penghubung „ou‟ (atau) yang
memiliki arti adanya sebuah pilihan dan selanjutnya kalimat „tu vas te retrouver â la rue‟ yang
berati „kau akan menemukan dirimu di jalanan‟. Maksud yang ingin disampaikan Mama adalah
ia ingin memberikan gambaran kepada Titine yaitu ia akan dikeluarkan dari rumah Mama
(diusir) apabila ia tidak mengikuti perintah Mama, yaitu tidak melakukan kewajibannya bekerja
sebagai PSK, dan apabila ia diusir maka akibatnya ia tidak lagi memiliki tempat tinggal, dan
pekerjaan. Kalimat ini juga berisi sebuah amcaman, karena di dalam kalimat tersebut terdapat
dua pilihan yang diberikan oleh Mama kepada Titine yaitu terdapat kata „ou‟ di dalamnya.
Dalam percakapan ini, konteks sangat mendukung penggunaan implikatur, oleh karena itu Titine
dapat mengerti maksud yang tersirat dari kalimat yang dikatakan oleh Mama, ditambah lagi
Mama memperlihatkan kekesalannya dengan mengatakan kalimat „J'en ai marre!‟ seperti pada
kalimat (25). Dengan adanya ancaman yang diberikan oleh Mama membuat Titine tidak dapat
LVeR :00:32:56
Pada adegan ini Louis melakukan sebuah pertunjukan akrobatik di sebuah jalan yang
ditemani oleh Edith (berusia 10 tahun) yang berdiri di dekatnya sambil memegang sebuah topi
sebagai tempat untuk menyimpan uang yang akan diberikan oleh penonton. Setelah Louis selesai
menujukkan aksinya, seorang penonton bertanya pada Louis yang terlihat pada kalimat (26) “Et
I'acrobatie de la petite?” (dan pertunjukan anak kecil itu?). Louis pun terlihat sedang
memikirkan sesuatu, kemudian ia bebrbisik pada Edith “Edith, Ils vont partir” (Edith, mereka
akan pergi) seperti pada kalimat (28). Reaksi Edith pada saat itu terlihat sangat gugup karena ia
tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya, namun dengan ragu ia melangkah ke depan
kemudian menyanyikan sebuah lagu. Setelah Edith melakukan aksi bernyanyi, para penonton
merasa terhibur dan terlihat menyukai aksi yang dilakukan Edith. Hal itu dapat terlihat dari
ujaran (29) “Bravo!” (Bagus!), dan tepuk tangan yang sangat meriah serta pemberian uang yang
banyak. Setelah itu Louis berkata kepada para penonton “C‟est ma fille.” (ini putriku).
Kalimat (26) di atas merupakan kalimat implikatur, pada kalimat tanya yang diucapkan
seorang penonton terdapat maksud yang tersirat yaitu bahwa ia sebenarnya tidak hanya ingin
melihat pertunjukan dari Louis saja, akan tetapi ia juga ingin melihat aksi apakah yang dapat
dilakukan oleh Edith. Kalimat (26) yang diucapkan tersebut merupakan jenis implikatur
nonkonvensional, karena ada maksud yang tersembunyi yang sedikit berbeda dengan apa yang
dikatakannya. Kalimat „Et I'acrobatie de la petite ?‟ yang artinya „dan pertunjukan anak kecil
itu?‟ berisi bahwa si penonton menanyakan pertunjukan apa yang dimiliki oleh si anak kecil.
Akan tetapi, tidak hanya itu yang ingin disampaikan oleh penonton tersebut, maksud yang
tersirat adalah ia ingin melihat aksi Edith memintanya untuk memperlihatkan aksinya tersebut.
Makna tersebut tersembunyi di balik pertanyaan yang dilontarkan kepada Louis, dan ia pun
mengerti maksud yang ingin di sampaikan, sambil mengatakan „Ca arrive.‟ kepada penonton, ia
Kalimat (28) lalu diucapkan oleh Louis kepada Edith, „Edith, Ils vont partir.‟ yang
mengandung implikatur. Dari kalimat yang diucapkan Louis, ia bermaksud untuk memberi
perintah kepada Edith agar melakukan suatu aksi yang dapat menghibur sesuai permintaan
penonton tersebut agar mendapatkan uang yang banyak. Kalimat yang mengandung implikatur
ini merupakan jenis implikatur nonkonvensional, karena di balik kalimat itu Louis memiliki
maksud yang tersirat yang tidak diungkpakan secara langsung kepada Edith. Arti dari kalimat
„Edith, Ils vont partir‟ adalah „Edith, mereka akan pergi‟ yang berisi apabila Edith tidak
melakukan sebuah aksi hiburan maka penonton akan pergi. Dalam kalimat ini Louis
menghadirkan suatu bentuk tuturan yang bersifat informatif saja yang dibaliknya terdapat sebuah
perintah kepada Edith untuk melakukan sebuah aksi. Kalimat ini juga berisi gambaran yang ingin
disampaikan kepada Edith, bahwa apabila para penonton pergi, maka mereka tidak akan
mendapat uang yang banyak. Edith dapat memahami maksud Louis yang terdapat di balik
kalimat informasinya. Kemudian Edith memberikan reaksi yaitu memberanikian diri untuk
bernyanyi di depan para penonton. Louis tidak melakukan tindak tutur yang secara langsung
yaitu menyuruh Edith, tetapi diimplikasikan melalui tuturan yang bersifat informatif. Edith pun
Setelah Edith bernyanyi, ia mendapat tepuk tangan yang meriah dari para peno nton.
Dengan penuh senyum, saat itu juga Louis mengatakan „c‟est ma fille.‟ yang tertera pada kalimat
(30). Kalimat ini merupakan implikatur, yang memiliki arti di baliknya. Kalimat implikatur ini
merupakan jenis implikatur nonkonevsional. Isi dari kalimat ini, Louis memberitahukan kepada
penonton bahwa Edith adalah putrinya, akan tetapi di balik itu ia sebenarnya ingin
mengungkapkan rasa bangga terhadap putrinya yang telah berhasil menghibur para penonton
dengan suaranya yang bagus. Maksud yang ingin disampaikan tersebut terimplikasi di balik
kalimat singkat „C'est ma fille.‟ yang dengan kata lain mengungkapkan kepada penonton bahwa
anak yang berbakat itu adalah putrinya. Para penonton terlihat merasa puas dan memberikan
LveR :00:36:01
Dalam adegan ini Edith berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai penyanyi jalanan untuk
mendapatkan uang. Edith sering melakukan hal ini bersama sahabatnya bernama Momone.
Ketika itu mereka akan memulai untuk bernanyi di sebuah jalan. Dalam adegan ini Momone
memberitahukan bahwa ia ingin sedikit makan, seperti pada kalimat (31) “Je veux becqueter”,
kemudian Edith mengatakan, “On chante une demi-heure et on va manger” seperti pada kalimat
(32). Sambil berjalan menuju tempat di mana mereka akan bernyanyi, mereka pun bercakap-
cakap seperti yang tertera pada kalimat (34) dan kalimat (35) di atas.
Pada kalimat (32) yang diucapkan Edith di atas merupakan implikatur, karena ada makna
lain yang tidak diungkapkan oleh Edith. Kalimat ini bisa saja berarti bahwa setelah mereka
bernyanyi lalu mereka akan pergi makan karena lapar, tetapi maksud di balik kalimat yang
diucapkan Edith adalah mereka tidak punya uang, maka dari itu mereka akan benyanyi terlebih
dahulu untuk mendapatkan uang, setelah itu barulah mereka bisa pergi membeli makanan.
Kalimat (32) tersebut termasuk jenis implikatur pranggapan. Praanggapan dalam hal ini adalah
Momone dan Edith sudah mengetahui kebiasaannya, yaitu bernyanyi untuk medapatkan uang
kemudian membeli makan. Tuturan seperti ini akan sulit dipa hami apabila keduanya tidak
mengetahui dasar pengetahuan bersama antara Edith dan Momone. Jadi pada percakapan ini
Data 8)
LveR :00:38:03
Dialog 8) ini terjadi antara Edith dan Momone di mana dalam adegan itu mereka sedang
makan di sebuah kedai sambil berbincang-bincang. Percakapan diawali dengan pertanyaan Edith
kepada Momone “Préferes travailler avec moi ou â l'usine?” yang kemudian dijwab oleh
Momone dengan mengatakan “J‟inciserais plutôt ma gorge que travail dans l'usine” yang tertera
pada kalimat (36) dan (37). Momone pun kembali bertanya pada Edith “Et toi?” pada kalimat
(38), dan dijawab oleh Edith pada kalimat (39) lalu dilanjutkan dengan kalimat yang
diungkapkan Momone “Tu trimais dans ta cremmerie de merde” pada kalimat (40).
Dalam dialog di atas, jawaban yang diberikan Momone pada kalimat (37) sekilas nampak
tidak berhubungan dengan pertanyaan Edith pada kalimat (36). Kalimat (37) tersebut merupakan
implikatur. Dari konteks tersebut, jawaban yang diberikan Momone jika diartikan secara harfiah
akan sulit diterima karena ia mengatakan „J‟inciserais plutôt ma gorge que travail dans l'usine‟,
akan tetapi Momone punya maksud tersendiri dan mengungkapkannya lewat kalimat tersebut.
Impliaktur ini temasuk jenis implikatur nonkonvensional, karena terdapat maksud tersembunyi
yang ingin disampaikan oleh penutur (Momone) kepada mitratuturnya (Edith), yang
diimplikasikan dalam sebuah kalimat yang sebenarnya sulit untuk dimengerti. Dalam kalimat ini,
kalimat yang digunakan oleh Momone merupakan kata kiasan untuk memberikan sebuah
gambaran bahwa bekerja di sebuah pabrik merupakan pekerjaan yang sangat berat baginya,
kemudian terdapat kata „plutôt‟ yang artinya „lebih baik‟ atau „lebih menyukai‟ menunjukkan
sebuah pilihian dalam kalimat tersebut. Di balik tuturan tersebut dapat disimpulkan sebagai
bentuk penolakan Momone bahwa ia sama sekali tidak ingin bekerja di sebuah pabrik. Edith pun
tidak bermasalah dengan tuturan Momone karena ia mengerti maksud yang ingin disampaikan
oleh Momone walaupun maksud yang ingin diutarakan oleh Momone tersirat di balik kalimat
LveR :00:40:44
Louis Leplée : Gadis kecilku, kau akan merusak suaramu jika begitu.(41)
Edith : Aku butuh makan sehat, pak.(42)
Louis Leplée : Tentu saja.(43)
Namaku Louis Leplée.(44)
Edith sedang bernyanyi di seberang jalan dalam adegan ini (mengamen), ketika sedang
bernyanyi nampak seorang pria separuh baya memperhatikan Edith yang sedang bernyanyi.
Setelah ia selesai bernyanyi pria tersebut datang menghampirinya dan mengatakan “Ma petite
fille, tu vas te casser la voix” (Gadis kecilku, kau akan merusak suaramu kalau begitu),
kemudian dijawab oleh Edith “Faut bien manger, Monsieur” seperti pada kalimat (42). Pria
tersebut mengerti dan mengatakan “Certainement” lalu memperkenalkan diri “Je m‟appelle
Kalimat (42) yang diucapkan Edith tersebut mengandung implikatur, karena ketika
dikaitkan dengan apa yang dikatakan oleh Louis Leplée, terlihat percakapan mereka seperti tidak
berhubungan, tetapi jika kita mengetahui dan mengerti konteksnya, maka sebenarnya ada makna
di balik kalimat yang diucapkan oleh Edith. Kalimat (42) di atas merupakan jenis implikatur
praanggapan. Maksud tersebut dapat dimengerti oleh Louis karena ia memiliki pranggapan
yang sama dengan Edith bahwa dengan bernyanyi di jalan (mengamen) Edith bisa mendapatkan
uang untuk membeli makan. Maksud yang ingin disampaikan tersebut terimplik asi di balik
tuturan yang ia sampaikan kepada Louis. Louis mengerti maksud yang ingin disampaikan Edith
tanpa menjelaskan makna kalimat yang sesungguhnya, hal itu terlihat dari ucapannya
Data 10)
LveR :00:41:30
Dalam adegan ini terjadi pertengkaran antara Edith dan Albert. Albert adalah teman Edith
yang juga menjadi majikannya dalam pekerjaannya menjadi penyanyi jalanan. Sepulangnya dari
mengamen, Edith lalu menyerahkan hasil keringatnya kepada Albert. Akan tetapi Albert merasa
kesal karena uang yang diperoleh oleh Edith pada hari itu sangat kurang dan tidak seperti yang
diharapkan Albert sehingga terjadi pertengkaran di antara mereka yang terlihat pada dialog data
10) di atas.
Implikatur terjadi pada kalimat (56) yang dikatakan oleh Albert kepada Edith, „Sinon,
t'iras écarter les cuisses, comme les autres‟ (kalau tidak, kau akan membuka pahamu seperti
yang lainnya). Kalimat ini memiliki maksud tertentu yaitu ingin mengatakan pada Edith bahwa
kalau ia tidak mendapatkan uang yang lebih banyak lagi, maka ia harus bekerja sebagai seorang
pekerja seks seperti wanita yang lainnya, di mana pada saat itu banyak wanita yang tidak
memiliki uang memilih untuk menjadi seorang pekerja seks komersial (PSK) untuk mendapatkan
uang yang lebih. Albert tidak mengatakannya secara langsung tetap i mengimplikasikan
maksudnya tersebut.
Kalimat (56) di atas termasuk jenis implikatur praanggapan. Dari kalimat tersebut yang
menjadi praanggapan adalah „écarter les cuisses‟. Kata „écarter‟ memiliki arti „memisahkan‟
atau „merenggangkan‟, dan kata „les cuisses‟ adalah „paha‟. Jadi arti kalimat (56) di atas adalah
„kau akan membuka pahamu‟. Dari kalimat tersebut praanggapan yang muncul bila melihat
konteks yang ada maka dapat disimpulkan maksud yang ingin disampaikan adalah „menjadi
seorang pekerja seks‟. Edith terlihat mengerti dengan maksud yang ingin disampaikan karena ia
memiliki pranggapan bahwa apabila seorang wanita yang melakukan hal seperti „écarter les
cuisses‟ (membuka paha) maka dapat diketahui bahwa maksud kalimat tersebut adalah menjadi
seorang pekerja seks, tetapi maksud yang ingin di sampaikan secara halus yang terimplikasi di
Data 11)
LveR :00:46:01
Dialog di atas terjadi antara Louis Lpelée, Edith dan Josseta. Pada malam itu Edith akan
tampil untuk pertama kalinya di sebuah panggung kelab malam milik Louis Leplée. Pada waktu
yang ditentukan Edith seharusnya sudah bersiap tampil di atas panggung untuk bernyanyi, tetapi
Louis melihat belum juga ada tanda-tanda bahwa ia akan segera tampil. Louis kemudian
mencari Edith di ruang ganti di belakang panggung untuk mengetahui apa yang dilakukan Edit h.
Setelah melihat apa yang dilakukan Edith, Louis bertanya kepada Edith, “Qu'est-ce que vous
fabriquez?” pada kalimat (57). Ia melihat Jossette sedang membantu merajut baju yang
dikenakan Edith. Edith menjawab pertanyaan Louis “J'ai pas eu le temps de finir de la tricoter”
yaitu kalimat (58) dan Josette menambahkan “On lui créé une manche” pada kalimat (59). Louis
terlihat kesal lalu ia kembali bertanya, “C'est le moment?” (sekarang?) pada kalimat (60).
Setelah melontarkan pertanyaannya tadi, Louis melanjutkan lagi dengan mengatakan “La salle
est pleine” (Ruangan sudah penuh) yaitu kalimat (61). Pada kalimat (62) dan (63) Jossette
Kalimat (60) yang diucapkan Louis tersebut mengandung implikatur. Pertanyaan itu tidak
seharusnya muncul. Pertanyaan itu dilontarkan oleh Louis untuk mempelihatkan keheranannya
kepada Edith yang saat itu sedang dibantu oleh Jossete menjahit baju yang dipakai Edith.
Sedangkan pada saat itu, ia seharusnya sudah siap untuk tampil di atas panggung. Jadi,
pertanyaan yang diucapkan oleh Louis menunjukkan rasa heran yang terimplikasi oleh
pertanyaan tersebut. Kalimat (60) yang diucapkan oleh Louis merupakan implikatur
konvensioanal. Pada saat itu ia melontarkan pertanyaan „C'est le moment?‟ yang berarti „saat
ini?‟ atau „sekarang?‟ untuk menyatakan keheranannya yang melihat Edith belum juga bersiap
untuk tampil. Kalimat itu dapat dimengerti melalui arti yang sebenarnya.
Kalimat (61) „La salle est pleine‟ yang juga dikatakan oleh Louis termasuk jenis
implikatur pranggapan. Kata yang menjadi praanggapan dalam kalimat tersebut adalah „pleine‟
yang berarti „penuh‟ atau „padat‟. Dalam konteks ini para pelibat sudah memiliki pengetahuan
bersama mengenai kata „penuh atau padat‟ tersebut, bahwa ruangan sebenarnya sudah padat
karena telah banyak penonton dan undangan yang hadir di dalam kelab tersebut yang sedang
menantikan hiburan yang akan disuguhkan. Louis hanya mengatakan bahwa ruangan sudah
penuh, ia mengimplikasikan maksudnya di balik kalimat yang dituturkan, dan para lawan tutur
Selanjutnya implikatur terdapat pada pernyataan Jossette, kalimat (63) „Elle va pas entrer
en scene en clocharde‟ termasuk jenis implikatur nonkonvensional, di mana pada kalimat ini
kata „clocharde‟ sepertinya tidak berhubungan dengan apa yang mereka perbincangkan, tetapi
tetap ada maksud di balik itu yang ingin disampaikan oleh Jossette, yaitu kata „clocharde‟ yang
berarti „gelandangan‟. Seperti yang diketahui bahwa gelandangan adalah orang yang hidup di
pinggiran jalan karena tidak memiliki uang dan pekerjaan sehingga tidak memiliki rumah atau
tempat tinggal, mereka biasanya menggunakan baju yang sobek karena tidak memiliki baju yang
bagus. Gelandangan sering juga disebut sebagai pengemis. Dalam konteks ini Jossette
menggunakan kata yang mengandung hiperbola dalam menyampaikan maksudnya yaitu kata
„clocharde‟. Maksud „clocharde‟ dalam kalimat Jossette ini bukan dalam arti yang sebenarnya,
tetapi mengacu kepada „pakaian yang sobek dan terlihat jelek‟. Josstte menganggap bahwa
seorang yang akan bernyanyi di atas panggung harus terlihat cantik dan tidak layak
menggunakan pakaian yang terlihat jelek atau sobek. Maksud tersebut diimplikasikan dalam
sebuah kalimat yang sebenarnya merupakan sindiran, hal itu terlihat dari konteks yang
mendukung.
Data 12)
LveR :00:56:17
pembunuhan itu. Ketika Edith datang untuk melihat jasad Louis, ia ditemui oleh seorang
inspektur polisi untuk memberikan penjelasan terkait dengan pembunuhan Louis. Beberpa
pertanyaan pun dilontarkan kepada Edith. Sampai pada pernyataan Inspektur berikutnya pada
kalimat (69) “La complicité, ça peut t'embarquer tres loin.”, yang dibantah oleh Edith dengan
mengatakan “Je suis pas coupable, j'ai rien fait.”, kemudian ia terlihat sedih dan menambahkan
Dari data 12) di atas, kalimat (69) „La complicité, ça peut t'embarquer tres loin‟ yang
diucapkan oleh inspektur merupakan kalimat yang mengandung impliaktur. Kalimat (69)
termasuk jenis implikatur konvensional, karena makna yang terdapat pada kalimat yang
diucapkan oleh inspektur dapat diartikan secara harfiah. Dalam kalimat ini, „La complicité‟
adalah keterlibatan (dalam suatu perbuatan) atau dengan kata lain dapat disebut
„persekongkolan‟. Jadi dalam kalimat yang diucapkan oleh inspektur dapat disimpulkan bahwa ia
mencurigai Edith terlibat atau melakukan persekongkolan dengan para pembunuh Louis, hal itu
diimplikasikan dalam bentuk pernyataan tersebut. Makna implikatur yang diucapkan itu dapat
dimengerti oleh Edith, terlihat pada kalimat (70) „Je suis pas coupable, j'ai rien fait‟. Edith
Louis. Kata yang diucapkan oleh inspektur dapat di mengerti secara konvensional.
Data 13)
LveR :00:56:50
Pada data 13) percakapan masih terjadi antara insperkur dan Edith. Edith merasa tidak
nyaman karena adanya dugaan yang ditujukan kepadanya oleh inspektur yang telah
menginterogasinya lebih jauh, sehingga membuat Edith menjadi marah. Dengan suara yang
lantang Edith mengatakan “Ordure! saloperie!” dan “C'est dégueulasse, ce que vous faites!”
seperti pada kalimat (72) dan (73). Seketika dengan suara yang lantang pula inspektur memberi
peringatan kepada Edith dengan mengatakan kalimat “Eh ! T'es pas au music hall, ici.”
Kalimat (72) „Ordure! saloperie!‟ yang dicapkan Edith merupakan impliktaur. Kalimat
(72) di atas termasuk jenis implikatur nonkonvensional, karena ada maksud yang tersirat dalam
kalimat yang tidak diucapkan Edith secara langsung kepada inspektur. Ia mengucapkan kata
„Ordure!‟ yang berarti sampah atau kotoran. Apabila kata „Ordure‟ mengacu kepada seseorang,
maka anggapan yang ada adalah orang tersebut tidak berguna bagaikan sampah. Biasanya orang-
orang menggunakan kata tersebut untuk mengungkapkan rasa marah terhadap orang yang
ditujukan. Kemudian ditambah lagi dengan kata „Saloperie!‟ yang berarti „menjijikkan‟ yang
mendukung penggunaan kata „Ordure‟ . Dalam adegan ini, Edith menggunakan kata kiasan
tersebut untuk mengungkapkan rasa marahnya terhadap inspektur yang telah menginterogasinya
lebih jauh dan menduga bahwa ia sedang terlibat dalam pembunuhan Louis, sedangkan ia sendiri
merasa tidak melakukan hal tersebut. Rasa marahnya diimplikasikan di balik kata yang
diucapkan tersebut.
Kemudian kalimat (74) „Eh! T'es pas au music hall, ici.‟ yang diucapkan oleh inspektur
juga merupakan implikatur. Kalimat tersebut terlihat sama sekali tidak ber hubungan dengan
percakapan sebelumnya karena mereka tidak sedang membicarakan soal musik, akan tetapi
terdapat maksud tertentu yang ingin disampaikan, yaitu ia ingin memberikan informasi atau
peringatan kepada Edith bahwa ia tidak sedang berada di sebuah panggung . Dari kalimat yang
diucapkan inspektur ada makna yang tersirat yaitu ia ingin memberi perintah yang berisi „diam!‟
atau „jangan berbicara dengan suara yang lantang seperti ketika kau berada di panggung, karena
ini bukan di sebuah panggung di mana kau bisa bernyanyi dan mengeluarkan suara yang
lantang‟. Maksud tersebut terimplikasikan dalam sebuah implikatur pada kalimat (74) di atas.
Kemudian kalimat (74) di atas merupakan jenis implikatur pranggapan, di mana ketika
penutur (inspektur) mengatakan „Eh! t'es pas au music hall, ici.‟, inspektur dan Edith sudah
memiliki pengetahuan bersama yaitu pada kalimat „music hall‟ yang mempunyai arti „gedung
pertunjukan musik‟ atau dapat disimpulkan dengan kata „panggung‟. Dalam hal ini panggung
merupakan tempat di mana Edith sering bernyanyi dengan suara yang lantang. Kalimat seperti
ini akan sulit dimengerti apabila keduanya tidak memiliki praanggapan atau dasar pengetahuan
yang sama tentang apa yang sudah diucapkan oleh inspektur yaitu „music hall‟. Kalimat tersebut
memiliki maksud yang tersirat, yaitu terdapat sebuah perintah yang ditujukan kepada Edith agar
tidak memberikan suara yang lantang dalam percakapan yang mereka lakukan. Implikatur
Dari pemaparan analisis data di atas, maka jenis implikatur yang telah ditemukan dalam
dialog adalah :
2 Kalimat (9)
1. Implikatur Konvensional 11 Kalimat (60) 3 kalimat
12 Kalimat (69)
1 Kalimat (2)
Kalimat (13)
3
kalimat (14)
5 Kalimat (24)
Kalimat (26)
2. Implikatur 10 kalimat
6 Kalimat (28)
Nonkonvensional
Kalimat (30)
8 Kalimat (37)
11 Kalimat (63)
13 Kalimat (72)
4 Kalimat (18)
7 Kalimat (32)
9 Kalimat (42)
3. Implikatur Praanggapan 6 kalimat
10 Kalimat (56)
11 Kalimat (61)
13 Kalimat (74)
3.2. Wujud Implikatur
Wujud implikatur adalah sejumlah wujud tuturan yang realisasinya berdasarkan makna di
luar bentuk linguistik. Wujud konkretnya berupa la phrase déclarative (kalimat pernyataan), la
phrase interrogative (kalimat tanya), la phrase imperative (kalimat perintah), dan la phrase
- Data 1), kalimat (2) : “Vous etes morceau sans valeur d‟ordures.” (Kau sepotong
sampah yang tak berharga). Kalimat di atas merupakan kalimat déclarative atau
- Data 3), kalimat (13) : “Les gens vont causer.” ( Orang-orang akan bercerita).
- Data 3), kalimat (14) : “Les gens ont toujours quelque chose à dire.” (Orang-orang
selalu memiliki sesuatu untuk dikatakan). Kalimat di atas digunakan penutur untuk
menentang argumen mitra tutur, yang diwujudkan dalam bentuk kalimat déclarative
atau pernyataan.
- Data 6), kalimat (28) : “Edith, Ils vont partir.” (Edith, mereka akan pergi). Kalimat
di atas digunakan penutur yang bermakna memberi perintah kepada mitra tutur, yang
- Data 7), kalimat (32) : “On chante une demi-heure et on va manger.” (Kita
déclarative.
- Data 8), Kalimat (37) : “J‟inciserais plutôt ma gorge que travail dans l'usine. (Aku
lebih baik mengiris leherku daripada bekerja di pabrik). Kalimat di atas merupakan
1995:287).
- Data 9), Kalimat (42) : “Faut bien manger, monsieur.” (Aku butuh makan, pak).
Kata faut di atas berasal dari kata il faut yang merupakan verba impersonel untuk
- Data 10), Kalimat (56) : “Sinon, t'iras écarter les cuisses, comme les autres.”(Jika
tidak, kau akan membuka pahamu seperti yang lainnya). Kalimat di atas yang
- Data 11) Kalimat (61) : “La salle est pleine” (Rauangan sudah penuh). Kalimat di
déclarative.
- Data 12), Kalimat (69) : „La complicité, ça peut t'embarquer tres loin.‟ (Keterlibatan,
déclarative.
memperoleh informasi atau jawaban. Dalam pelafalan kalimat interogasi ditandai dengan
intonasi yang meninggi dan dalam penulisan di akhiri dengan tanda tanya (?) (Grevisse
- Data 4), Kalimat (18) : “Tu te crois â I'hôtel ?” (Kau pikir ini di hotel?). Penutur
menggunakan kalimat di atas untuk memberi sebuah informasi kepada mitra tutur.
- Data 6), kalimat (26) : „Et I'acrobatie de la petite ?‟ (Dan keahlian anak kecil itu?).
La phrase impérative (kalimat perintah) adalah kalimat yang berisi permintaan atau
pelafalannya dan diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya (Grevisse dan
Goosse, 1995:113).
- Data 5), Kalimat (24) : “Sors! ou tu vas te retrouver â la rue. (Keluar! Atau kau akan
berada di jalanan). Kalimat di atas diungkapkan oleh penutur yang bermakna ingin
kalimat impérative pada awal kalimat yaitu „Sors!‟ kemudian dilanjutkan dengan
kalimat pernyataan.
dengan tekanan yang khusus. La phrase exclamative berakhir dengan tanda seru (!) atau
- Data 2), Kalimat (9) : “C‟est fini!” (Sudah cukup!). Penutur menggunakan implikatur
exclamative.
panggung di sini). Kalimat implikatur diucapkan oleh penutur terhadap yang berisi
Dari analisis data di atas, penulis mengklasifikasikan wujud implikatur yang ditemukan
Dari bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai penggunaan implikatur. Menurut teori
Grice (1975:44) dalam penggunaan bahasa sehari- hari, masyarakat bahasa sering menggunakan
memperluas proposisi yang diujarkan. Dalam konteks budaya Indonesia implikatur biasa
digunakan karena ingin terasa lebih sopan, misalnya untuk tindak tutur memerintah, menolak,
meminta, dll. Senada dengan pendapat Grice, Leech (1993 : 269) juga menyatakan bahwa
implikatur digunakan agar pernyataan yang disampaikan itu lebih santun. Sedangkan Levinson
Dalam penelitian ini penulis melihat beberapa alasan lain yang digunakan tokoh film La
Vie en Rose dalam menggunakan implikatur. Analisis dapat dipaparkan sebagai berikut:
Data 1)
Dalam dialog di atas kalimat (2) merupakan implikatur. Kalimat yang digunakan terdapat
Dalam adegan ini seorang wanita mengungkapkan kalimatnya dengan suara yang lantang dan
wajah yang terlihat marah. Pada dialog di atas wanita menggunakan implikatur karena ingin
memperlihatkan rasa kecewa dan marah terhadap Anetta yang bernyanyi di seberang jalan dan
melantarkan anak kecilnya (Edith) yang sedang menangis. Ia mengungkapkan perasaannya
Data 2)
Pada data 2) tersebut yang merupakan implikatur adalah kalimat (9) yang diucapkan oleh
Louis. Implikatur ini digunakan karena ingin mengungkapkan perasaan marah kepada mama
Aicha yang tidak merawat Edith dengan baik. Ia juga terlihat iba terhadap Edith dengan keadaan
yang dialaminya. Ia menggunakan kalimat seru di atas yang memiliki makna tertentu di
baliknya.
Data 3)
Kalimat (13) dan (14) adalah implikatur dalam dialog di atas. Dalam adegan ini Mama
untuk menitipkan Edith. Penolakan tersebut terimplikasi di balik kalimat (13) di atas, dan Mama
mengungkapkan maksud yaitu menentang argumen yang diucapkan oleh ibunya yang berisi
penolakan terhadap permintaannya, sementara ia ingin tetap menitipkan Edith di tempat ibunya.
Pertentangan tersebut tersirat di balik kalimat yang diucapkannya. Kalimat tersebut diucapkan
secara halus dengan intonasi yang datar, jadi percakapan tetap terlihat santai karena masing-
Data 4)
Pada data 4) di atas, yang mengandung implikatur adalah kalimat (18) yang diucapkan
oleh Mama. Dalam adegan ini Mama menggunakan implikatur karena ia ingin memperlihatkan
kekesalannya terhadap kelakuan Titine yang tidak ingin bekerja pada malam itu, sehingga ia
memberi sebuah peringatan yang tersirat di balik kalimat (18) di atas. Implikatur di atas juga
dilakukan karena ingin memberi sebuah sindiran kepada Titine mengenai keadaannya saat itu.
Data 5)
Dalam data 5) di atas, kalimat (24) merupakan implikatur yang diucapkan oleh Mama
kepada Titine. Kalimat tersebut muncul karena Mama merasa marah terhadap Titine. Implikatur
digunakan Mama untuk memberikan ancaman yang tersirat di balik kalimat (24). Kalimat yang
diungkapkan oleh Mama tersebut diucapkan dengan suara yang lantang, hal itu ia lakukan agar
Data 6)
......
Dalam adegan di atas, terdapat tiga implikatur dalam dialog. Yang pertama adalah
kalimat (26) yang diucapkan oleh seorang penonton kepada Louis. Implikatur tersebut digunakan
karena ingin mengajukan permintaan secara tersirat kepada Louis agar Edith menunjukkan
aksinya keoada para penonton. Ia tidak mengungkapkan permintaannya secara langsung, tetapi
Implikatur yang kedua terdapat pada kalimat (28) yang diucapkan Louis kepada Edith.
Implikatur digunakan karena ingin memberi perintah secara tersirat kepada Edith untuk
menunjukkan aksinya di depan para penonton. Maksud yang ingin disampaikna oleh Louis
Implikatur yang ketiga terdapat pada kalimat (30) yang diungkapkan Louis kepada para
penonton. Ia menggunakan implikatur tersebut karena merasa senang dan ingin menunjukkan
suatu kebanggaan yang ia rasakan terhadap putrinya Edith yang memiliki suara yang bagus dan
dapat menghibur para penonton. Hal itu tersirat di balik kalimat (30) di atas.
Data 7)
Dalam kutipan dialog di atas, kalimat yang merupakan implikatur adalah kalimat (32)
yang diungkapkan oleh Edith kepada Momone. Implikatur digunakan Edith karena ingin
mengungkapkan maksud yaitu menolak permintaan Momone. Kalimat itu berisi informasi
mengenai kebiasan yang mereka lakukan setiap hari, yaitu bernyanyi untuk mendapatkan uang
kemudian hasil yang didapatkan akan digunakan untuk membeli makan. Dari kalimat yang
diungkapkan Edith terdapat maksud yang tersirat di baliknya yang tidak diucapkan secara
langsung.
Data 8)
Dari kutipan dialog di atas, implikatur terdapat pada kalimat (37) yang diungkapkan oleh
Momone kepada Edith. Momone menggunakan implikatur karena ingin menunjukkan penolakan
dengan menggunakan kata kiasan. Implikatur tersebut berisi sebuah informasi bahwa ia tidak
ingin bekerja di sebuah pabrik karena ia menganggap bahwa bekerja di pabrik sangat be rat
baginya.
Data 9)
Dalam data 9) di atas, kalimat (42) merupakan implikatur yang diungkapkan oleh Edith
kepada Louis. Implikatur digunakan Edith karena ingin memberi informasi kepada Louis, bahwa
ia membutuhkan makan yang sehat sehingga ia harus bernyanyi di jalan untuk mendapatkan
Data 10)
Dari kutipan dialog di atas, implikatur terdapat pada kalimat (56) yang diungkapkan
Albert kepada Edith. Implikatur diungkapkan Albert dalam keadaan marah, karena pada saat itu
Edith tidak membawa hasil mengamen yang banyak. Ia menggunakan implikatur karena ingin
memperlihatkan rasa marah dan juga memberi ancaman kepada Edith. Ancaman tersebut tersirat
Dari data 11) di atas, terdapat beberapa implikatur. Implikatur yang pertama terdapat
pada kalimat (60) yang dilontarkan oleh Louis kepada Edith. Implikatur digunakan Louis karena
ingin menunjukkan perasaan yaitu keheranan terhadap apa yang Edith lakukan, di mana Edith
seharusnya sudah siap untuk tampil di atas pangung tetapi ternyata Louis tidak mendapatkan hal
tersebut.
Kemudian implikatur terdapat pada kalimat (61) yang juga diucapkan oleh Louis.
Implikatur digunakan karena ingin memberi informasi dan mengingatkan Edith bahwa ruangan
telah padat oleh para penonton yang menantikan hiburan dari Edith. Ia memberi peringatan
Implikatur juga terdapat pada kalimat (63) yang dilontarkan Jossette kepada Louis.
Dalam adegan ini, implikatur digunakan Jossette karena ingin mengungkapkan maksud yaitu
memberi sindiran kepada Edith yang menggunakan baju sobek padahal malam itu ia akan
mengungkapkan maksud yang disampaikan secara tersirat di balik kalimat (63) di atas.
Data 12)
Dari kutipan dialog di atas, kalimat (69) merupakan implikatur yang diungkapkan oleh
inspektur polisi kepada Edith. Dalam adegan ini inspektur menggunakan implikatur karena ingin
bahwa Edith diduga terlibat dalam kasus pembunuhan ini, tetapi diimplikasikan di balik kalimat
(69) di atas.
Data 13)
Dari kutipan dialog di atas, kalimat (72) dan kalimat (74) merupakan implikatur.
Implikatur pada kalimat (72) diungkapkan oleh Edith kepada inspektur polisi. Dalam adegan ini,
Edith menggunakan implikatur karena ingin memperlihatkan rasa marahnya terhadap inspektur
yang telah menginterogasinya lebih jauh. Edith mengetahui betul isi dari pertanyaan yang
dilontarkan oleh inspektur, yaitu ia dicurigai terlibat dalam pembunuhan Louis, maka dari itu ia
menggunakan implikatur yang terdiri dari kata kiasan dan mengacu kepada inspektur polisi
untuk mengungkapkan rasa marahnya. Implikatur di atas diungkapkan oleh Edith dengan suara
yang lantang.
Kemudian implikatur juga diungkapkan inspektur dalam kalimat (74) di atas. Dalam
adegan ini inspektur menggunakan implikatur karena ingin memberi perintah kepada Edith,
selain itu ia juga menggunakan implikatur untuk memberi peringatan kepada Edith agar tidak
berbicara dengan suara yang lantang (berteriak) kepada dirinya. Hal itu terimplikasi di balik
Dari hasil analasis yang dilakukan, maka penulis menemukan alasan penggunaan
implikatur dalam film La Vie en Rose, yaitu keinginan untuk mengungkapkan perasaan seperti
rasa marah, kecewa, heran, terkejut, bangga, dan curiga dan keinginan untuk mengungkapkan
PENUTUP
Dari hasil analisis implikatur yang dilakukan penulis pada dialog dalam film La Vie en
Rose, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Terdapat tiga jenis implikatur yang ada pada dialog dalam film La Vie en Rose, yang
praanggapan. Dari dialog yang dianalisis, implikatur yang dominan dilakukan adalah
Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana (edisi terjemahan oleh I.Soetikno).
Gazdar, Gerald. 1979. Pragmatics, Implicature, Presuppasition, and Logical Form. England :
Academy Press.
Boek.
Grice, H Paul. 1975. “Logic and Conversations” dalam Cole dan Jl. Morgan, Syntax and
Mujiyono, Wiryationo. 1996. Implikatur Percakapan Anak Usia Sekolah Dasar. Malang : IKIP
Malang.
Nababan, PWJ. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Depdikbud.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1993. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta : Kanisius.
Wright, Richard A. 1975. Meaning and Conversational Implicature. New York : Academi Press.
Yule, George. 2006. Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Nur Wahyuni). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sumber lain :
Inte rnet :
Hadiati, Chusni. 2007. Tesis: Tindak Tutur Dan Implikatur Percakapan Tokoh Wanita
WITA).
WITA).
SINOPSIS FILM:
La Vie en Rose adalah film produksi Perancis tahun 2007 dengan sutradara Oliver
Dahan. Film yang dirilis di Perancis ini mengisahkan tentang perjalanan hidup penyanyi Edith
Piaf. Edith Piaf (19 Desember 1915–10 Oktober 1963) adalah biduan sekaligus idola Perancis
pada masanya yang terkenal dan dikenal luas sebagai penyanyi pop di Perancis. Lagu-lagu Piaf
menggambarkan kehidupannya yang tragis. Alur film La Vie en Rose menggunakan gaya
penceritaan yang berbolak balik sepanjang beberapa dekade kehidupan Edith Piaf. Bagian awal
film menceritakan tentang kehidupan anak-anak Edith Piaf, dan film ini diakhiri saat kematian
penyanyi ini, dimana ia terlihat lemah dan terlihat lebih tua 20 tahun dari usianya yang
sebenarnya. Beberapa bagian kehidupan Piaf mulai dari kepedihan di masa kanak-kanak, ia
menemukan dunianya di bidang musik, kemudian masuk ke dunia gemerlap aktris, kegagalan
Film ini dimulai pada masa kanak-kanak Edith. Ia ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya di
tempat neneknya yang menjalankan usaha rumah bordil. Edith kemudian menjadi kesayangan
para PSK di situ, terutama dari seorang PSK muda bernama Titine (Emmanuelle Seigner), yang
memperlakukan Edith seperti anaknya sendiri. Suatu hari, ayahnya (Jean-Paul Rouve), kembali
menjemput Edith untuk mengajaknya bermain sirkus sebagai manusia karet. Mereka berdua
akhirnya meninggalkan sirkus tempat mereka bermain dan memulai pertunjukan mereka sendiri
aneh dan ia pun mampu bernyanyi dengan suara yang merdu. Sekitar enam tahun kemudia n,
Edith (diperankan oleh Marion Cotillard), dan teman baiknya Momone (Sylvie Testud), telah
menjadi penyanyi jalanan. Mereka kemudian bertemu dengan seorang pemilik klab malam
bernama Louis Leplee (Gerard Depardieu), yang kemudian mengontrak Edith untuk bernyanyi di
klabnya. Namun Louis kemudian terbunuh, yang mengakibatkan Edith merasa akan kehilangan
masa depannya. Di tengah keraguannya itu, ternyata ia menemukan orang yang mampu
mengajarinya teknik bernyanyi yang baik, dan tidak lama setelah itu Edith mampu menjadi
Pada pertengahan tahun 1940-an ketika Edith tinggal di kota New York, ia bertemu
dengan Marcel Cerdan (Jean-Pierre Martins) seorang petinju yang telah menikah dan terlibat
affair dengannya. Edith Piaf mengatakan Marcel adalah cinta sejatinya, sampai pada kematian
Marcel akibat kecelakaan pesawat tahun 1949. Sejak kematian Marcel Cerdan itu, Edith
menggunakan seluruh waktunya untuk bernyanyi. Ia sempat menikah dua kali selama tahun
1950-an. Akan tetapi, di film ini sutradara hanya memberi sedikit porsi untuk menceritakan
Edith akhirnya menjadi pecandu morfin dan alkohol. Upayanya untuk meninggalkan
kebiasaan buruknya ini selalu gagal dilakukannya, sampai akhirnya ia mengidap penyakit
meningitis, yaitu infeksi selaput pada otak. Ketika umurnya berada di penghujung 40-an,