Vous êtes sur la page 1sur 13

distilasi

Kurva T-X-Y
100

95

90

85

80

75
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1.2
Kurva Kesetimbangan Uap Cair

0.8

TRAY :
Y (Fraksi Uap)

4,2
0.6

0.4

0.2

XB XF XD
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
X (Fraksi Air)
xEtoh T, oC
0 100
h j
0,019 95,5
0 100
0,0721 89
0,099 86,7 0,17 95,5
0,3891 89
0,1238 85,3
0,4375 86,7
0,1661 84,1
0,4704 85,3
0,2337 82,7
0,5089 84,1
0,2608 82,3
0,5445 82,7
0,3273 81,5
0,3965 80,7 0,558 82,3
0,5826 81,5
0,5198 79,7
0,6122 80,7
0,5732 79,3
0,6599 79,7
0,6763 78,74
0,6841 79,3
0,7472 78,41
0,7385 78,74
0,8943 78,15
1 78,3 0,7815 78,41
0,8943 78,15
1 78,3

absorbsi

Rata-
Rata P ΔT fa Ga t(menit)
0,00434 0,895 0,5238 9,07492E-05 15
-0,5238 -9,0749E-05 30
1,0602 0,000183681 45
0 0 60
-0,55 -9,5288E-05 75

Grafik Ga vs Waktu
0.0002

0.00015

0.0001

0.00005
Ga

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
-0.00005

-0.0001

-0.00015
t

Humidehumi
Humi dehumi humi dehumi
in out in out
td td flow td td Hin Hout hin hout
80 82 60 66 62 0,025 0,005 0,012 0,018
90 39 70 63 60 0,015 0,025 0,011 0,021
75 34 80 58 64 0,033 0,026 0,019 0,032
88 35 90 62 70 0,028 0,027 0,018 0,019
100 38 60 73 66 0,017 0,038 0,015 0,012
100 38 70 79 64 0,017 0,038 0,015 0,021
93 35 80 72 46 0,032 0,029 0,018 0,029
90 35 90 74 66 0,045 0,029 0,008 0,025

humi dehumi ΔE ΔH

entalpi in entalpi out entalpi in entalpi out Humi dehumi Humi dehumi
146,695 95,6878 97,83576 109,43328 51,0072 11,59752 0,02 0,006
130,509 103,563 92,13324 115,1982 26,946 23,06496 0,01 0,01
162,5742 100,86832 107,88836 148,21504 61,70588 40,32668 0,007 0,013
163,11152 104,4894 109,43328 120,377 58,62212 10,94372 0,001 0,001
146,2198 135,95792 112,9446 97,83576 10,26188 15,10884 0,021 0,003
146,2198 135,95792 119,1438 119,37612 10,26188 0,23232 0,021 0,006
179,10468 109,6238 119,82168 121,27852 69,48088 1,45684 0,003 0,011
210,627 109,6238 95,49416 131,967 101,0032 36,47284 0,016 0,017

Pa Hs
Humi dehumi Humi dehumi
in out in out in out in out
3,923131 0,809707 1,921795 2,855612 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
2,3909072 3,923131 1,764434 3,315972 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
5,1151567 4,073747 3,009545 4,967751 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
4,373586 4,223898 2,855612 3,009545 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
2,7011964 5,845469 2,390907 1,921795 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
2,7011964 5,845469 2,390907 3,315972 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
4,9677515 4,522813 2,855612 4,522813 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039
6,8494755 4,522813 1,289348 3,923131 0,024039 0,024039 0,024039 0,024039

Hp (%) HR (%)
Humi dehumi Humi dehumi
in out in out in out in out
103,9962 20,79923975 49,9181754 74,8772631 103,8414728 21,43214745 50,86805958 75,5852897
62,39772 103,9961988 45,75832745 87,35680695 63,28499846 103,8414728 46,70287102 87,7705694
137,275 108,1560467 79,03711105 133,1151344 135,3932417 107,8281348 79,65974874 131,491569
116,4757 112,3158947 74,8772631 79,03711105 115,7645847 111,8024865 75,5852897 79,6597487
70,71742 158,0742221 62,39771925 49,9181754 71,49805184 154,7239031 63,28499846 50,8680596
70,71742 158,0742221 62,39771925 87,35680695 71,49805184 154,7239031 63,28499846 87,7705694
133,1151 120,6355906 74,8772631 120,6355906 131,4915691 119,714486 75,5852897 119,714486
187,1932 120,6355906 33,2787836 103,9961988 181,2989816 119,714486 34,12780303 103,841473
VH (%) Cs (Kj/Kg dry air.K) H2O yang terserap (Kg/hr)
Humi dehumi Humi dehumi
Humi dehumi
in out in out in out in out
2,59808 2,6128 2,49504 2,4656 1,052 1,0144 1,02756 1,03884 71749,44 27623,5344
2,67168 2,29632 2,47296 2,45088 1,0332 1,052 1,02568 1,04448 41853,84 52735,8384
2,56128 2,25952 2,43616 2,48032 1,06704 1,05388 1,04072 1,06516 33483,072 24275,2272
2,65696 2,26688 2,4656 2,52448 1,05764 1,05576 1,03884 1,04072 5381,208 33363,4896
2,74528 2,28896 2,54656 2,49504 1,03696 1,07644 1,0332 1,02756 75336,912 100389,4248
2,74528 2,28896 2,59072 2,48032 1,03696 1,07644 1,0332 1,04448 87893,064 108640,6104
2,69376 2,26688 2,5392 2,34784 1,06516 1,05952 1,03884 1,05952 14349,888 47354,6304
2,67168 2,26688 2,55392 2,49504 1,0896 1,05952 1,02004 1,052 86099,328 92915,5248

CHART TITLE
100

80

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100

Chart Title
200

150

100

50

0
0 20 40 60 80 100

Chart Title
100

80

60

40

20

0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Chart Title
120

100

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6

Chart Title
60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

DISTILASI KONTINYU

Distilasi kontinyu digunakan secara luas dalam industri kimia proses di


mana sejumlah besar cairan harus disuling. Industri tersebut adalah pengolahan
gas bumi, produksi petrokimia , pengolahan tar batubara, produksi minuman
keras, pencairan gas alam, produksi pelarut hidrokarbon dan industri sejenis.
Aplikasi yang terluas dari distilasi kontinyu terjadi di kilang minyak bumi . Di kilang
tersebut bahan baku minyak mentah yang merupakan campuran multikomponen
sangat kompleks harus dipisahkan untuk menghasilkan berbagai jenis senyawa
kimia. Kelompok senyawa dalam minyak bumi mempunyai titik didih dengan
kisaran perbedaan yang relatif kecil dan biasa disebut “fraksi”. Fraksi adalah asal
dari istilah distilasi fraksional atau fraksinasi. Pemisahan minyak bumi menjadi
berbagai jenis fraksi disesuaikan dengan kegunaan dan nilai ekonominya. Sering
terjadi, pemisahan komponen-komponen dalam setiap fraksi lebih lanjut menjadi
tidak berharga berdasarkan persyaratan produk dan ekonomi.
Industri penyulingan biasanya dilakukan dalam jumlah besar, dilakukan
dalam kolom silinder vertikal yang dikenal sebagai "menara distilasi" atau "kolom
distilasi". Diameter kolom ini mulai dari sekitar 65 sentimeter hingga 11 meter, dan
tinggi berkisar dari sekitar 6 meter sampai 60 meter atau lebih
Pengertian Distilasi
Distilasi adalah suatu metode operasi pemisahan suatu komponen dari campurannya yang didasarkan pada perbedaan titik
didih atau tekanan uap murni masing-masing komponen dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah.
Proses pemisahan pada operasi distilasi terjadi karena adanya perpindahan massa akibat kontak antar fasa uap dengan fasa
cairannya. Jika kontak antarfasa dibiarkan berlangsung dalam waktu relative cukup, maka sistem akan dimungkinkan berada dalam
keseimbangan fisis. Setelah keseimbangan fisistercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan dikondensasikan membentuk
embunan/ distilat.
Dalam keadaan seimbangan terdapat beda komposisi antara fasa uap dengan fasa cairannya. Komposisi komponen ringan
dalam fasa uap lebih besar disbanding komposisi komponen yang sama dalam fase cairannya. Dalam distilat banyak mengandung
komponen dengan tekanan uap murni tinggi atau yang mempunyai titik didih rendah sedangkan komponen yang tekanan uap
murninya rendah atau yang mempunyai titik didih tinggi sebagian besar terdapat dalam residu.

Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan
uapnya, maka fasa uapnya akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan faksi cairanya akan
mengandung lebih sdikit komponen yang mudah menguap. Apabila uap tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan
cairan yang berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang didapatkan dari kondensasi tersebut mengandung lebih
banyak komponen yang lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan.
Bila cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian, maka akan didapatkan uap dengan komponen volatile yang
lebih tinggi.
Keberhasilan suatu operasi destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu
campuran biner yang terdiri dari komponen volatile dan non-volatile.

2.2 Jenis-Jenis Distilasi


Distilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses yaitu kontinyu, batch, dan semi batch/kontinyu.
1. Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya
cairan yang tidak berubah menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang menjadi uap bergerak ke
atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar column untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan
lagi ke dalam column dan yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk bawah. Untuk gas hasil distilasi selanjutnya
dikondensasikan menjadi cairan yang disebut dengan produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya
dikembalikan ke dalam column distilasi untuk diproses kembali. Pada proses distilasi secara kontinyu dikenal dengan istilah bagian
rectifying dan bagian stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar dari column distilasi dan bagian
stripping adalah proses bagian bawah setelah cairan keluar dari column distilasi. Biasanya dalam column ini digunakan untuk
memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk murni.

2. Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui untuk memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman
dahulu proses ini seering digunakan untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum, untuk farmasi dan penghasil minyak
tanah. Selain itu proses ini juga digunakan untuk memproduksi bahan kimia yang bagus dan spesialis. Metode ini dipakai hanya
untuk sekali proses saja, setelah itu proses pembersihan alat kemudian proses distilasi dapat dimulai kembali. Sekarang ini metode
distilasi batch merupakan metode yang sering digunakan dalam berbagai industri kimia.
Alat pada distilasi batch berbeda bentuknya dengan alat distilasi kontinyu yaitu pada bagian stripping di distilasi kontinyu
dihilangkan pada proses distilasi batch. Pada bagian ini diganti dengan aliran umpan menuju column pada distilasi batch. Selain itu
pada bagian retifying output produk di distilasi kontinyu hanya satu, sedangkan pada distilasi batch ada 2 produk dan 1 produk
intermediet. Alat ini digunakan pada proses distilasi batch secara konvensional. Tentu sekarang sudah ada modifikasi terhadap
metode distilasi batch saat ini dengan adanya penelitian-penelitian mengenai optimasi distilasi batch.
Prinsip kerja dari distilasi bacth adalah pertama-tama umpan masuk melalui bawah column. Setelah itu dipanaskan yang mana
menghasilkan gas yang akan naik keatas column. Cairan yang tidak menguap akan tetap dibawah sampai pemanasan selesai. Gas
hasil pemanasan akan keluar dari column lalu dikondensasikan menjadi cairan yang diinginkan, sedangkan gas yang tidak dapat
terkondensai akan dikembalikan ke column. Akan tetapi hasil dari distilasi pertama belum 100% murni. Untuk itu hasil distilasi
pertama dapat didistilasi kembali untuk mendapatkan produk dengan kemurnian yang lebih tinggi dari produk sebelumnya.
Modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi,
sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa keuntungan:
1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler,
perapian atau instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah
batas minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi.
2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas
pendukung yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh dan mahal harganya. Peralatan distilasi
curah dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan
mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut maupun
digunakan pada pabrik skala pilot.

3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan prinsip kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu.
Contohnya adalah dimana terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat perbedaan pada
pengumpanan bahan baku. Dimana pengumpanan bahan baku hampir sama prinsip kerjanya pada proses distilasi kontinyu.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distilasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi distilasi adalah:
1. Sifat dari campuran,
2. Karakteristik kolom,
3. Jenis kolom (plate, packed, vigreuz) dan panjang kolom,
4. Besaran-besaran lainnya (laju uap naik, laju cairan turun/ reflux, luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan effisiensi
perpindahan massa).

2.4 Distilasi Batch dengan Sistem Refluk


Pada proses pemisahan secara distilasi, peningkatan efisiensi pemisahan dapat dilakukan dengan cara mengalirkan kembali
sebagian produk hasil puncak dan/ atau hasil dasar, masuk kembali ke dalam kolom. Cara ini dikenal sebagai operasi distilasi dengan
sistem refluk.
Secara refluk dimaksudkan untuk memberi kesempatan cairan refluk dan/ atau uap refluk untuk mengadakan kontak ulang
dengan fasa uap maupun fasa cairannya dalam kolom sehingga:
1. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama
2. Perpindahan massa dan perpindahan panas akan terjadi kembali
3. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform
4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari dua sudut pandang:
1. Untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage ideal yang dibutuhkan semakin sedikit
2. Pada penggunaan jumlah stage ideal yang sama, kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi
2.5 Pengaruh Perbandingan Refluk terhadap komposisi distilat
Perbandingan refluk adalah perbandingan antara uap yang terkondensasi dan dikembalikan sebagai cairan yang masuk ke
dalam kolom dengan yang diambil sebagai distilat. Berdasarkan pengertian tersebut, semakin besarnya perbandingan

refluk (R) berarti cairan yang dikembalikan (L0) akan semakin banyak. Cairan itu akan mengalami kontak ulang lebih lanjut dengan
fasa uap menuju puncak kolom. Terjadinya kontak ulang antar fasa akan menyebabkan terjadinya perpindahan panas dan massa
secara simultan. Komponen yang lebih volatile lebih banyak terdapat dalam fasa uap dan keluar dari puncak kolom sebagai produk
distilat.

Xazeotrop = 0,94
xw

Gambar 2. Hubungan refluk terhadap komposisi distilat.


Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun, produk hasil pemisahan campuran etanol-air secara distilasi tidak akan pernah
mencapai komposisi azeotropnya. Komposisi maksimal distilat adalah 0,94. Meskipun demikian serendah – rendah komposisi
distilat tidak akan lebih kecil dari komposisi umpan masuk kolom (= yf). Dalam bentuk lain pernyataan tersebut dapat dituliskan
sebagai: yf < xD < 0,94

2.6 Kesetimbangan Uap-Cair


Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi distilasi mengekspoitasi perbedaan kemampuan menguap (volatillitas)
komponen-komponen dalam campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar-dasar keseimbangan
uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas
secara singkat pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna melandasi pemahaman tentang operasi distilasi
.
Harga-K dan Volatillitas Relatif

Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi suatu komponen untuk menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka
komponen tersebut cenderung untuk terkonsentrasi di fasa uap, sebaliknya jika harganya rendah, maka komponen cenderung untuk
terkonsentrasi di fasa cair.
Dengan yi adalah fraksi mol komponen i di fasa uap dan xi adalah fraksi mol komponen I di fasa fasa cair. Harga-K adalah
fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan,
maka variable ketiga akan tertentu harganya.
Dengan demikian, harga-K dapat ditampilkan sebagai fungsi dari tekanan dan komposisi, temperatur dan komposisi, atau
tekanan dan temperatur. Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah harga-K untuk komponen j. Volatillitas relatif
ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus, volatillitas relative ditulis
sebagai perbandingan harga-K dari komponen lebih mudah menguap (MVC = more-volatile component) terhadap harga-K
komponen yang lebih sulit menguap. Dengan demikian, harga α mendekati satu atau bahkan satu, maka kedua komponen sangat
sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi distilasi.
2.7 Distilasi Diferensial
Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi yang menggunakan peralatan seperti pada gambar berikut
ini:

Gambar 2.1 Distilasi Diferensial

Keterangan :
D = laju alir distilat, mol/jam
yD = komposisi distilat, fraksimol
V = jumlah uap dalam labu
W = jumlah cairan dalam labu

Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap
berada dalam kesetimbangan dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. uap keluar labu menuju kondenser dan diembunkan
secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilasi
berlangsung satu tahap.

Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang lebih sukar menguap (A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan
komponen yang lebih sukar menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi di dalam cairan akan berubah;
komponen A akan semakin sedikit dan komponen B akan semakin banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang
dihasilkan. Jika komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi komponen A di dalam uap yang berada dalam
kesetimbangan dengan cairan tadi juga akan menurun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dalam
operasi ini berubah terhadap waktu. Jika operasi dilaksanakan pada tekanan tetap, perubahan temperatur cairan dalam labu tidak
terlalu besar, dan konstanta kesetimbangan uap-cair dapat dinyatakan sebagai : y = Kx.

Untuk campuran biner, hubungan kesetimbangan dapat dinyatakan dengan koefisien volatillitas relative, α

DAPUS DISTILASI
Mc. Cabe, W. L.1993. Unit Operation of Chemical Engineering. Mc Graw Hill Book Co: New York.
Geankoplis, Christie. J. 1993. Transport Processes and Unit Operation. Prentice-Hall PTR, New Jersey, Chapter 11
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi, “ Distilasi”, Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Nirmala, Dyah,dkk.2007.Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia.ATIP: Padang.
Perry’s “ Chemical Engineering Handbook”, edisi 3, 1988

ABSORBSI
2.1 Pengertian Absoprsi
Absoprsi adalah proses perpindahan massa uap dari suatu larutan dalam campuran gas yang diserap (diabsorpsi)
yang berarti suatu cairan yang mana larutannya mudah atau sulit larut. Campuran gas biasanya terdiri dari gas inert dan
larutan (Geankoplis, 1993).

Pada absorbsi ini terjadi kontak antara gas dengan suatu larutan, komponen tertentu dalam gas akan terserap
atau larut kedalam cairan penyerap (absorbent) sehingga gas yang meninggalkan kontak sangat sedikit atau tidak
mengandung komponen tersebut. Komponen yang larut (solute) dapat dibebaskan kembali dengan cara desorbsi
(McCabe dkk, 1999).
2.2 Peralatan Absorbsi

Peralatan absorbsi gas terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan
gas dan ruang didistribusikan pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas. Serta diisi
dengan massa zat tidak aktif (inert) diatas penyangganya yang disebut isian menara (packing tower). Peralatan tersebut
dapat digunakan untuk rektifikasi (fraksionasi) untuk operasi absorpsi. Keefektifan suatu peralatan absorpsi sangat
tergantung pada sistim kontak antara gas dan cairan yang bersangkutan(Rahayu, 2007).
Pada peralatan absorpsi terdapat kolom bahan isian (packing) yang berfungsi untuk memperluas kontak antara
cairan dan gas, sehingga luas permukaan kontak menjadi maksimum.

2.2.1 Kolom Bahan Isian (Packing)


Kolom bahan isian banyak jenisnya, tetapi yang umum digunakan hanya empat jenis dan dapat di lihat pada
Gambar 2.1:

Jenis-jenis kolom bahan isian (packing): (a) Pelana Berl; (b) Pelana intalox; (c) cincin Rasching; (d) Cincin Pall.

Karakteristik dan aplikasi masing-masing kolom bahan isian (packing):

1. Pelana Berl

Peralatan ini lebih efisien dari pada cincin rasching, tetapi penggunaanya lebih mahal. Alat ini memiliki Height of
Transfer Unit (HTU) yang rendah dan penurunan tekanan setiap bagian mempunyai titik pembanjiran yang lebih tinggi.
Alat ini juga mudah patah dibandingkan cincin raschig.

2. Pelana intalox

Jenis ini merupakan salah satu kolom bahan isian yang efisien, tetapi lebih mahal. Peralatan ini memiliki kecekungan
yang kecil atau mempunyai kemampuan untuk penyaringan tempat blok penyerapan memberikan bentuk serapan yang
seragam. Alat ini juga memiliki batas titik pembanjiran yang lebih tinggi dan penurunan tekanan lebih rendah dari cincin
raschig atau pelana berl dan nilai Height of Transfer Unit (HTU) lebih rendah untuk hampir keseluruhan sistim. Alat
ini juga lebih mudah rusak pada penyerap.

3. Cincin Rasching

Kolom bahan isian yang pertama keluar yaitu tipe cincin raschig, peralatan ini lebih murah per unit, namun kurang
efisien di bandingkan dengan yang lain. Biasanya tersedia dalam berbagai macam jenis material. Untuk pemasangan
sering di susun dengan dumping basah atau kering, untuk yang berukuran 4-6 inci atau yang lebih besar dari itu di susun
satu per satu dengan tangan. Hasil dari pabrik biasanya lebih tipis dan juga permukaannya juga bisa di ganti-ganti
ketebalannya.

4. Cincin Pall

Pada peralatan ini penurunan tekanan lebih rendah (kurang dari setengah) dari pada cincin raschig, Height of Transfer Unit (HTU)
nya juga lebih rendah, mempunyai batas pembanjiran (flooding) lebih tinggi, juga memiliki distributor cairan yang sempurna dan
berkapasitas tinggi dan tersedia dalam bentuk logam, plastik dan keramik. (Ernest E. Ludwig, 1979). Adanya packing
(bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom.
Akibatnya gas maupun cairan yang melewati kolom absorpsi akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop) (R.Paonganan,
2013).

PEMBAHASAN
Absorpsi merupakan salah satu proses perpindahan massa untuk memisahkan suatu gas dari campurannya dengan menggunakan
absorben yang sesuai (Kumoro,2000). Menurut Atway (2008), proses tersebut terjadi jika campuran gas dikontakkan dengan
suatu liquid yang kemudian satu atau lebih komponen gas akan diserap oleh liquid tersebut. Berdasarkan penelitiannya faktor
utama dalam proses penyerapan adalah laju alir sedangkan pengaruh suhu tidak begitu penting.
Dalam proses absorpsi dipilih cairan yang dapat menyerap suatu komponen secara cepat, sehingga komponen tersebut dapat
berpindah. Proses Absorpsi dapat berlangsung dalam kolom absorpsi (Najim, 1995).Percobaan ini menggunakan gas O2 sebagai
komponen yang akan diabsorpsi. Gas tersebut berasal dari kompressor yang mengalirkan udara ke dalam kolom absorpsi yang
kemudian akan berkontak langsung dengan air, sehingga terjadi penyerapan gas oksigen ke dalam air. Air pada proses ini berfungsi
sebagai absorben.
Kolom absorpsi yang digunakan pada percobaan ini yaitu menara isian (pakced tower). Alat ini terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder yang dilengkapai dengan isian jenis rasching ring. Isian (packing) berfungsi untuk memperluas kontak antara
udara dan air, sehingga penyerapas gas O2 ke dalam air berlangsung lebih maksimal. Prinsip kerja dari packed tower yaitu cairan
didistribusikan secara merata dari atas kolom sehingga membasahi packing, dan mengalir melewatinya membentuk lapisan tipis,
kemudian keluar melalui bagian bawah. Sementara itu gas dialirkan secara countercurrent (berlawanan arah) dengan air di mana
tempat pemasukannya berada di bawah kolom dan mengalir keluar melalui atas kolom (Najim,1995).
Menurut Yi Liu (2014), penggunaan pakced tower telah digunakan secara luas dikarenakan penurunan tekanannya yang rendah
dan operasinya yang fleksibel.
4.2-1 Pressure Drop (∆P)
2.1-1 Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara pada Kolom Kering
Pada kolom kering, terlebih dahulu kolom dikeringkan dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum sehingga
kelembaban pada kolom tidak terlihat lagi. Penurunan tekanan disebabkan oleh aliran udara yang melewati packing pada kolom
mengakibatkan terjadinya gesekan antara fluida (gas) dengan packing dan menghambat laju alirnya. Penurunan tekanan mengalami
peningkatan pada laju alir yang lebih cepat (Geankoplis, 1993). Pada percobaan ini digunakan 4 variasi laju alir yaitu 30; 40; 50;
dan 60 L/menit.
Dari table 4.1 dapat dilihat peningkatan yang terjadi di mana pada laju alir udara 30; 40; 50; dan 60 L/menit, pressure drop
yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0,21; 0,28; 0,36 dan0,43 cmH2O. Data tersebut menunjukkan semakin besar laju alir
udara yang diberikan semakin besar pula pressure drop pada kolom kering. Hubungan laju alir udara terhadap pressure droppada
kolom kering dapat dilihat pada Gambar 4.1
Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara Dan Laju Alir Air Pada Kolom Basah
Pada kolom basah, air yang dialirkan dari atas kolom mengalami pengontakan dengan udara yang dialirkan dari bawah.
Pengontakan yang terjadi di dalam kolom menyebabkan terjadinya penurunan tekanan (Pressure Drop) yang dipengaruhi oleh
gesekan antar udara dengan air. Gesekan juga terjadi antara air dan dinding kolom. Air yang mengalir di sekitaran dinding menjadi
lebih lambat sehingga tekanan menurun. Hubungan laju alir air dan laju alir udara terhadap Pressure drop pada kolom basah dapat
dilihat pada Gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa semakin besar laju alir air maka semakin tinggi pressure dropnya. Pressure
drop berbanding lurus dengan laju alir serta laju alir udara. Laju alir udara yang ditetapkan sama dengan laju alir udara pada kolom
kering. Sedangkan laju alir air terdiri dari 1 dan 2 L/menit. Hubungan laju lair dengan pressure drop dengan laju alir udaara tertentu
dapat dilihat pada gambar 4.2

EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
juga merupakan proses pemisahan satu atau lebihkomponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)
sebagaiseparating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran[4]
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala
m larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik).[5]
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain menggunakan alat corong pisah.
Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya
ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor
sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara kontinu. Alatnya
dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan.[6]
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini
juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan
dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current
Craig”.[7]
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun
mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon
tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.
Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.
Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat
digunakan untuk ion-ion logamyang bertindak sebagai trace (pengotor) dan ion-ion logamdalam jumlah makrogram[8]
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi
ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan
di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada
biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut
ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam larutan air.
Menurut Indra Wibawa (2010), Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi
2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi
3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
6. Ekstraktor: Alat ekstraksi
7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat
8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi dari bahan ekstraksi yang cair.
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi
pengumpulan ekstrak dalam pelarut.
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang
berbeda yang tidak saling bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut
organik, dan sebaliknya.[9]
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara
paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak
yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang
berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.[10]
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun
mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur, seperti benzen, karbon
tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.
Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.
Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat
digunakan untuk ion-ion logamyang bertindak sebagaitrace (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makro gram[11]
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi, maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk
memperoleh solut secara kuantitatif. Nmaun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali menggunakan
pelarut dengan volume sedikit demi sedikit.[12]
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara
konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai
hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak
dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur
tertentu:
= tetapan
menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu,
pada kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas bukannya
rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan
terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang lain:
= KDA
Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati KD A disebut koefisien distribusi dari spesies A.[13]
Dalam klasifikasi ekstraksi, ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat dari campuranya dengan
mernggunakan yang sesuai. Menurut Estien Yazid (2005, h,181-18) Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran
yang diekstraksi dan proses pelaksanaannya.
a. Bentuk campuranya
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan didalam
usaha mengrisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-
bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi teradpat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi
pelarut banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air.
b. Proses pelaksanaannya
Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi berkesinambungan (kontinyu) dan ekstraksi
bertahap.
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai
alat dari jenis ekstraksi ini seperti alat soxhlet atau Craig Countercurent.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat
yang biasa digunakan adalah berupa corong pisang.
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan
pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi
ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang
baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara
kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas
pengaduk).[14]
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat
lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi
sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali
menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.[15]
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara
paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak
yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melaluicorong pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi solut pada kedua pelarut.setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan, dan lapisan yang berada dibawah
dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya[16]

EKSTRAKSI DAPUS
limin, Muh. Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik Makassar: Alauddin Press, 2007

Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis Yogyakarta: Andi, 2005

Ekstraksi” Wikipedia the free encyclopedia.http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi (09 juni 2013).

Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Khopkar, Konsep Dasar kimia Analitik Jakarta: UI-PRESS, 2010

R.A. Day dan A.L. Underwood, Quantitative Analysis, terj. Iis Sopyan, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam Jakarta: Erlangga,
2001

umar Hendayana, Kimia Pemisahan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

ukma, Dwi wibawa indra, ekstraksi cair-cair, http://indrawibawads.files.wordpress.com (09 juni 2013)

uparni Setyowati Rahayu, “Ekstraksi Cair”, chem.-is-try.org. 28 Agustus 2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-


industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/ (02 juni 2013)

Wortel” Wikipedia the free encyclopedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Wortel (09 juni 2013).

Vous aimerez peut-être aussi