Vous êtes sur la page 1sur 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

KARSINOMA PARU

OLEH:
NI MADE WIDYANTHI
P07120014022
2.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
KARSINOMA PARU

A. Konsep Dasar Kasus


1. Pengertian
a. Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price,
patofisiologi, 1995).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor
di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat
penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk
kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun
jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus
misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma.

b. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1) Merokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap
hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2) Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali.
3) Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa
penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas
yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat
dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi
(juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
4) Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut
juga merokok.
5) Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
6) Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan
khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan
myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2)
7) Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
efek dari merokok dihilangkan.

c. Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel
tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran
dari ketiganya.
1) Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau
displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya
tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan
menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening
hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-
laki daripada perempuan.
2) Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
3) Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor
paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang
jauh.
4) Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush
artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat
letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
5) Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

d. Stadium
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint
Committee on Cancer.
Gambarn TNM Definisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi
TIS Karsinoma in situ
T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru
atau pleura viseralis yang normal.
T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran
dimana sudah menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus
berjarak 2 cm distal dari karina.
T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung
pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau
pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam
jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang
mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau
adanya efusi pleura yang maligna.
Kelenjar limfe
regional (N)
N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe
regional.
N1 Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar
hilus ipsilateral.
N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe
subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar- kelenjar limfe
hilus kontralateral; kelenjar-kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis jauh (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti
otak).
Kelompok stadium
Karsinoma Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat
tersembunyi dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.
TxN0M0
Stadium 0 Karsinoma in situ
TISN0M0
Stadium I Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti
T1N0M0 metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang
T2N0M0 jauh
Stadium II Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti
T1N1M0 adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau
T2N1M0 hilus ipsilateral.
Stadium IIIa Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti
T3N0M0 metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus
T3N0M0 ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IIIb Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus
Setiap T N3M0 tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe
T4 setiap NM0 skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang
termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis
kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IV Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Setiap T, setiap
N,M1

e. Tahap Perkembangan Kanker Paru


Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
 Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-
paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
 Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar
paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh
yang jauh

2) Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)


 Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak
(sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat
adanya tumor di paru-paru.
 Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada
lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
 Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru
dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
 Stadium II, merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan
kelenjar getah bening di dekatnya.
 Stadium III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di
sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar
getah bening di sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor
tersebut.
 Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus
paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah
menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar
adrenalin, hati, dan tulang

2. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
Patway Ca Paru

Broncus
Broncus
(percabangan
(percabangan
segmensegmen
atau subsegmen)
atau
subsegmen)

Trauma
Trauma
oleh oleh
udaraudara
(tar rokok,
(tar rokok,
paparan
paparan
industry)
industry)
Bahan karsinogenik mengendap

Deskuamasi Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Produksi mucus


bronkus

Cell cadangan basal mukosa Bersihan jalan nafas tidak efektif


bronkus

Hyperplasia, metaplasia, displasia Cell kanker

Karsinoma sel Adenokarsinoma Karsinoma sel bronchial Karsinoma sel besar


skuamosa a alveolus

Karsinoma Mengandung mucus Membesar/metastas Penyebaran neoplastik


bronkus e
berkembang
Menyumbat jalan Obstruksi Kemediastenu
Batuk lebih sering nafas bronkus m

Sesak Dispnea ringan Timbul arena pleuritik


Iritasi,
ulserasi,
pnemonie Ketidakefektifan Gangguan pola Nyeri
jalan nafas nafas
Himoptisis
Malas makan/ Ansietas
Gg pertukaran gas anoreksia

Nutrisi kurang
dari kebutuhan Kurang pengetahuan
Anemis

Kelelahan

Intoleransi Insomnia
aktivitas
3. Tanda dan Gejala
Keluhan utama:
a. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3
minggu
b. Batuk darah
c. Sesak napas
d. Suara serak
e. Nyeri dada yang persisten
f. Sulit/sakit menelan
g. Benjolan di pangkal leher
h. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar
atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
a. Berat badan berkurang
b. Nafsu makan hilang
c. Demam hilang timbul

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <
2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

5. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk pengobatan
paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, distres
pernapasan karena sindrom vena kava superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor,
nyeri hebat pada sindrom pleksus brakialis. Jika pada saat bedah didapat
pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan pada kasus pasca bedah dengan
metastasis KGB mediastinal (N2) dipertimbangkan pemberian radioterapi
dan/atau kemoterapi.
b. Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV KPKBSK,
dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau
gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik
(darah) baik yaitu
 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl
Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan menggunakan
COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari, 5 hari dalam
seminggu. Pemberian radiosensitiser dapat lebih meningkatkan respons irradiasi
itu, misalnya dengan memberikan obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan,
gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat kecil sehingga tidak mempunyai
efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan sendiri (radiotherapy only) atau
kombinasi dengan kemoterapi (konkuren, sekuensial atau alternating) meskipun
sebagai konsekuensinya toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu.

c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru.
 Kemoterapi untuk KPKSK
 Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stage terbatas atau stage luas.
Tambahan radiasi kepala dilakukan setelah kemoterapi 6 siklus.
 Kemoterapi untuk KPKBSK berdasarkan stage. Kemoterapi dapat diberikan
pada semua stage tetapi pada stage I dan II pascabedah kemoterapi ditentukan
berdasarkan stage pascabedah. Kemoterapi untuk KPKBS stage III dan IV
merupakan terapi paliatif. Stage I dan II yang inoperable cases ( PS buruk atau
tidak bersedia di operasi atau ada kontraindikasi untuk operasi) dapat
dianjurkan kemoterapi dan sebaiknya dipertimbangkan pula radioterapi.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain: keadaan umum
baik skala karnofsky >70), fungsi hati, ginjal dan sistem homeostatik (darah) baik
dan masalah finasial dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat
adalah;
 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl

Tampilan umum berdasarkan Skala karnofsky


Skala Pengertian
90 – 100 0 dapat beraktifiti normal, tanpa keluhan yang menetap
70 - 80 1 dapat beraktifiti normal tetapi ada keluhan berhubungan dengan
sakitnya
50 – 70 2 membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifiti yang
spesifik
30 – 50 3 sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktifiti rutin
10 - 30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur

Rejimen kemoterapi
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih
dari 1 obat anti-kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap
siklusnya.
Kemoterapi untuk KPKSK diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin based”
rejimen yang diberikan :
 Sisplatin + etoposid
 Sisplatin + irinotekan (CPT-11)
 Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan
irinotekan digantikan dengan dosetaksel.
Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan sampai
lebih dari 6 siklus) dengan ”platinum based” rejimen yang diberikan sebagai
terapi lini pertama (first line) adalah :
 Karboplatin/sisplatin + etoposid
 Karboplatin/sisplatin + gemsitabin
 Karboplatin/sisplatin + paklitaksel
 Karboplatin/sisplatin + dosetaksel
6. Komplikasi
Kanker paru dapat memicu timbulnya beberapa penyakit lain. Penyakit tersebut antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Efusi pleura, terjadi karena sel kanker memproduksi cairan sehingga memenuhi
rongga pleura
b. Sindrom vena kava superior, muncul akibat penekanan atau invasi masa ke vena
cava superior sehingga menimbulkan gejala lain.
c. Obstruksi bronkus, terjadi karena sel kanker intrabronkial menyumbat langsung
atau sel kanker di luar bronkus menekan bronkus sehingga terjadi sumbatan
d. Invasi dinding thoraks
e. Batuk darah (hemoptysis)
f. Kompresi penekanan esophagus
g. Kompresi sumsum tulang, biasanya terjadi karena efek samping obat maupun
radiasi. Gejala yang paling sering muncul adalah leucopenia dan trombositopenia
h. Metastasis sel kanker ke bagian tubuh yang lain, merupakan komplikasi paling
umum pada kasus kanker. Bisa terjadi secara intrapulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti metastasis ke tulang maupu ke otak.
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan
rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial
(menunjukkan efusi ), takikardia, disritmia.
c. Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat,
gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
d. Eliminasi: Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal), peningkatan
frekuensi/jumlah urine.
e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus,
kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah,
periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder
terhadap peningkatan hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak,
paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja,
peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan
aliran udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang
mengalami lesi) Hemoptisis.
h. Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru,
TBC. Kegagalan untuk membaik
k. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan
bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-
tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

b. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang berlebih
b. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
c. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
d. Nyeri akut b.d agen cedera
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
f. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum
g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan
kurang informasi.
h. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik

c. Perencanaan/Intervensi
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
1 Ketidak Setelah dilakukan NIC:
efektifan asuhan keperawatan 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
bersihan jalan …x24 jam pasien suctioning
nafas b.d menunjukkan 2. Berikan O2....l/menit, metode.....
produksi keefektifan jalan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas
sputum yang nafas dengan kriteria dalam
berlebih hasil: 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
a. mendemonstrasik vantilasi
an batuk efektif 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan suara nafas 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
yang bersih, tidak suction
ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas. Catat adanya
dyspneu suara tambahan
b. menunjukkan 8. Berikan bronkodilator
jalan nafas yang 9. Monitor status dinamik
paten 10. Berikan pelembab udara kassa basah
c. saturasi O2 dalam NaCl lembab
batas normal 11. Atur intake untuk ciran mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2
13. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
14. Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan: suction,
o2, inhalasi
2 Pola nafas Setelah dilakukan 1. Bersihkan mulut, hidung, dan seckret
tidak efektif tindakan keperawatan trakea
b/d sindrom …x24 jam 2. Pertahankan jalan napas yang paten
hipoventilasi diharapkan mampu 3. Monitor aliran oksigen
mempertahankan 4. Pertahankan posisi klien
kebersihan jalan 5. Monitor TD, nadi, dan RR
nafas dengan kriteria
:
a. Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah)
b. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(frekuensi
pernafasan rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
c. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Dapatkan / pertahankan jalur intraveni


pertukaran tindakan keperawatan 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
gas b/d selama ….X24 jam 3. Monitor AGD dan elektrolit
hipoventilasi gangguan pertukaran 4. Monitor status hemodinamik
gas pasien teratasi 5. Beri posisi ventilasi adekuat
dengan kriteria hasil : 6. Monitor tanda gagal nafas
a. Mendemonstrasika 7. Monitor kepatenan respirasi
n peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
b. Memelihara
kebersiha paru-
paru dan bebas dari
tanda- tanda distres
pernafasan
c. Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis, dan
dispneu, mampu
bernafas dengan
mudah
d. Tanda – tanda
vital dalam batas
normal
e. AGD dalam batas
normal
f. Status neurologis
dalam batas normal

4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan NIC :


agen injury tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama 1 komprehensif termasuk lokasi,
x 24 jam nyeri dapat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
berkurang, dengan dan faktor presipitasi
kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Mampu ketidaknyamanan
mengontrol nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
(tahu dan menemukan dukungan
- penyebab nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tehnik 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
untuk mengurangi menentukan intervensi
nyeri, mencari 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
bantuan) napas dalam, relaksasi, distraksi,
- Tanda vital dalam kompres hangat/ dingin
rentang normal 8. Tingkatkan istirahat
- Tidak mengalami 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti
gangguan tidur penyebab nyeri
Kolaborasi :
1. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri bila perlu

5 Ketidak Setelah dilakukan NIC:


seimbangan tindakan keperawatan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrisi kurang selama ....x 24 jam menentukan jumlah kalori yang di
dari nutrisi kurang teratasi butuhkan pasien
kebutuhan dengan kriteria hasil: 2. Monitor adanya penurunan berat badan
tubuh a. Albumin serum 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
b.d faktor b. Hematokrit protein, Hb dan kadar Ht
biologis c. Hemoglobin 4. Monitor mual dan muntah
d. Total iron binding 5. Monitor pucat, kemerahan, dan
capasity kekeringan jaringan konjungtiva
e. Jumlah limfosit 6. Monitor intake nutrisi
f. Tidak terjadi 7. Atur posisi semi fowler atau fowler
penurunan berat selama makan
badan 8. Anjurkan banyak minum
9. Pertahankan terapi iv line
10. Beri makan sedikit tapi sering
11. Kolaborasi pemberian antiemetik:
Ranitidin

6 Intoleransi Setelah dilakukan NIC:


aktivitas b.d asuhan keperawatan 1. Observasi adanya pembatasan klien
kelemahan selama …x24 jam. dalam melakukan aktivitas
umum Pasien bertoleransi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
terhadap aktivitas kelelahan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
a. Berpartisipasi adekuat
dalam aktivitas 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik tanpa disertai fisik
peningkatan 5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap
tekanan darah, aktivitas
nadi, dan RR 6. Monitor pola tidur dan lamanya
b. Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
aktivitas sehari- 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi
hari secara mandiri aktivitas yang mampu dilakukan
c. Keseimbangan 8. Bantu untuk memiih aktivitas konsisten
aktivitas dengan yang sesuai dengan kemampuan fisik
istirahat 9. Bantu kien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
aktivitas
10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

7 Kurang Setelah dilakukan 1. Berikan informasi dalam cara yang jelas/


pengetahuan intervensi ringkas.
mengenai keperawatan selama 2. Berikan informasi verbal dan tertulis
kondisi, …×24 jam, tentang obat
tindakan, diharapkan Klien 3. Kaji konseling nutrisi tentang rencana
prognosis dan keluarga makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
berhubungan mengetahui tentang 4. Berikan pedoman untuk aktivitas
dengan kanker paru. Kriteria 5. Pantau tanda-tanda vital
kurang hasil :
informasi, a. Klien dapat
kesalahan menjelaskan
interpretasi hubungan antara
informasi, penyakit dan
kurang terapi.
mengingat. b. Klien dapat
menggambarkan/
menyatakan diet,
obat, dan program
aktivitas.
c. Klien/keluarga
dapat
mengidentifikasi
dengan benar tanda
dan gejala yang
memerlukan
perhatian medik.
d. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

8 Insomnia Setelah diberikan NIC


berhubungan asuhan keperawatan 1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
dengan ...x24 jam pasien 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
ketidaknyama diharapkan tidak pasien
nan fisik mengalami insomnia 3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
dengan criteria hasil: tentang teknik tidur pasien
a. Pasien tidur 4. Monitor kebutuhan tidur pasien setiap
dengan nyenyak hari
b. Tidak terbangun di 5. Bantu pasien untuk latihan relaksasi di
malam hari tempat tidur
c. Tidur 6-8 jam/hari 6. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
menjalang tidur
7. Berikan ritual tidur
8. Anjurkan kepada keluarga untuk
mengurangi jumlah pengunjung
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
United States of Amerika: Mosby.
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1999. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. :
Jakarta: EGC
Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. United States
of America: Mosby.

Vous aimerez peut-être aussi