Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ebook Akuntansi Keuangan I - NLE
Ebook Akuntansi Keuangan I - NLE
A
Aset 101, 99, 98, 97, 96, 93, 92, 91, 90, 89, 88, 87, 86, 85, 84, 83, 74, 73,
68, 67, 53, 52, 50, 46, 43, 42, 41, 40, 39, 36, 35, 30, 27, 26, 24, 23,
22, 20, 19, 13, 12, 9, 8, 7, 6
Aset Tetap 1, 7, 13, 22, 24, 27, 28, 29, 30, 35, 40, 41, 42, 46, 50, 52, 53, 58, 64,
73, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 96, 99, 101
Aset Tidak Berwujud 1, 13, 22, 35, 41, 46, 50, 58, 64, 73, 83, 96, 97, 98, 99
B
Bank 4, 6, 46, 47, 48, 49, 53, 55, 56, 57
Biaya 54, 55, 56, 57, 58, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73,
74, 75, 78, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 90, 91, 92, 95, 96, 97, 98,
99, 101
D
Debit 56, 59, 90
Deposito 47, 48, 53, 54, 58
E
Ekuitas 5, 7, 17, 20, 21, 23, 35, 36, 37, 39, 42, 44, 50, 67, 67, 74, 78, 89, 90
Entitas 5, 8, 7, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 36, 39, 40, 41, 42, 49, 50, 51, 52, 53, 66, 67, 68, 69, 73, 74, 85,
86, 87, 88, 89, 91, 92, 97, 98, 99, 101
ETAP 1, 10, 13, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 30, 31, 35, 39, 40, 43, 46, 49, 50, 51,
53, 58, 64, 68, 70, 73, 74, 83, 84, 91, 93, 96, 101
G
Goodwill 38, 42, 43, 44, 97, 98
H
Hutang 7, 37, 46, 48, 100
I
Investasi 1, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 22, 23, 25, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45,
46, 49, 50, 51, 52, 53, 58, 64, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 96
Investor 22, 74, 79, 80
J
Jurnal 47, 49, 54, 55, 56, 60, 62, 63, 65, 71, 72, 76, 78, 79, 80, 81, 82, 93,
94, 95, 100
K
Kas 1, 6, 8, 9, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 27, 28, 30, 31, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 64, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83,
84, 87, 89, 93, 94, 95, 96, 100
L
Likuiditas 35, 37
Liabilitas 8, 9, 12, 19, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 52
N
Neraca 3, 6, 17, 20, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 47, 54, 55, 58, 59, 60,
61, 73, 75, 85, 89, 100
O
Obligasi 38, 44, 48, 49, 73, 74, 75, 76, 77, 80, 81, 82
P
Piutang 1, 5, 7, 3, 22, 23, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 43, 45, 46, 49, 51,
52, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 73, 76, 79, 83, 96
Pembelian 25, 38, 54, 64, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 72, 74, 75, 80, 81, 82, 84, 86,
93, 95, 100
PSAK 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 16, 17, 18, 19, 21, 24, 25, 26, 30, 31, 39, 40, 41,
43, 49, 50, 51, 53, 61, 66, 68, 73, 83, 84, 85, 86, 87, 91, 92, 93, 96, 99
Penjualan 20, 25, 31, 32, 33, 34, 50, 55, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 70, 71,
76, 77, 80, 83, 86, 97, 100
Persediaan 19, 25, 29, 33, 37, 43, 50, 51, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72
R
Rekonsiliasi 1, 13, 22, 35, 46, 47, 48, 52, 53, 55, 57, 58, 64, 73, 83, 96
S
SAK 1, 4, 6, 13, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 30, 31, 35, 39, 40, 46, 49, 53,
58, 61, 64, 70, 73, 74, 83, 84, 91, 93, 96, 99, 101
Saham 3, 4, 5, 7, 22, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 41, 44, 45, 50, 60,
73, 78, 79, 80, 81, 82, 93
W
Wesel 32, 33, 34, 37, 38, 45, 47, 50, 55, 56, 58, 60, 61, 63, 100
KATA PENGANTAR
Juli 2011
Penulis
BAB I
STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Page 1
berlaku di Indonesia dalam suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kedua,
pada tahun 1984, pada masa itu komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI
1973 dan kemudian mengkondisikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia
1984 dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan
dunia usaha. Ketiga, tahun 1994 IAI kembali melakukan revisi total PAI 1984 dan
melakukan kodifikasi dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober
1994 (http://www.iaiglobal.or.id). Pada bagian selanjutnya akan dibahas secara detail
tentang perkembangan standar akuntansi.
Page 2
Tabel 1.1
Enam Pernyataan PAI 1984
Tabel 1.2
Sembilan Interpretasi PAI 1984
Pengesahan PAI 1984 membuat PAI 1978 tidak berlaku. Penelitian Fakultas
Ekonomi Indonesia menyimpulkan bahwa antara tahun 1982 – 1987 sebagian besar
perusahaan di Indonesia telah mempublikasikan laporan keuangan dalam bentuk
neraca dan laporan laba rugi setahun sekali, bahkan ada yang bulanan. Perusahaan
juga tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan PAI 1984. Namun, PAI 1984
memiliki kekurangan pada prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kegiatan usaha
ataupun transaksi-transaksi yang bersifat khusus karena belum diatur banyak dalam
PAI 1984.
Page 3
1.1.3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1994 - 2004
IAI berusaha menyempurnakan dan mengembangkan PAI dan pedoman yang
ada dengan menyelenggarakan Seminar Nasional mengenai PAI pada tahun 1991 dan
Konvensi Nasional Akuntansi II pada tahun 1992 untuk menghimpun permasalahan,
pendapat dan pikiran para akuntan ahli dan non akuntan. Hasil dari seminar dan
konvensi ini digunakan IAI sebagai bahan pemyempurnaan PAI yang mampu
menjawab tantangan era globalisasi. Beberapa saran pengembangan PAI yang harus
segera dilaksanakan antara lain:
1. IAI harus segera menyusun kerangka konseptual sebagai dasar penyusunan
prinsip (standar) akuntansi.
2. IAI harus mengikuti harmonisasi standar akuntansi internasional, yaitu
International Accounting Standards (IAS).
Dari berbagai saran tersebut, sejak tahun 1994, IAI memutuskan untuk
melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan
standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dan harmonisasi ke
adaptasi. Beberapa pertimbangan IAI mengadaptasi IAS adalah:
1. IAS cocok dengan keadaan sosial ekonomi Indonesia dan IAS dapat
memperkuat posisi Indonesoa di era globalisasi.
2. IAS disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) yang
anggotanya terdiri dari 14 negara dan berbagai organisasi internasional
sehingga IAS dijamin bebas dari kepentingan satu golongan atau satu negara.
3. IAS lebih mudah diadaptasi karena tidak rumit dan memiliki konsep dasar
yang mirip US GAAP yang menjadi acuan PAI.
4. Banyak negara tetangga yang telah mengadopsi IAS dengan baik, seperti
Malaysia, Singapura, Taiwan, dan India.
5. IAI mendapat dukungan dari Departemen Keuangan dan World Bank untuk
mengadaptasi IAS.
6. Satu-satunya alternatif yang paling baik dalam menghadapi tuntutan
globalisasi.
Page 4
3. Menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No. 1
mengenai Interpretasi atas paragraf 23 PSAK No. 21 tentang Penentuan Harga
Pasar Dividen Saham.
4. Menerbitkan ISAK No. 2 tentang Interpretasi atas Penyajian Piutang pada
Pemesanan Saham.
5. Revisi PSAK No. 26 tentang Biaya Pinjaman.
6. Menerbitkan PSAK No. 37 tentang Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol.
7. Menerbitkan PSAK No. 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas si
Pengendali.
8. Menerbitkan PSAK No. 39 tentang Akuntansi Kerjasama Operasi.
9. Menerbitkan PSAK No. 40 tentang Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi.
10. Menerbitkan PSAK No. 41 tentang Akuntansi Waran.
11. Menerbitkan PSAK No. 42 tentang Akuntansi Perusahaan Efek.
12. Menerbitkan PSAK No. 43 tentang Akuntansi Anjak Piutang.
13. Menerbitkan PSAK No. 44 tentang Akuntansi Pengembangan Aktivitas
Pengembangan Real Estate.
14. Menerbitkan PSAK No. 45 tentang Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
15. Menerbitkan PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
16. Menerbitkan ISAK No. 3 tentang Interpretasi tentang pengakuan Akuntansi
atas Pemberuan Sumbangan atau Bantuan.
17. Menerbitkan ISAK No. 4 tentang Interpretasi atas paragraf 32 PSAK No. 10
tentang Alternatif Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs.
18. Revisi PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
19. Revisi PSAK No. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian.
20. Menerbitkan PSAK No. 47 tentang Akuntansi Tanah.
21. Menerbitkan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva.
22. Menerbitkan PSAK No. 49 tentang Akuntansi Reksadana.
23. Menerbitkan PSAK No. 50 tentang Akuntansi Efek Tertentu.
24. Menerbitkan PSAK No. 51 tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi.
Page 5
tahun 2007. Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka
panjang IAI yaitu: menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012.
Standar Akuntansi Keuangan 2007 terdapat tambahan KDPPLK (Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) Syariah, 6 PSAK baru dan 5 PSAK
revisi. Untuk mendapatkan gambaran secara utuh tentang Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), berikut disajikan pasal-pasal yang termuat dalam Standar
Akuntansi Keuangan menurut SAK 2007:
1. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan keuangan.
2. Framework for Preparation and Presentation of Finance.
3. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah.
4. PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 1998).
5. PSAK No. 2 tentang Laporan Arus Kas.
6. PSAK No. 3 tentang Laporan Keuangan Interim.
7. PSAK No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi.
8. PSAK No. 5 tentang Pelaporan Segmen.
9. PSAK No. 6 tentang Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan dalam Tahap
Pengembangan.
10. PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa.
11. PSAK No. 8 tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan Kontijensi.
12. PSAK No. 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.
13. PSAK No. 10 tentang Transaksi Valuta Asing.
14. PSAK No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.
15. PSAK No. 12 tentang Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi
dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset.
16. PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi.
17. PSAK No. 14 tentang Akuntansi untuk Persediaan.
18. PSAK No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.
19. PSAK No. 16 tentang Aktiva Tetap dan Lain-lain.
20. PSAK No. 17 tentang Akuntansi Penyusutan.
21. PSAK No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun.
22. PSAK No. 19 tentang Aktiva Tidak Berwujud (Revisi 2000).
23. PSAK No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan.
24. PSAK No. 21 tentang Akuntansi Ekuitas.
25. PSAK No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha.
26. PSAK No. 23 tentang Pendapatan.
27. PSAK No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Imbalan Kerja.
28. PSAK No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Periode Berjalan, Kesalahan
Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
29. PSAK No. 26 tentang Biaya Pinjaman (Revisi 1997).
30. PSAK No. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian (Revisi 1998).
31. PSAK No. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 1996).
32. PSAK No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.
33. PSAK No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha.
34. PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (Revisi 2000).
35. PSAK No. 32 tentang Akuntansi Pengusahaan Hutan.
36. PSAK No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum.
37. PSAK No. 34 tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi.
Page 6
38. PSAK No. 35 tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.
39. PSAK No. 36 tentang Akuntansi Asuransi Jiwa.
40. PSAK No. 37 tentang Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol.
41. PSAK No. 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali (2004).
42. PSAK No. 39 tentang Akuntansi Kerjasama Operasi.
43. PSAK No. 40 tentang Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusa-
haan Asosiasi.
44. PSAK No. 41 tentang Akuntansi Waran.
45. PSAK No. 42 tentang Akuntansi Perusahaan Efek.
46. PSAK No. 43 tentang Akuntansi Anjak Piutang.
47. PSAK No. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate.
48. PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
49. PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
50. PSAK No. 47 tentang Akuntansi Tanah.
51. PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva.
52. PSAK No. 49 tentang Akuntansi Reksadana.
53. PSAK No. 50 tentang Akuntansi Investasi Efek tertentu.
54. PSAK No. 51 tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi (Revisi 2003).
55. PSAK No. 52 tentang Akuntansi Mata Uang Pelaporan.
56. PSAK No. 53 tentang Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham.
57. PSAK No. 54 tentang Akuntansi Restrukturisasi Hutang Piutang Bermasalah.
58. PSAK No. 55 tentang Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung
Nilai.
59. PSAK No. 56 tentang Laba Per Saham.
60. PSAK No. 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi dan
Aktiva Kontijensi.
61. PSAK No. 58 tentang Operasi dalam Penghentian (Revisi 2003)
62. PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah.
Page 7
Tabel 1.3
PSAK/ISAK yang Efektif pada tahun 2008-2010
Tabel 1.4
Pencabutan PSAK/ISAK yang Efektif berlaku pada tahun 2010
Page 8
Setelah beberapa PSAK dan ISAK dicabut, maka pada tahun 2011 dianggap
beberapa PSAK dan ISAK dapat efektif diberlakukan mengacu pada IAS. Tabel 1.5
dan Tabel 1.6 menunjukkan PSAK/ISAK berlaku efektif 1 Januari 2011.
Tabel 1.5
ISAK yang Efektif berlaku pada 1 Januari 2011
No ISAK Referensi
1 ISAK 7: Kondisi Entitas Bertujuan Khusus SIC 12: consolidation-special purposes
entitas
2 ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas purna IFRIC 1: Change in existing
Operasi, liabilitas restorasi dan liabilitas serupa decommissioning restoration and
similar liabilities
3 ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan IFRIC 13: Customer Loyality Programs
4 ISAK 11: Distribusi Aset Non Kas kepada IFRIC 17: Distributions of non cash
pemilik assets to owners
5 ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas SIC 13: Jointly Controlled Entitas non
Kontribusi non moneter oleh Venturer monetary
6 ISAK 14: Aset tak berwujud; biaya situs web SIC 32: Intangible Assets-web site costs
7 ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan IFRIC 10: Interim Financial Reporting
Penurunan Nilai and Impairment
Tabel 1.6
PSAK yang Efektif berlaku pada 1 Januari 2011
No PSAK Referensi
1 PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan IAS 1: Presentation of Financial
Statement
2 PSAK 2: Laporan Arus Kas IAS 7: Statement of Cash Flow
3 ED PSAK 3: Laporan Keuangan Interim IAS 34: Interim Financial Reporting
4 PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian IAS 27: Consolidated and Separated
dan Laporan Keuangan Tersendiri Financial Statement
5 PSAK 5: Segmen Operasi IFRS 8: Operating Segment
6 PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura IAS 31: Interest in Joint Ventures
Bersama
7 PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang IAS 24: Related Party Disclosures
Berelasi
8 PSAK 15 IAS 28: Investments in Associaties
Investasi pada Entitas Asosiasi
9 PSAK 19: Aset Tak Berwujud IAS 38: Intangible Assets
10 PSAK 22: Kombinasi Bisnis IFRS 3: Business Combination
11 PSAK 23: Pendapatan IAS 18: Revenue
12 PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan IAS 8: Accounting Policies, Change in
Estimasi Akuntansi dan Kesalahan Accounting Estimates and Errors
13 PSAK 48: Penurunan Nilai Aset IAS 36: Impairment of Assets
14 PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi & Aset IAS 37: Provisions, Contingent
Kontijensi Liabilities
15 PSAK 58: Aset tidak Lancar yg dimiliki utk IFRS 5: Non-current Assets held for sale
dijual & Operasi yg dihentikan and Discontinued
Page 9
1.2 OVERVIEW ROADMAP KONVERGENSI IFRS (INTERNATIONAL
FINANCIAL REPORTING STANDAR) 2010
Konvergensi IFRS dan Standar Akuntansi di Indonesia dilatarbelakangi oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota forum G20.
2. DSAK-IAI sedang melakukan konvergensi IFRS dengan target tahun
penyelesaian 2012
3. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK,
dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan mencabut 1 ISAK.
Page 10
Gambar 1.1
Perbandingan IFRS vs PSAK (31 Maret 2010)
Gambar 1.2
Kerangka Standar Akuntansi Di Indonesia
Page 11
Gambar 1.3
Roadmap Implementasi Konvergensi IFRS
IFRS juga berdampak pada praktik pengukuran dalam pos-pos laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair value). Standar IFRS lebih condong
kepada penggunaan nilai wajar, terutama untuk properti investasi, beberapa
aset tak berwujud, dan aset keuangan. Dengan demikian maka diperlukan
sumber daya yang kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu
menyewa jasa konsultasi penilai terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki
nilai pasar aktif.
2. Penggunaan estimasi dan judgement. Akibat karakteristik IFRS yang lebih
berbasis prinsip, akan lebih dibutuhkan judgement untuk menentukan
bagaimana suatu transaksi keuangan dicatat.
Page 12
Dampak IFRS terhadap pengungkapan dalam laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci
2. IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik
kualitatif maupun kuantitatif.
3. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/informasi
yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen.
PERTANYAAN:
1. Sebutkan kapan saja tonggak sejarah perkembangan standar akuntansi di
Indonesia?
2. Jelaskan apa yang mendasari IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) mengeluarkan
PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) 1973.
3. Bagaimanakah perkembangan Prinsip Akuntansi Indonesia pada tahun 1984?
4. Sebutkan beberapa saran pengembangan PAI yang harus segera dilaksanakan
terkait pelaksanaan Konvensi Nasional Akuntansi II pada tahun 1992?
5. Sebutkan beberapa pertimbangan yang mendasari IAI mengadopsi IAS
(International Accounting Standards) pada tahun 1994?
6. Apa sajakah yang melatar belakangi Konvergensi International Financial
Reporting Standards (IFRS) dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia?
7. Bagaimana manfaat yang diharapkan oleh IAI atas konvergensi IFRS dan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia?
8. Bagaimanakah dampak International Financial Reporting Standards (IFRS)
terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan di Indonesia?
9. Bagaimanakah dampak IFRS terhadap praktik pengukuran dalam pos-pos
laporan keuangan di Indonesia?
10. Bagaimanakah dampak IFRS terhadap praktik pengungkapan pos-pos laporan
keuangan di Indonesia?
Page 13
BAB II
RERANGKA KERJA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN
DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Page 14
Level kedua menyajikan rerangka konseptual yang menjelaskan karakteristik
kualitatif informasi akuntansi dan elemen-elemen laporan keuangan. Penyajian
laporan keuangan yang bermanfaat dibatasi oleh konstrain pervasif dari laporan
keuangan yaitu biaya dan materialitas. Karakteristik kualitatif pertama adalah
relevan. Informasi akuntansi yang relevan harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Laporan keuangan mampu membuat perbedaan dalam hal nilai
prediksi, nilai konfirmasi ataupun keduanya. Informasi keuangan memiliki nilai
prediksi jika informasi tersebut membantu pemakai laporan keuangan membuat
prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini dan masa depan.
Informasi yang relevan juga membantu pemakai laporan keuangan untuk
mengkonfirmasi atau mengkoreksi ekspetasi sebelumnya, sehingga informasi tersebut
dinyatakan memiliki nilai konfirmasi.
Karakteristik kedua adalah penyajian yang tepat. Penyajian yang tepat
menunjukkan bahwa angka-angka dan deskripsi-deskripsi yang ada sesuai dengan
yang terjadi sesungguhnya. Penyajian yang jujur/wajar terdiri dari kelengkapan,
netralitas dan bebas dari kesalahan. Kelengkapan berarti semua informasi yang
penting untuk penyajian yang tepat telah disajikan seluruhnya. Netral berarti bahwa
perusahaan tidak dapat memilih informasi yang akan menguntungkan bagi satu atau
beberapa pihak atau kelompok tertentu melebihi yang lainnya. Bebas dari kesalahan
akan membuat laporan keuangan lebih akurat dalam penyajian yang tepat.
Karakteristik kualitatif lain yang dapat meningkatkan kebermanfaatan laporan
keuangan adalah: dapat diperbandingkan, dapat diverifikasi, tepat waktu dan dapat
dipahami. Karakteristik kualitatif pertama yang dapat meningkatkan kebermanfaatan
laporan keuangan adalah dapat diperbandingkan, yaitu informasi yang diukur dan
dilaporkan dengan cara yang sama untuk perusahaan yang berbeda dianggap
sebanding. Dapat diperbandingkan memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa-peristiwa ekonomi antara
perusahaan. Dapat diverifikasi terjadi ketika tindakan independen, dengan
menggunakan metode yang sama, memperoleh hasil yang sama. Ketepatan waktu
berarti memiliki informasi yang tersedia untuk pengambil keputusan sebelum
kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan. Setelah informasi yang
relevan tersedia lebih cepat dapat meningkatkan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan, dan kurangnya ketepatan waktu dapat menghilangkan kebermanfaatan
laporan keuangan. Dapat dipahami meningkat ketika informasi diklasifikasikan,
dikarakteristikkan, dan disajikan dengan jelas dan ringkas.
Level ketiga dari rerangka kerja konseptual terdiri dari konsep-konsep yang
dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-
konsep ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui,
diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan. Lima asumsi dasar yang mendasari struktur
akuntansi keuangan adalah: (1) entitas ekonomi, (2) kelangsungan usaha, (3) unit
moneter, (4) periodisitas, dan (5) dasar akrual.
1. Entitas ekonomi. Asumsi entitas ekonomi menggandung arti bahwa aktivitas
ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu.
Dengan kata lain, aktivitas entitas bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan
dengan aktivitas pemiliknya dan dengan setiap unit bisnis lainnya. Konsep
entitas tidak selalu mengacu pada entitas legal. Perusahaan induk dan anak
perusahaannya merupakan entitas legal yang terpisah, tetapi penggabungan
Page 15
aktivitas-aktivitas mereka untuk tujuan akuntansi dan pelaporan tidak
melanggar asumsi entitas ekonomi.
2. Kelangsungan usaha. Asumsi kelangsungan usaha yaitu perusahaan bisnis
akan memiliki umur yang panjang. Kebijakan penyusutan dan amortisasi
hanya dapat dibenarkan jika kita mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki
usia panjang. Hanya pada saat likuidasi tampaknya tidak bisa dihindarkan lagi,
asumsi kelangsungan hidup tidak dapat diterapkan.
3. Unit moneter. Asumsi unit moneter mengandung arti bahwa uang adalah
denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat
bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Unit moneter adalah unit yang
relevan, sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami, dan berguna.
4. Periodisitas. Asumsi periodisitas atau periode waktu menyiratkan bahwa
aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan kedalam periode waktu
artifisial. Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum adalah secara
bulanan, kuartalan, dan tahunan.
5. Dasar akrual. Perusahaan mempersiapkan laporan keuangan dengan
menggunakan dasar akrual dalam sistem akuntansinya. Akuntansi berbasis
akrual berarti bahwa transaksi yang merubah laporan keuangan perusahaan
dicatat pada saat periode terjadinya, tidak didasarkan pada
diterima/dikeluarkannya kas. Alternatif lain dari dasar akrual adalah dasar kas,
yaitu perusahaan mencatat pendapatan pada saat kas diterima dan mencatat
beban pada saat kas dikeluarkan.
Page 16
(beban) ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini
rasional dan dapat diterapkan.
4. Pengungkapan penuh. Prinsip pengungkapan penuh adalah dalam memutuskan
informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah menyediakan
informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan
pengguna laporan keuangan. Prinsip pengungkapan penuh mengakui bahwa
sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan
mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off terjadi antara: (a)
kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang akan
mempengaruhi keputusan pemakai, dengan (b) kebutuhan untuk memadatkan
penyajian agar informasi dapat dipahami.
Page 17
Dengan kata lain, laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan setara kas. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mencakup:
- Kajian keuangan oleh manajemen yang menjelaskan karakteristik utama dari
kinerja keuangan dan posisi keuangan dan kondisi ketidakpastian utama yang
dihadapi.
- Laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah.
Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan
keuangan entitas.
Page 18
b. Menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat
diperbandingkan, dan mudah dipahami,
c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan
khusus dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk
memahami pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain
terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.
Kebijakan akuntansi yang tidak tepat tidak dapat diperbaiki baik dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau pengungkapan dalam catatan
atas laporan keuangan atau materi penjelas. Ketika menilai apakah kepatuhan
terhadap ketentuan khusus dari suatu SAK akan memberikan pemahaman yang salah
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan, manajemen mempertimbangkan:
a. Alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut; dan
b. Bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang
mematuhi persyaratan. Jika entitas lain dengan kondisi yang sama menerapkan
persyaratan tersebut, maka akan muncul asumsi yang dapat diperdebatkan
bahwa kepatuhan terhadap persyaratan tersebut tidak akan memberikan
pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan.
3. Informasi Komparatif
PSAK 1 mensyaratkan informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif
dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK.
Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskpritif dari laporan
keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan, contohnya sengketa hukum
yang dihadapi dan hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode
sebelumnya.
Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat
penyajian kembali secara retrospektif atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan, maka entitas menyajikan minimal 3 laporan posisi keuangan dan 2 laporan
untuk jenis laporan lainnya. Tiga laporan posisi keuangan meliputi periode:
a. Akhir periode berjalan
b. Akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal perode berjalan)
c. Permulaan dari periode komparasi awal
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas
mengungkapkan:
a. Alasan tidak mereklas jumlah tersebut
b. Sifat penyesuaian yang dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi
Page 19
4. Frekuensi Pelaporan
PSAK 1 – mensyaratkan entitas menyajikan laporan keuangan lengkap
(termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan.
Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan
disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu
tahun, maka entitas mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek; dan
b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
diperbandingkan secara keseluruhan
5. Kelangsungan Usaha
a. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau
menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lain yang
realistis selain melakukannya.
b. Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai
adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau
kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka
entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut.
c. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi
kelangsungan usaha maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama
dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat
menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
d. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha
adalah tepat, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan
paling sedikit (namun tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir
periode pelaporan
6. Dasar Akrual
PSAK 1 – mensyaratkan entitas untuk menyusun laporan keuangan atas dasar
akrual, kecuali laporan arus kas
7. Konsistensi Penyajian
PSAK 1 – mensyaratkan penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan antar periode harus konsisten kecuali:
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas
atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian
atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan
mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan
akuntansi dalam PSAK 25; atau
b. Perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu SAK
Page 20
8. Materialitas dan Agregasi
PSAK 1 – mensyaratkan untuk menyajikan secara terpisah:
a. Kelompok pos sejenis yang material
b. Pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda, kecuali pos tersebut tidak
material
9. Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu SAK.
Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi
keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi
kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi,
peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas
entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi
transaksi atau peristwa.
Pengukuran aset neto (seperti persediaan dan penyisihan persediaan usang)
tidak termasuk kategori saling hapus.
Contoh dari Saling Hapus:Hasil penjualan aset tidak lancar dengan nilai
tercatat aset dan beban yang timbul dari pelepasan tersebut.
Page 21
1. Fakta tersebut;
2. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek;
3. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
Page 22
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan rerangka kerja konseptual? Mengapa rerangka
kerja konseptual penting dalam akuntansi keuangan?
2. Apa yang dimaksud dengan istilah karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi?
3. Jelaskan secara singkat dua kualitas primer dari informasi akuntansi.
4. Jelaskan secara singkat lima asumsi dasar yang melandasi struktur akuntansi
keuangan.
5. Apa perbedaan antara telah direalisasi dengan dapat direalisasi? Berikan
contoh dimana konsep dapat direalisasi digunakan untuk mengakui
pendapatan.
6. Jelaskan dua kendala utama yang melekat dalam penyajian informasi.
7. Jelaskan tujuan umum laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 1 (revisi
2009).
8. Jelaskan komponen laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009).
9. Jelaskan komponen laporan keuangan berdasarkan PSAK ETAP Bab 3.
10. Jelaskan bagaimana konsep materialitas (dan tidak materialitas) berhubungan
dengan penyajian laporan keuangan secara tepat?
Page 23
BAB III
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menerapkan secara komprehensif baik dengan tulisan, maupun
lisan konsep penerapan rerangka dasar penyusunan laporan keuangan untuk masing-
masing pos dalam laporan keuangan, perbedaan laporan keuangan berdasarkan SAK,
SAK ETAP, dan IFRS yang sedang berlaku, serta dapat menyajikan pos-pos di
laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, mencakup
pengakuan, pengukuran, pencatatan, pelaporan dan pengungkapan pos-pos Kas
beserta Rekonsiliasi Bank, Surat Berharga, Piutang Usaha, Persediaan, Investasi
Jangka Panjang, Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud serta perubahannya
Page 24
a. KETERBATASAN LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
Laporan laba rugi merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah
asumsi, para pemakai laporan laba rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari
informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi. Beberapa keterbatasan dalam
laporan laba rugi adalah:
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam
laporan laba rugi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak dicatatnya keuntungan
dan kerugian yang belum terealisasi atas sekuritas investasi tertentu tidak
dicatat dalam laporan laba rugi apabila terdapat ketidakpastian bahwa
peruvahan nilai tersebut akan betul-betul terealisasi. Hal ini disebabkan
karena kerangka umum yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
dan melaporkan jenis-jenis nilai ini belum tersedia.
2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.
3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan. Hal ini ditunjukkan
dengan perbedaan estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap, perbedaan
estimasi biaya garansi masa depan dan penghapusan piutang tak tertagih,
sehingga menciptakan perbedaan jumlah beban yang berdampak pula
pada perbedaan laba yang dihasilkan,
Page 25
SAK ETAP 2009 mengatur tentang unsur-unsur penghasilan. Penghasilan
(income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains).
1. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalti dan sewa.
2. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan namun bukan pendapatan. Ketika keuntungan diakui dalam
laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena pengetahuan
mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan
ekonomi.
Page 26
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Laba atau rugi neto.
PSAK ETAP Bab 5 mengatur tentang penyajian Laporan Laba Rugi yaitu:
“entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang
memberikan informasi yang lebih andal dan relevan. PSAK ETAP Bab 5
mengatur dua metoda yang dapat digunakan untuk dalam
pengklasifikasian laporan laba rugi, yaitu:
a. Analisis Menggunakan Sifat Beban. Berdasarkan metoda ini, beban
dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh,
penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja
dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi
entitas. Tabel 3.1 menyajikan laporan laba rugi yang disusun
berdasarkan analisis menggunakan sifat beban.
b. Analisis Menggunakan Fungsi Beban. Berdasarkan metoda ini, beban
dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan
atau, sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi atau aktivitas
administrasi. Sekurang-kurangnya entitas harus mengungkapkan biaya
penjualannya sesuai metode ono terpisah dari beban lainnya. Tabel 3.2
menyajikan laporan laba rugi yang disusun berdasarkan analisis
menggunakan fungsi beban.
Tabel 3.1
Laporan Laba Rugi yang Disusun Berdasarkan
Analisis Menggunakan Sifat Beban
Sub Total Total
Pendapatan xxxx
Pendapatan operasi lain xxxx
Perubahan persediaan barang jadi dan xxxx
barang dalam proses
Bahan baku yang digunakan xxxx
Beban pegawai xxxx
Beban penyusutan dan amortisasi xxxx
Beban operasi lainnya xxxx
Jumlah beban operasi (xxxx)
Laba operasi xxxx
Tabel 3.2
Laporan Laba Rugi yang Disusun Berdasarkan
Analisis Menggunakan Fungsi Beban
Total
Pendapatan Xxxx
Beban pokok penjualan (xxxx)
Laba bruto Xxxx
Pendapatan operasi lainnya Xxxx
Page 27
Beban pemasaran (xxxx)
Beban umum dan administrasi (xxxx)
Beban operasi lain (xxxx)
Laba operasi Xxxx
PSAK No. 1 (revisi 2009) juga mengatur informasi yang disajikan dalam
Laporan Laba Rugi Komprehensif. PSAK No. 1 (revisi 2009) menyatakan
bahwa laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian
jumlah pos-pos berikut untuk periode:
1. Pendapatan;
2. Biaya keuangan;
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Suatu jumlah tanggal yang mencakup total dari:
a. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
b. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan
pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari
pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi
yang dihentikan;
6. Laba rugi;
7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang
diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam poin (8));
8. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura
yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan
9. Total laba rugi komprehensif.
Page 28
1. Laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
a. Kepentingan nonpengendali; dan
b. Pemilik entitas induk
2. Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan
kepada:
a. Kepentingan nonpengendali; dan
b. Pemilik entitas induk.
Berikut ini akan disajikan dalam Tabel 3.3 tentang penyajian laporan laba
rugi komprehensif dalam satu laporan dan pengklasifikasian beban dalam
laba rugi berdasarkan fungsi; Tabel 3.4 tentang alternatif penyajian
komponen komprehensif lain dalam laporan laba komprehensif setelah
pajak; Tabel 3.5 tentang penyajian laporan laba rugi dalam dua laporan
dan pengklasifikasian beban dalam laba rugi berdasarkan sifat; dan Tabel
3.6 tentang laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan.
Tabel 3.3
Penyajian Laporan Laba Rugi Komprehensif dalam Satu Laporan dan
Pengklasifikasian Beban dalam Laba Rugi Berdasarkan Fungsi
Page 29
setelah pajak
Total pendapatan komprehensif tahun berjalan 107.250 93.500
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan nonpengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Jumlah laba rugi komprehensif yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan nonpengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
Laba per saham (dalam rupiah)
Dasar dan dilusian 0,46 0,30
Tabel 3.4
Alternatif Penyajian Komponen Komprehensif Lain
dalam Laporan Laba Komprehensif setelah Pajak
20X7 20X6
Pendapatan komprehensif lain setelah pajak:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan valuta 4.000 8.000
asing
Aset keuangan tersedia untuk dijual (18.000) 20.000
Lindung nilai arus kas (500) (3.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 600 2.700
Keuntungan (kerugian) aktuarial program (500) 1.000
pensiun manfaat pasti
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas 400 (700)
asosiasi
Pendaatan komprehensif lain tahun berjalan (14.000) 28.000
setelah pajak
Page 30
Tabel 3.5
Penyajian Laporan Laba Rugi dalam Dua Laporan dan
Pengklasifikasian Beban dalam Laba Rugi berdasarkan Sifat
Page 31
Tabel 3.6
Laporan Laba Rugi Komprehensif dalam Dua Laporan
20x7 20x6
Laba tahun berjalan 121.250 65.500
Pendapatan komprehensif lain:
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam 5.334 10.667
valuta asing
Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) 26.667
Lindung nilai arus kas (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) aktuarial program (667) 1.333
pensiun manfaat pasti
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas 400 (700)
asosiasi
Pajak penghasilan terkait 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan (14.000) 28.000
setelah pajak
Total laba rugi komprehensif tahun berjalan 107.250 93.500
Total laba rugi komprehensif yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan nonpengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
PERTANYAAN
1. Jelaskan beberapa manfaat informasi yang ada dalam laporan laba rugi!
2. Jelaskan beberapa keterbatasan yang ada dalam laporan laba rugi!
3. Apa perbedaan utama antara pendapatan dengan keuntungan dan beban dengan
kerugian?
4. Apakah dasar yang membedakan antara pos-pos operasi dengan pos-pos non
operasi?
5. Jelaskan unsur-unsur laporan laba rugi berdasarkan SAK ETAP 2009.
6. Jelaskan dua metoda pengklasifikasian laporan laba rugi berdasarkan PSAK
ETAP bab 5.
7. Jelaskan bagaimana ketentuan penyajian laporan laba rugi komprehensif
berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009)!
8. SAK ETAP 2009 mengatur tentang unsur-unsur beban. Jelaskan unsur-unsur
beban berdasarkan SAK ETAP 2009!
Page 32
9. SAK ETAP 2009 juga mengatur tentang unsur-unsur penghasilan. Jelaskan
unsur-unsur penghasilan berdasarkan SAK ETAP 2009!
10. PSAK No. 1 (revisi 2009) mengatur informasi yang disajikan dalam laporan
laba rugi komprehensif. Jelaskan pos-pos apa saja yang minimal harus ada
dalam laporan laba rugi komprehensif berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009)!
LATIHAN
1. PT. SUARA memiliki pendapatan penjualan sebesar Rp. 540.000.000,- pada
tahun 2010. Pos-pos lainnya yang dicatat selama tahun berjalan adalah:
Harga pokok penjualan Rp. 320.000.000,-
Beban gaji Rp. 120.000.000,-
Beban pajak penghasilan Rp. 25.000.000,-
Beban operasi lainnya Rp. 10.000.000,-
Pendapatan bunga Rp. 20.000.000,-
Beban bunga Rp. 10.000.000,-
Buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi beban dan sifat beban untuk
tahun 2010, PT. SUARA memiliki 100.000 lembar saham yang beredar.
3. Berikut ini adalah saldo akun tertentu milik PT. KARIMUN pada tahun 2010:
Pendapatan sewa Rp. 6.500.000,-
Beban bunga Rp. 12.700.000,-
Pendapatan dividen Rp. 71.000.000,-
Retur penjualan Rp. 12.400.000,-
Diskon penjualan Rp. 7.800.000,-
Beban penjualan Rp. 99.400.000,-
Penjualan Rp. 390.000.000,-
Pajak penghasilan Rp. 31.000.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 184.400.000,-
Beban administrasi Rp. 82.500.000,-
Berdasarkan informasi tersebut buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi
beban dan sifat beban untuk tahun 2010.
4. Berikut ini adalah saldo akhir dari PT. MAKMUR pada tanggal 31 Desember
2010:
Pendapatan bunga Rp. 86.000.000,-
Kas Rp. 51.000.000,-
Penjualan Rp. 1.380.000.000,-
Piutang usaha Rp. 150.000.000,-
Page 33
Asuransi dibayar dimuka Rp. 20.000.000,-
Retur penjualan dan penurunan harga Rp. 150.000.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 7.000.000,-
Diskon penjualan Rp. 45.000.000,-
Tanah Rp. 100.000.000,-
Peralatan Rp. 200.000.000,-
Bangunan Rp. 140.000.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 621.000.000,-
Akumulasi penyusutan – peralatan Rp. 40.000.000,-
Akumulasi penyusutan – bangunan Rp. 28.000.000,-
Wesel tagih Rp. 155.000.000,-
Beban penjualan Rp. 194.000.000,-
Utang usaha Rp. 170.000.000,-
Utang obligasi Rp. 100.000.000,-
Beban administrasi dan umum Rp. 97.000.000,-
Kewajiban akrual Rp. 32.000.000,-
Beban bunga Rp. 60.000.000,-
Wesel bayar Rp. 100.000.000,-
Saham biasa Rp. 500.000.000,-
Laba ditahan Rp. 21.000.000,-
Asumsikan bahwa tarif pajak efektif yang akan dikenakan pada perusahaan
adalah 25%. Diminta: buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi beban
dan sifat beban untuk tahun 2010.
5. Berikut ini adalah catatan perusahaan PT. HARTA KARUN sebagai dasar
pembuatan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010:
Pendapatan sewa Rp. 29.000.000,-
Bunga atas wesel tagih Rp. 18.000.000,-
Gaji dan upah – penjualan Rp. 114.000.000,-
Bahan dan perlengkapan – penjualan Rp. 17.600.000,-
Pajak penghasilan Rp. 37.400.000,-
Gaji dan upah – administratif Rp. 135.900.000,-
Beban administrasi lainnya Rp. 51.700.000,-
Harga pokok penjualan Rp. 496.000.000,-
Penjualan bersih Rp. 980.000.000,-
Penyusutan aktiva pabrik
(70% penjualan; 30% administratif) Rp. 65.000.000,-
Dividen tunai yang diumumkan Rp. 16.000.000,-
Diminta: buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi beban dan sifat beban
untuk tahun 2010.
Page 34
Beban gaji Rp. 240.000.000,-
Beban pajak penghasilan Rp. 50.000.000,-
Buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi beban dan sifat beban untuk
tahun 2010, PT. BARUNA memiliki 200.000 lembar saham yang beredar.
7. PT. BAGUS memiliki penjualan bersih sebesar Rp. 4.800.000,- dan pendapatan
bunga sebesar Rp. 62.000,- selama tahun 2009. Beban untuk tahun 2009 adalah:
harga pokok penjualan Rp. 2.500.000,-; beban administrasi Rp. 424.000; beban
penjualan Rp. 560.000,-; beban bunga Rp. 90.000,-; tarif pajak perusahaan
sebesar 20%. Perusahaan memiliki 100.000 lembar saham biasa yang
diotorisasi. Berdasarkan informasi tersebut buatlah laporan laba rugi dengan
metoda fungsi beban dan sifat beban untuk tahun 2009.
8. Catatan keuangan PT. JASTRO pada tahun 2009 memiliki data-data yang
berhubungan dengan laporan laba rugi seperti yang disajikan berikut ini (karena
PT. JASTRO beberapa bulan yang lalu mengalami kebakaran, maka terdapat
beberapa data yang disajikan dalam bentuk prosentase):
a. Persediaan awal barang dagangan adalah Rp. 92.000.000,- dan menurun
20% selama tahun berjalan.
b. Diskon penjualan Rp. 17.000.000,-
c. Jumlah saham biasa yang beredar selama tahun 2010 adalah 20.000
lembar.
d. Beban bunga adalah Rp. 40.000.000,-
e. Tarif pajak penghasilan sebesar 20%.
f. Harga pokok penjualan berjumlah Rp. 35.000.000,-.
g. Beban administrasi adalah 15% dari harga pokok penjualan.
Berdasarkan informasi tersebut buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi
beban dan sifat beban untuk tahun 2009.
Page 35
10. Berikut ini adalah saldo akhir dari PT. JANJI JANJI MELULU pada tanggal 31
Desember 2009:
Harga pokok penjualan Rp. 1.242.000.000,-
Akumulasi penyusutan – peralatan Rp. 80.000.000,-
Akumulasi penyusutan – bangunan Rp. 56.000.000,-
Wesel tagih Rp. 310.000.000,-
Beban penjualan Rp. 388.000.000,-
Utang usaha Rp. 340.000.000,-
Utang obligasi Rp. 200.000.000,-
Beban administrasi dan umum Rp. 194.000.000,-
Kewajiban akrual Rp. 64.000.000,-
Beban bunga Rp. 120.000.000,-
Wesel bayar Rp. 200.000.000,-
Saham biasa Rp. 1.000.000.000,-
Laba ditahan Rp. 42.000.000,-
Pendapatan bunga Rp. 172.000.000,-
Kas Rp. 102.000.000,-
Penjualan Rp. 2.760.000.000,-
Piutang usaha Rp. 300.000.000,-
Asuransi dibayar dimuka Rp. 40.000.000,-
Retur penjualan dan penurunan harga Rp. 300.000.000,-
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 14.000.000,-
Diskon penjualan Rp. 90.000.000,-
Tanah Rp. 200.000.000,-
Peralatan Rp. 400.000.000,-
Bangunan Rp. 280.000.000,-
Asumsikan bahwa tarif pajak efektif yang akan dikenakan pada perusahaan
adalah 25%. Diminta: buatlah laporan laba rugi dengan metoda fungsi beban
dan sifat beban untuk tahun 2009.
Page 36
BAB IV
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
a. MANFAAT NERACA
Dengan menyajikan informasi terkait aset, liabilitas dan ekuitas, Neraca
memberikan dasar dalam perhitungan tingkat pengembalian (rate of return) dan
mengevaluasi struktur modal perusahaan, Analis juga dapat menggunakan informasi
dalam Neraca untuk menilai risiko perusahaan dan arus kas masa depan perusahaan.
Selain itu, Analyst dapat menggunakan Neraca untuk menilai likuiditas
Page 37
b. KETERBATASAN NERACA
Terdapat beberapa keterbatasan-keterbatasan penting dalam laporan posisi
keuangan yaitu:
1. Hampir semua aset dan liabilitas dilaporkan berdasarkan historical cost.
Sebagai hasilnya informasi yang dihasilkan dalam laporan posisi keuangan
dikritik karena tidak dapat melaporkan berdasarkan nilai wajar yang lebih
relevan.
2. Perusahaan-perusahaan menggunakan kebijakan dan estimasi untuk
menentukan beberapa item yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan.
Misalnya: etimasi terhadap jumlah piutang yang tidak dapat ditagih, masa
manfaat aktiva tetap dan jumlah pengembalian barang telah yang dijual selama
masa garansi.
3. Laporan posisi keuangan pada umumnya mengabaikan beberapa item yang
memiliki nilai keuangan tetapi perusahaan tidak dapat mencatatnya secara
objektif. Misalnya: pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh pegawai
perusahaan tidak dapat diukur nilai keuangannya secara objektif oleh
perusahaan.
Page 38
Subklasifikasi pos-pos dalam Laporan Posisi Keuangan dapat digambarkan dalam
Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Subklasifikasi Pos-pos dalam Laporan Posisi Keuangan
Aktiva Lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat
dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalan satu
siklus operasi, tergantung mana yang paling lama. Aktiva lancar disajikan dalam
neraca menurut urutan likuiditas. Lima pos penting dalam aktiva lancar yaitu: kas dan
ekuivalen kas, investasi jangka pendek, piutang, persediaan dan beban dibayar
dimuka. Kas pada umumnya terdiri atas mata uang dan giro. Ekuivalen kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid dan akan jatuh tempo dalam jangka waktu
tiga bulan atau kurang.
Investasi dalam sekuritas liabilitas dan ekuitas dikelompokkan kedalam tiga
kelompok terpisah untuk tujuan penilaian dan pelaporan, yaitu:
1. Sekuritas yang dipegang hingga jatuh tempo (held-to-maturity securities) yaitu
sekuritas liabilitas perusahaan yang memiliki nilai positif dan kemampuan
untuk dipegang sampai jatuh tempo.
2. Sekuritas perdagangan (trading securities), yaitu: sekuritas liabilitas dan
ekuitas yang terutama dibeli dan dipegang untuk dijual dalam waktu dekat
untuk mendapatkan laba atas selisih harga jangka pendek.
3. Sekuritas yang tersedia untuk dijual (available for sale securities), yaitu:
sekuritas hutang dan ekuitas yang tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas yang
dipegang hingga jatuh tempo dan sekuritas perdagangan.
Page 39
Untuk menyajikan pos persediaan secara tepat, dasar penilaian (yaitu, mana
yang terendah antara biaya atau harga pasar) dan metode penetapan harga (FIFO atau
rata-rata) harus diungkapkan. Beban dibayar dimuka yang termasuk dalam aktiva
lancar adalah pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat (biasanya jasa) yang
akan diterima dalam satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang lebih
panjang. Beban dibayar dimuka dilaporkan pada jumlah biaya yang belum jatuh
tempo atau belum digunakan. Contoh yang umum adalah pembayaran dimuka untuk
polis asuransi.
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang tidak memenuhi definisi aktiva
lancar. Investasi jangka panjang dan aktiva tak berwujud dapat dikategorikan dalam
aktiva tidak lancar. Investasi jangka panjang, biasanya terdiri dari satu diantara
empat jenis investasi berikut ini:
1. Investasi dalam sekuritas, seperti obligasi, saham biasa, atau wesel jangka
panjang.
2. Investasi dalam aktiva tetap berwujud, yang saat ini tidak digunakan dalam
operasi, seperti tanah yang ditahan untuk spekulasi.
3. Investasi yang disisihkan dalam dana khusus, seperti dana pelunasan, dana
pensiun, atau dana ekspansi pabrik.
4. Investasi dalam anak perusahaan atau afiliasi yang tidak dikonsolidasi.
Properti, pabrik dan peralatan adalah kekayaan yang bersifat tahan lama
yang digunakan dalam operasi reguler perusahaan. Aktiva ini terdiri dari properti atau
kekayaan fisik seperti tanah, bangunan, mesin, perabot, perkakas, dan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui (hutan, mineral). Kecuali tanah, sebagian besar aktiva
ini dapat disusutkan (seperti bangunan) atau dideplesikan (seperti hutan dan cadangan
minyak).
Aktiva tak berwujud (intangible assets) tidak memiliki substansi fisik dan
bukan merupakan instrumen keuangan. Aktiva tak berwujud meliputi paten, hak cipta,
waralaba, goodwill, merek dagang, nama dagang, dan daftar pelanggan. Pada
umumnya, semua aktiva tak berwujud diamortisasi (dihapus) selama masa
manfaatnya yang terbatas. Perusahaan secara periodik menilai umur aktiva tak
berwujud (seperti goodwill) berdasarkan penurunan nilai (impairment) yang terjadi.
Pos-pos yang dimasukkan dalam kelompok Aktiva Lainnya sangat bervariasi.
Beban dibayar dimuka jangka panjang, biaya pensiun dibayar dimuka, piutang tidak
lancar, aktiva dalam dana khusus, pajak penghasilan yang ditangguhkan (deferred
income tax), properti yang dipegang untuk dijual, dan kas atau sekuritas yang dibatasi
adalah contoh dari Aktiva Lainnya.
Perusahaan juga mengklasifikasikan Liabilitas sebagai liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban
yang diperkirakan secara memadai akan dilikuidasi melalui penggunaan aktiva lancar
atau penciptaan kewajiban lancar lainnya. Konsep ini meliputi:
1. Utang yang berasal dari akuisisi barang dan jasa: utang usaha, utang gaji,
utang pajak, dan lain-lain.
2. Penagihan yang diterima dimuka sebelum barang dikirimkan atau jasa
diberikan seperti pendapatan sewa yang belum dihasilkan atau pendapatan
langganan yang belum dihasilkan.
Page 40
3. Kewajiban lain yang likuidasinya akan dilakukan dalam siklus operasi seperti
bagian obligasi jangka panjang yang harus dibayarkan dalam periode berjalan,
atau kewajiban jangka pendek yang berasal dari pembelian peralatan.
Ekuitas Pemilik terdiri dari tiga bagian yaitu modal saham, modal disetor
tambahan dan laba ditahan. Modal saham berdasarkan nilai pari atau ditetapkan atas
saham yang diterbitkan. Modal disetor tambahan adalah kelebihan jumlah yang
dibayarkan diatas nilai pari atau yang ditetapkan. Laba ditahan adalah laba
perusahaan yang tidak didistribusikan.
Pada bagian selanjutnya akan disajikan bagaimana klasifikasi aset dan
kewajiban berdasarkan dua standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu: SAK
ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang
diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan tanpa akuntabilitas publik dan PSAK No.
1 (revisi 2009) yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan.
Page 41
d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Page 42
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
Page 43
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
dihentikan;
9. Utang dagang dan terutang lain;
10. Provisi;
11. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (9)
dan (10));
12. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK No. 46: Akuntansi Pajak Penghasilan;
13. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK No. 46;
14. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
(revisi 2009);
15. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan
16. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk.
Page 44
Tabel 4.2
Laporan Posisi Keuangan
KELOMPOK USAHA XYZ
LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 DESEMBER 20X7
(dalam ribuan rupiah)
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha dan terutang lainnya 115.100 187.620
Pinjaman jangka pendek 150.000 200.000
Bagian pinjaman jangka panjang 10.000 20.000
Utang pajak jangka pendek 35.000 42.000
Provisi jangka pendel 5.000 4.800
Total Liabilitas Jangka Pendek 315.100 454.420
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk
Modal Sahan 650.000 600.000
Saldo Laba 243.500 161.700
Komponen Ekuitas Lainnya 10.200 21.200
903.700 782.900
Kepentingan nonpengendali 70.050 48.600
TOTAL EKUITAS 973.750 831.500
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 1.466.500 1.524.200
Page 45
PERTANYAAN
1. Apa hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar?
2. Bagaimana informasi yang terdapat dalam laporan posisi keuangan (neraca)
membantu para pemakai laporan keuangan?
3. Apa keterbatasan utama dalam laporan posisi keuangan sebagai sumber
informasi?
4. Apakah sekuritas yang tersedia untuk dijual harus dilaporkan sebagai aktiva
lancar? Jelaskan.
5. Jelaskan bagaimana SAK ETAP bab 4 mengklasifikasikan aset sebagai aset
lancar?
6. Jelaskan bagaimana PSAK No. 1 (revisi 2009) mengklasifikasikan aset sebagai
aset lancar?
7. Jelaskan informasi-informasi minimal apa saja yang harus disajikan dalam
laporan posisi keuangan (neraca) berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009)?
8. Jelaskan informasi-informasi minimal apa saja yang harus disajikan dalam
laporan posisi keuangan (neraca) berdasarkan PSAK ETAP bab 4?
9. Jelaskan bagaimana PSAK No. 1 (revisi 2009) mengklasifikasikan liabilitas
sebagai liabilitas jangka panjang, dan bagaimana PSAK ETAP bab 4
mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek?
10. Jelaskan beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penyajian
laporan posisi keuangan (neraca) berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009)?
LATIHAN
1. PT. SARI SARI memiliki akun-akun berikut dalam neraca saldonya per 31
Desember 2010: Piutang Usaha Rp. 110.000.000; Persediaan Rp. 290.000.000;
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp. 8.000.000; Paten Rp. 72.000.000; Asuransi
Dibayar Dimuka Rp. 9.500.000; Utang Usaha Rp. 77.000.000; Kas Rp.
27.000.000. Berdasarkan informasi diatas buatlah Laporan Posisi Keuangan PT.
SARI SARI per 31 Desember 2010.
3. Nercara saldo PT. BANDUNG per 31 Desember 2010 terdiri atas: Persediaan
Rp. 120.000.000; Bangunan Rp. 207.000.000; Akumulasi Penyusutan Peralatan
Rp. 19.000.000; Peralatan Rp. 190.000.000; Tanah yang Dipegang untuk
Investasi Rp. 46.000.000; Akumulasi Penyusutan Bangunan Rp. 45.000.000;
Tanah Rp. 61.000.000; Tanah Hutan Rp. 70.000.000. Susunlah kelompok
Aktiva Tetap PT. Bandung per 31 Desember 2010.
Page 46
4. Neraca saldo setelah penyesuaian PT. ATI ATI per 31 Desember 2010 terdiri
atas akun-akun berikut ini: Sewa Dibayar Dimuka Rp. 120.000.000; Goodwill
Rp. 400.000.000; Piutang Pendapatan Waralaba Rp. 20.000.000; Waralaba Rp.
470.000.000; Paten Rp. 330.000.000; Merek Dagang Rp. 100.000.000. Buatlah
neraca bagian aktiva tak berwujud PT. ATI ATI per 31 Desember 2010.
5. Neraca saldo setelah penyesuaian PT. BANYU BIRU per 31 Desember 2010
berisi akun-akun sebagai berikut: Utang Usaha Rp. 240.000.000; Kewajiban
pensiun Rp. 375.000.000; Diskon atas Utang Obligasi Rp. 24.000.000; Uang
Muka dari pelanggan Rp. 41.000.000; Utang Obligasi Rp. 400.000.000; Utang
Gaji Rp. 27.000.000; Utang Bunga Rp. 12.000.000; Utang Pajak Penghasilan
Rp. 29.000.000. Susun kelompok liabilitas lancar dari neraca PT. BANYU
BURU per 31 Desember 2010.
6. Neraca saldo PT. MANDALA JAYA per 31 Desember 2010 berisi akun-akun
sebagai berikut: Investasi dalam Saham Biasa Rp. 70.000.000; Laba Ditahan Rp.
114.000.000; Merek Dagang Rp. 31.000.000; Saham Preferen Rp. 172.000.000;
Saham Biasa Rp. 55.000.000; Pajak penghasilan yang Ditangguhkan Rp.
88.000.000; Modal Disetor Tambahan Rp. 174.000.000. Susun kelompok
ekuitas pemegang saham PT. MANDALA JAYA per 31 Desember 2010.
7. Berikut adalah neraca saldo setelah penyesuaian PT. MABUR MABUR per 31
Desember 2010
Debet Kredit
Kas ??
Perlengkapan Kantor 1.200.000
Asuransi Dibayar Dimuka 1.000.000
Peralatan 48.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan 4.000.000
Merek Dagang 950.000
Utang Usaha 10.000.000
Utang Gaji 500.000
Pendapatan Jasa yang Belum 2.000.000
Dihasilkan
Utang Obligasi, Jatuh Tempo 2015 9.000.000
Saham Biasa 10.000.000
Laba Ditahan 25.000.000
Pendapatan Jasa 10.000.000
Beban Gaji 9.000.000
Beban Asuransi 1.400.000
Beban Sewa 1.200.000
Beban Bunga 900.000
Informasi Tambahan: (a) Rugi bersih selama tahun 2010 adalah Rp. 2.500.000;
(b) Tidak ada dividen yang diumumkan selama tahun 2010. Diminta buatlah
neraca PT. MABUR MABUR per 31 Desember 2010.
Page 47
8. Neraca saldo setelah penyesuaian PT. ADAM berisi akun berikut per 31
Desember 2010: Laba Ditahan Rp. 120.000.000; Saham Biasa Rp. 700.000.000;
Utang Obligasi Rp. 100.000.000; Modal Disetor Tambahan Rp. 200.000.000;
Goodwill Rp. 55.000.000; Akumulasi Komprehensif Lainnya Rp. 150.000.000.
Susun bagian ekuitas pemegang saham PT. ADAM per 31 Desember 2010.
9. Neraca Saldo PT. MASON per 31 Desember 2010 berisi akun-akun sebagai
berikut: Sekuritas Perdagangan Rp. 21.000.000; Goodwill Rp. 150.000.000;
Asuransi Dibayar Dimuka Rp. 12.000.000; Paten Rp. 220.000.000; Waralaba
Rp. 110.000.000. Susunlah kelompok aktiva tak berwujud dari neraca PT.
MASON per 31 Desember 2010.
10. Berikut ini adalah neraca saldo setelah penyesuaian PT. MABUR MABUR per
31 Desember 2010
Debet Kredit
Kas 197.000.000
Penjualan 8.100.000.000
Sekuritas Perdagangan (pada Biaya Rp. 153.000.000
145.000.000)
Harga Pokok Penjualan 4.800.000.000
Investasi Jangka Panjang dalam Obligasi 299.000.000
Investasi Jangka Panjang dalam Saham 277.000.000
Wesel Bayar Jangka Pendek 90.000.000
Utang Usaha 455.000.000
Beban Penjualan 2.000.000.000
Pendapatan Investasi 63.000.000
Tanah 260.000.000
Bangunan 1.040.000.000
Utang Dividen 136.000.000
Kewajiban Akrual 96.000.000
Piutang Usaha 435.000.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan 152.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 25.000.000
Beban Administrasi 900.000.000
Beban Bunga 211.000.000
Persediaan 597.000.000
Pendapatan Bunga 80.000.000
Wesel Bayar Jangka Panjang 900.000.000
Peralatan 600.000.000
Utang Obligasi 1.000.000.000
Akumulai Penyusutan Peralatan 60.000.000
Waralaba 160.000.000
Saham Biasa (pari Rp. 5.000) 1.000.000.000
Saham Treasuri 191.000.000
Paten 195.000.000
Laba Ditahan 78.000.000
Page 48
Modal Disetor Tambahan 80.000.000
Total 12.315.000.000 12.315.000.000
Buatlah neraca PT. MABUR MABUR per 31 Desember 2010.
Page 49
BAB V
KAS, REKONSILIASI BANK, DAN LAPORAN ARUS KAS
a. KAS
Kas adalah aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar
dan dasar pengukuran akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Kas diklasifikasikan
dalam aktiva lancar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan kas
adalah:
a. Ekuivalen Kas. Ekuivalen kas merupakan investasi jangka pendek yang sangat
likuid, yang (1) segera bisa dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui,
dan (2) begitu dekat dengan jatuh temponya sehingga perubahan suku bunga
tidak signifikan. Secara umum, hanya investasi dengan jatuh tempo selama 3
bulan atau kurang yang dikategorikan dalam ekuivalen kas.
b. Kas yang dibatasi. Kas kecil, pembayaran gaji, dan dana dividen adalah
contoh-contoh kas yang disisihkan untuk tujuan tertentu. Kas yang dibatasi
diklasifikasikan dalam kelompok aktiva lancar atau aktiva jangka panjang
tergantung pada tanggal ketersediaan atau pengeluaran. Kas yang dibatasi
diklasifikasikan kedalam kelompok aktiva lancar jika kas akan digunakan
dalam satu tahun atau satu siklus operasi mana yang lebih panjang untuk
membayar kewajiban yang ada atau jatuh tempo. Kas yang dibatasi
diklasifikasikan kedalam kelompok aktiva jangka panjang jika digunakan
untuk perluasan pabrik dan pelunasan hutang jangka panjang.
c. Bank Overdraft. Bank overdraft terjadi apabila suatu cek ditulis dalam jumlah
yang melebihi rekening kas. Bank overdraft harus dilaporkan dalam
Page 50
kelompok kewajiban lancar dan biasanya ditambahkan ke dalam jumlah yang
dilaporkan sebagai utang usaha.
Kas kecil adalah kas yang disediakan perusahaan untuk membayar semua
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis jika dilakukan dengan
menggunakan cek. Pemegang dana kas kecil adalah kasir kas kecil. Terdapat dua
metode yang bisa digunakan yaitu: Sistem Dana Imprest (Imprest Fund System) dan
Metode Fluktuasi (Fluctuation Method).
Sistem Dana Imprest; pada sistem ini jumlah dana kas kecil selalu tetap. Jika
terjadi pengeluaran, pemegang dana kas kecil akan mencatatnya pada buku
pengeluaran tanpa melakukan jurnal. Jika dirasa pengeluaran sudah cukup banyak
sehingga dana kas kecil tinggal sedikit, pemegang dana kas kecil akan meminta pada
pemegang dana kas besar untuk di-isi kembali sebesar dana kas kecil yang sudah
dikeluarkan.
Contoh: PT. BOLA BOLA membentuk dana kas kecil pada tanggal 1 Desember 2010
sebesar Rp.1.000.000,00. Pengeluaran sampai dengan tanggal 17 Desember 2010
sebesar Rp.900.000,00 dengan perincian sebagai berikut:
- Bayar koran Rp. 100.000,-
- Biaya kirim surat/undangan Rp. 50.000,-
- Beli ATK Rp. 150.000,-
- Bayar listrik Rp 250.000,-
- Bayar telpon Rp. 200.000,-
- Biaya rapat Rp. 150.000,-
Pengisian kas kecil dilakukan setiap tanggal 17. Pada tanggal tersebut dilakukan
pengisian kembali atas dana kas kecil sebesar Rp. 900.000,-. Sejak tanggal 18
Desember sampai dengan 26 Desember kembali terjadi pengeluaran sebagai berikut:
- Beli makanan untuk rapat Rp. 250.000,-
- Bayar majalah Rp. 250.000,-
- Biaya kirim surat/kurir Rp. 150.000,-
- Biaya kirim paket Rp. 150.000,-
Page 51
31 Desember
Jika pada tanggal tersebut tidak dilakukan pengisian kembali maka pada tanggal 31
Desember harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
(D) Beban rapat Rp. 350.000,-
Beban koran/majalah Rp. 250.000,-
Beban transport Rp. 150.000,-
Beban pengiriman Rp. 150.000,-
(K) Kas Kecil Rp. 800.000,-
Pada awal Januari harus dibuat penyesuaian kembali yaitu:
(D) Kas Kecil Rp. 800.000,-
(K) Beban rapat Rp. 350.000,-
Beban koran/majalah Rp. 250.000,-
Beban transport Rp. 150.000,-
Beban pengiriman Rp. 150.000,-
Jurnal penyesuaian kembali harus dibuat agar kas kecil nilainya kembali menjadi
Rp.1.000.000,-. Dengan cara seperti ini pengisian kembali dapat dilakukan seperti
cara sebelumnya (jurnal pengisian kembali).
Perubahan saldo rekening kas kecil dimungkinkan terjadi jika ada penambahan atau
pengurangan atas jumlah kas kecil. Misalkan kas kecil dianggap terlalu besar dan
diubah menjadi Rp.800.000,-, maka akan dibuat jurnal sebagai berikut:
(D) Kas Rp.200.000,-
(K) Kas Kecil Rp.200.000,-
Jika kas kecil sebesar Rp.1.000.000,- dianggap terlalu kecil dan diputuskan untuk
menambahnya menjadi Rp.1.250.000,- maka jurnalnya:
(D) Kas Kecil Rp.250.000,-
(K) Kas Rp.250.000,-
Metode Fluktuasi: pada metode ini saldo rekening kas kecil berfluktuasi (tidak
tetap), sesuai jumlah pengeluaran yang sudah dibayarkan. Pencatatan dilakukan setiap
kali terjadi pengeluaran.
Contoh: PT. BOLU BOLU membentuk dana kas kecil pada tanggal 1 September 2011
sebesar Rp.1.000.000,00. Pengeluaran yang terjadi diperincikan sebagai berikut:
- 2 September bayar koran dan majalah Rp. 250.000,-
- 5 September kirim surat/undangan Rp. 50.000,-
- 10 September beli ATK Rp. 100.000,-
- 13 September bayar listrik Rp 250.000,-
- 17 September bayar telpon Rp. 200.000,-
- 20 September pengisian kembali dana kas kecil Rp. 850.000,-
Page 52
Jurnal:
2011
1 September
Pembentukan Kas Kecil
b. REKONSILIASI BANK
Pada setiap akhir periode operasi perusahaan, bank akan mengirimkan salinan
rekening bank atau rekening koran kepada setiap nasabahnya bersama dengan cek
nasabah yang telah dibayarkan oleh bank selama periode operasi berjalan perusahaan.
Saldo kas yang dilaporkan oleh bank dalam laporan bank akan sama dengan saldo
yang terdapat dalam catatan nasabah sendiri, jika:
a. Tidak ada kesalahan yang dibuat oleh bank atau nasabah;
b. Semua deposito yang dilakukan dan semua cek yang ditarik oleh nasabah
sampai pada bank dalam bulan yang sama; dan
c. Tidak terjadi transaksi tidak biasa yang mempengaruhi baik catatan kas
perusahaan ataupun bank.
Pada umumnya kondisi saldo kas yang dilaporkan oleh bank dalam laporan
bank akan sama dengan saldo yang terdapat dalam catatan nasabah sendiri, jarang
terjadi. Kondisi tersebut mengharuskan perusahaan harus merekonsilisasi kas di bank
perusahaan. Pos-pos rekonsiliasi terdiri dari:
a. Deposito dalam perjalanan. Deposito kas akhir bulan yang telah dicatat
dalam pembukuan depositor untuk satu bulan baru diterima dan dicatat oleh
bank pada bulan berikutnya.
b. Cek-cek yang beredar. Cek-cek yang ditulis oleh depositor dicatat ketika
dituliskan tetapi mungkin belum dicatat atau dikliring oleh bank sampai bulan
berikutnya.
Page 53
c. Beban bank. Beban dicatat oleh bank terhadap saldo depositor untuk pos-pos
seperti jasa bank, pemrosesan cek, cek kosong (not-sufficient-funds/NSF
checks), dan sewa safe deposit box. Depositor mungkin belum mengetahui
beban-beban ini sampai menerima laporan bank atau rekening koran.
d. Kredit bank. Penagihan atau deposito oleh bank atas nama depositor yang
mungkin belum diketahui oleh depositor sampai diterimanya laporan bank.
Contohnya adalah penagihan wesel untuk depositor dan bunga yang dihasilkan
pada rekening koran berbunga.
e. Kesalahan bank atau depositor. Kesalahan bank yang dilakukan oleh bank
maupun oleh depositor yang dapat menyebabkan saldo bank berbeda dengan
saldo pembukaan depositor.
Rekonsiliasi bank adalah skedul yang menjelaskan setiap perbedaan antara
catatan kas bank dan catatan kas perusahaan. Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam
dua bentuk. Pertama, merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku atau
sebaliknya. Kedua, merekonsiliasi baik saldo bank maupun saldo buku dengan saldo
kas yang benar. Bentuk yang kedua ini yang sering digunakan oleh perusahaan.
Bentuk rekonsiliasi terdiri dari dua bagian: saldo per laporan bank dan saldo
per buku perusahaan. Kedua bagian ini berakhir dengan saldo kas yang benar yang
sama antara kedua bagian tersebut. Saldo kas yang benar adalah jumlah dimana
pembukuan harus disesuaikan dan jumlah yang dilaporkan dalam neraca. Ayat jurnal
penyesuaian harus dibuat untuk seluruh pos-pos penambahan atau
pengurangan yang muncul dalam saldo buku perusahaan, sedangkan kesalahan
yang berasal dari bank harus segera dilaporkan kepada bank yang bersangkutan.
Sebagai contoh, berikut ini akan ditunjukkan contoh transaksi terkait
rekonsiliasi bank: PT. ADIJAYA memperlihatkan saldo kas perusahaan di Bank ABC
per 30 November 2010 sebesar Rp. 20.502.000,-. Laporan bank yang mencakup bulan
November memperlihatkan saldo akhir sebesar Rp. 22.190.000,-. Pemeriksaan atas
catatan akuntansi PT. ADIJAYA dan laporan bank bulan November menemukan pos-
pos rekonsiliasi sebagai berikut:
1. Deposito bernilai Rp. 3.680.000 telah dikirimkan pada tanggal 30 November
tetapi belum muncul dalam laporan bank.
2. Cek-cek yang ditulis selama bulan November tetapi belum tercantum dalam
laporan bank adalah: cek No. 7327 sebesar Rp. 5.001.000,-.
3. PT. ADIJAYA belum mencatat bunga sebesar Rp. 600.000 yang ditagih oleh
bank pada tanggal 20 November atas obligasi ABC Company yang dikelola
oleh bank atas nama PT. ADIJAYA.
4. Beban jasa bank sebesar Rp. 18.000,- belum dicatat dalam pembukuan PT.
ADIJAYA.
5. Salah satu cek pelanggan PT. ADIJAYA yang bernilai Rp. 220.000 telah
dikembalikan bersama dengan laporan bank dan ditandai “NSF”. Bank
memperlakukan cek kosong ini sebagai pengeluaran.
6. PT. ADIJAYA menemukan bahwa cek No. 7322 senilai Rp. 131.000,- yang
ditulis bulan November untuk membayar hutang usaha, telah dicatat sebesar
Rp. 311.000,- dalam pembukuan.
7. Sebuah cek untuk PT. JAYADI yang berjumlah Rp. 175.000,- telah salah
dibebankan kepada PT. ADIJAYA oleh bank.
Page 54
Rekonsiliasi antara saldo bank dan pembukuan dengan saldo kas yang benar sebesar
Rp. 21.044.000,- seperti yang tampak pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
PT. ADIJAYA
Rekonsilisasi Bank, 30 November 2010
Ditambah:
- Bunga yang ditagih oleh bank 600.000
- Kesalahan pencatatan 180.000
780.000
21.282.000
Dikurangi:
- Beban jasa bank 18.000
- Cek kosong yang dikembalikan 220.000
238.000
Saldo Kas yang Tepat 21.044.000
Ayat jurnal yang diperlukan untuk menyesuaikan dan mengkoreksi pembukuan PT.
ADIJAYA pada awal Desember 2010 diambil dari pos-pos pada bagian “Saldo per
pembukuan”. Ayat jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Mencatat bunga atas obligasi ABC Company
(D) Kas 600.000
(K) Pendapatan Bunga 600.000
Page 55
3. Mencatat beban jasa bank bulan November 2010
(D) Beban Kantor – Beban Bank 18.000
(K) Kas 18.000
Page 56
f. Penerimaan dan pembiayaan kas dari investasi, pinjaman, dan
kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang
sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan intuk dijual
kembali.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan. Contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah:
a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain;
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik
atau menebus saham entitas;
c. Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel dan pinjaman
jangka pendek atau jangka panjang lainnya;
d. Pelunasan pinjaman;
e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban
yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Page 57
ii. Pelaporan Arus Kas dari Akvitas Operasi, Investasi dan Pendanaan
Berdasarkan PSAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
PSAK ETAP Bab 7 mengatur pelaporan arus kas dari aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan. Entitas melaporkan arus kas dari
aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung. Metode
tidak langsung berdasarkan PSAK ETAP Bab 7 adalah laba atau rugi neto
disesuaikan dengan mengkoreksi dampak dari transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk
operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban
yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Arus kas neto dari aktivitas operasi berdasarkan metode tidak
langsung, ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi dari dampak:
1. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama
periode berjalan;
2. Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, dan keuntungan dan
kerugian valuta asing yang belum direalisasi; dan
3. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.
Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan
pendanaan. Jumlah keseluruhan arus kas yang berasal dari akuisisi dan
pelepasan entitas anak atau unit usaha lain disajikan secara terpisah dan
diklasifikasikan sebagai arus kas operasi.
iii. Ketentuan Laporan Arus Kas Berdasarkan PSAK No. 2 (revisi 2009)
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan
keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait laporan arus kas
berdasarkan PSAK No. 2 adalah sebagai berikut:
12. Arus kas dari pos luar biasa dihilangkan.
13. Arus kas dari aktivitas operasi dapat disusun dengan metode
langsung (penerimaan/pengeluaran kas bruto) atau metode tidak
langsung (laba/rugi neto yang disesuaikan).
14. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan
dapat dilaporkan dengan arus kas neto, misal kepentingan pelanggan
atau untuk pos-pos dengan perputaran yang cepat, jumlah besar,
periode singkat.
15. Arus kas dalam mata uang asing dibukukan dalam mata uang
fungsional berdasarkan kurs tukar yang berlaku pada tanggal
transaksi. Arus kas entitas anak luar negri dijabarkan berdasarkan
kurs tukar pada tanggal transaksi.
Page 58
16. Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan harus
disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan secara konsisten.
17. Arus kas PPh diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasikan
sebagai arus kas dari aktivitas operasi, kecuali yang secara spesifik
terkait dan dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan
investasi.
18. Perubahan kepemilikan entitas anak dan unit bisnis lainnya disajikan
terpisah dan masuk dalam aktivitas investasi, dengan tambahan
pengungkapan.
19. Transaksi bukan kas untuk investasi dan pendanaan tidak termasuk
dalam laporan arus kas dan diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
20. Komponen kas dan setara kas diungkap dan direkonsiliasi antara
laporan arus kas dan laporan posisi keuangan.
21. Disclosure kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya oleh
grup atau entitas Luar Negri beserta pendapat manajemen.
Page 59
pengendalian entitas
Selama periode ini, entitas memperoleh aset tetap dengan nilai total Rp. 1.250 dimana
Rp. 900 diantaranya diperoleh melalui sewa pembiayaan. Pembayaran kas untuk
perolehan ini adalah Rp. 350.
C. Kas dan Setara Kas (harus ditransfer dalam laporan arus kas)
Kas dan setara kas terdiri dari uang tunai dan saldo bank, serta investasi dalam
instrumen pasar uang. Kas dan setara kas dalam laporan arus kas meliputi jumlah-
jumlah dalam laporan pos keuangan berikut ini:
Kas dan setara kas pada akhir periode meliputi rekening deposito bank sebesar Rp
100 yang dipegang entitas anak dan tidak dapat digunakan dengan bebas oleh holding
company karena adanya pembatasan arus valuta. Kelompok entitas ini mempunyai
fasilitas pinjaman Rp. 2.000, Rp. 700 diantaranya hanya dapat digunakan untuk
ekspansi di masa depan.
D. Informasi Segmen
PERTANYAAN
1. Apa saja yang membedakan PSAK No. 2 tentang Laporan Arus Kas (revisi
2009) dengan PSAK No. 2?
2. Mengapa kas dikatakan sebagai aktiva yang paling liquid?
3. Mengapa diperlukan rekonsiliasi bank?
4. Apakah ada perbedaan metode pelaporan arus kas menurut SAK dan SAK
ETAP?
Page 60
5. Mengapa laporan arus kas menjadi laporan yang wajib dalam pelaporan
keuangan?
LATIHAN
1. PT. ALAM SEMESTA memiliki aktiva berikut ini pada tanggal 31 Desember
2010:
a. Kas di bank – rekening tabungan Rp. 63.000.000,-
b. Kas di tangan Rp. 9.300.000,-
c. Pengembalian kas yang terutang Rp. 31.400.000,-
d. Saldo rekening koran Rp. 17.000.000,-
e. Cek mundur Rp. 750.000,-
f. Sertifikat deposito (180 hari) Rp. 90.000.000,-
Berapa jumlah yang harus dilaporkan sebagai kas?
3. Pada tanggal 11 Desember 2010 perusahaan menetapkan dana kas kecil sebesar
Rp 1.500.000,- dengan system dana imprest. Kas kecil hanya akan diisi bila dana
kas perusahaan sisa Rp 500.000,-. Berikut merupakan transaksi yang terjadi pada
bulan Desember
a. 13 Des Membeli materai dan perangko seharga Rp 15.000,-
Membayar kuitansi pembayaran ongkos angkut pembelian Rp
125.000,-
Page 61
Menjamu tamu Rp 200.000,-
b. 18 Des Membayar tagihan telepon Rp 180.000,-
c. 20 Des Membeli bensin untuk mobil dinas bagian penjualan Rp
100.000,-
d. 21 Des Dibeli Kertas HVS sebanyak 5 rim dengan harga @ Rp
35.000,-
e. 23 Des Membayar jasa reparasi AC Rp 315.000,-
f. 29 Des Dibayar jasa atas servis mesin Rp 150.000,-
Dibayar kuitansi langganan Koran Rp 90.000,-
g. 02 Jan Dibayar bunga atas wesel bayar Rp 120.000,-
Dibeli flash disk untuk bagian accounting Rp 170.000,-
Diminta: Buat jurnal terkait!
4. PT. Nagasari membentuk dana kas kecil pada tanggal 10 Desember 2010
sebesar Rp 1.500.000,-. Pengisian kembali dilakukan sebulan sekali tiap tanggal
10 dengan mengeluarkan cek. Berikut ini transaksi sehubungan dengan
penggunaan kas kecil tersebut sejak tanggal pembentukan sampai dengan
tanggal pengisian kembali.
Desember 2010
13 : dibayar rekening listrik Rp 175.000,-
20 : dibeli bahan habis pakai Rp 225.000,-
30 : dibayar kuitansi langganan harian JAWA POS Rp 160.000,-
31 : tutup buku, tanpa pengisian kembali dana kas kecil
Januari 2011
3 : dibeli kain lap lantai Rp 100.000,-
6 : dibayar tagihan makan kecil Rp 735.000,-
10: dikeluarkan cek untuk mengisi kembali dana kas
kecil Rp1.395.000,-
Diminta:
- Buatlah semua jurnal yang diperlukan jika kas kecil diselenggarakan dengan
sistem dana tetap
- Tentukan jumlah kas kecil yang disajikan di neraca per 31 Des 2010!
5. Saldo Akun kas di Bank Matraman pada buku besar CV Hadi dan Rekan per 31
Desember 2010 menunjukkan angka sebesar Rp 22.340.000,-. Menurut laporan
bank Matraman, pada tanggal yang sama saldo rekening Giro CV Hadi dan
Rekan menunjukkan angka Rp 23.132.500,-. Adapun penyebab perbedaan
tersebut sebagai berikut:
- Setoran dalam perjalanan Rp 2.230.000,-
- Cek beredar Rp 3.310.000,-
- Cek kosong dari firma Adi Rp 1.760.000,-
- Penagihan wesel oleh bank:
Nominal wesel Rp 1.525.000,-
Biaya Tagih Rp 52.500,-
Rp 1.472.500,-
Susunlah rekonsiliasi bank per 31 Januari 2011 untuk CV Hadi dan Rekan!
Page 62
6. Berikut data yang diperoleh dari Buku PT. Bangau dan Laporan Bank bulan Mei
2010 :
a. Saldo R/K per 31 Mei 2010 sebesar Rp. 8.813.500,- dan saldo simpanan
di Bank STIE Perbanas Rp. 9.205.000,-
b. Setoran pada tanggal 31 Mei 2010, tidak tampak dalam Laporan Bank
sebesar Rp. 1.150.000,-
c. Cek yang ditarik oleh PT. Bangau sebesar Rp. 990.000,- untuk
membayar utang kepada PT. Emprit belum terdapat dalam rekening
koran.
d. Memo kredit dari Bank untuk Jasa Giro bulan Mei sebesar Rp. 200.000,-
e. Cek sebesar Rp. 1.750.000,- yang diterima perusahaan dari PT. Agung
dan sudah disetor ke Bank dinyatakan kosong oleh Bank.
f. Memo debit dari Bank untuk biaya administrasi bulan Mei sebesar Rp.
105.000,-
g. Kesalahan mencatat dalam jurnal penerimaan kas tanggal 6 Mei 2010
sebagai berikut :
h.
1) Dicatat Rp. 5.750.000,-
2) Jumlah yang benar Rp. 3.650.000,-
h. Penerimaan bersih dari Wesel Tagih Perusahaan Bangau yang ditagihkan
oleh Bank pada tanggal 14 Mei 2010, tetapi belum dicatat oleh
Perusahaan Bangau sebesar Rp. 2.500.000,- ditambah bunga Rp.
150.000,- dikurangi biaya penagihan Rp. 85.000,-
i. Setoran CV. Bangau oleh Bank dikreditkan ke rekening PT. Bangau
sebesar Rp. 1.350.000,-
j. Perusahaan telah menarik cek sebesar Rp. 850.000,- untuk membayar
utang kepada PT. HFC, tetapi oleh perusahaan dicatat dalam pembukuan
sebesar Rp. 85.000,-
k. Setoran sebesar Rp. 985.000,- oleh Bank dikreditkan dengan jumlah Rp.
98.500,-
l. Perusahaan telah mengeluarkan cek sebesar Rp. 1.500.000,- sampai
akhir bulan September cek tersebut belum diuangkan oleh pemegangnya.
m. Bank telah membayar cek kepada PT. Dirgahayu atas permintaan
perusahaan sebesar Rp. 1.400.000,- tetapi oleh Bank dibukukan sebesar
Rp. 1.140.000,-
n. Dalam Laporan Bank tercantum Debit Memo untuk PT. Bolang sebesar
Rp. 500.000,-. Ketika diberi tahu, Bank bersedia membenarkan
kesalahan tersebut.
Diminta :
- Buatlah Rekonsilisi Bank pada 31 Mei 2010 untuk PT. Bangau
- Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan terkait dengan transaksi
pada bulan Mei.
Page 63
7. Berikut merupakan data yang diperoleh dari bank dan bagian pencatatan:
a. Buku kas menunjukkan saldo awal $8.400, penerimaan 193.600,
pengeluaran 169.400 dan saldo akhir 32.600
b. Laporan bank bulan Mei 2010, saldo awal $ 10.000, penerimaan
190.000, pengeluaran 180.000 dan saldo akhir 20.000
c. Deposit in transit untuk bulan April 2010 sebesar $2.000 dan Mei 2010
sebesar 3.000
d. Outstanding Cheques bulan April 2010 adalah $ 4.000 dan Mei 2010
adalah 5.000
e. Cek kosong bulan Mei 2010 adalah $15.000
f. Biaya administrasi bank bulan April $1.200 dan Mei 1.500
g. Jasa Giro bulan April $ 800 dan Mei 900
h. Bagian Accounting salah mencatat tagihan telepon, seharusnya $ 14.800
salah dicatat 18.400
i. Bank salah mencatat setoran perusahaan, seharusnya setoran sebesar $
19.600 tetapi salah dicatat sebesar 16.900
Diminta: Susunlah rekonsiliasi Bank pada 31 Mei 2010!
8. PT. Sejahtera Abadi menggunakan metode dana tetap (imprest) untuk mengelola
dana kas kecilnya. Setiap hari Sabtu dana kas kecil diisi kembali menjadi
sejumlah Rp.1.500.000,-. Data pengeluaran kas kecil untuk seminggu yang
berakhir pada tanggal 26 Desember 2010 dan 2 Januari 2011 sebagai berikut:
Ongkos angkut
pembelian barang Rp. 95.000,- Rp. 248.000,- Rp. 332.000,-
Biaya reparasi - 144.000,- 144.000,-
Rekening air - 56.000,- 56.000,-
Bahan pembantu utk
kantor 226.000,- 40.000,- 320.000,-
Biaya iklan 336.000,- - -
9. Saldo menurut catatan PT. Maju Mundur per 31 Desember 2009 sebesar
Rp.15.750.000,-. Jumlah tersebut tidak sama dengan saldo menurut laporan
bank. Adapun penyebabnya:
Adanya cek beredar Rp.500.000,-
Adanya setoran dalam perjalanan 750.000,-
Page 64
Biaya bank dan jasa giro belum tampak dalam
Catatan PT. Maju Mundur, jumlahnya masing2:
- Biaya bank 75.000,-
- Jasa giro bank 100.000,-
Cek kepada langganan keliru dicatat oleh PT.
Maju Mundur: jumlah yang benar 900.000,-
Jumlah yang salah 600.000,-
Setoran PT. Undur-undur sebesar Rp.400.000,- oleh bank keliru dicatat
sebagai setoran PT. Maju Mundur.
Diminta:
a. Hitunglah saldo menurut laporan bank per 31 Desember 2009
b. Buat rekonsiliasi untuk menghitung saldo yang benar pada tanggal 31
Desember 2009
c. Buat jurnal koreksi
10. Berikut ini adalah data-data Neraca Grant Wood Corporation pada akhir tahun
2010 mencakup pos-pos sebagai berikut:
Aktiva 31 Des 2010 1 Jan 2010 Naik/Turun Ket
Kas $20.000 $13.000 $7.000 Naik
Piutang Usaha 106.000 88.000 18.000 Naik
Peralatan 39.000 22.000 17.000 Naik
Akm Penyusutan (17.000) (11.000) 6.000 Naik
Total $148.000 $112.000
Kewajiban & Ekuitas
Hutang Usaha $20.000 $15.000 5.000 Naik
Saham Biasa 100.000 80.000 20.000 Naik
Laba Ditahan 28.000 17.000 11.000 Naik
Total $148.000 $112.000
Perusahaan telah melaporkan laba bersih sebesar $44.000 dan dividen sebesar
$33.000 telah dibayarkan selama tahun 2010. Perusahaan telah membeli
peralatan baru dan tidak ada peralatan yang dijual. Dari informasi diatas,
buatlah laporan arus kas untuk tahun 2010.
11. Kantor Akuntan Emira & Rekan saat ini sedang melakukan pemeriksaan kas kecil
terhadap Firma Aldian & Rekan. Menurut perhitungan fisik (yang dilakukan pada
akhir tahun buku 2010), kas kecil tersebut terdiri atas elemen-elemen sebagai berikut:
Uang kertas dan logam Rp. 562.100
Bon karyawan 1.000.000
Bukti-bukti pengeluaran 437.900
Materai & perangko 126.000
Rp. 2.126.000
Kas kecil ditetapkan jumlahnya sebesar Rp. 2.100.000. pengawasan akuntansi terhadap
kas kecil diselenggarakan dengan system dana tetap.
Diminta:
a. Buatlah usulan jurnal penyesuaian kepada Firma Aldian & Rekan sehubungan
dengan pemeriksaan terhadap kas kecil tersebut
b. Tentukan jumlah kas kecil yang akan disajikan di Neraca per 31 Desember 2010.
Page 65
12. Pembentukan dana kas kecil pada tanggal 15 Juni 2009 sebesar Rp. 1.500.000 dan
pengisian kembali setiap tanggal 15. Berikut transaksi selama bulan Juni dan Juli.
Juni 17 Dibeli perlengkapan toko Rp. 195.000
19 Beban angkutan kilat barang dagang 120.000
25 Membeli perlengkapan kantor 113.750
28 Membeli perangko 55.000
29 Reparasi atas mesin printer (bbn adm) 250.000
30 Tutup buku, tanpa pengisian kembali
Juli 4 Biaya pos pengiriman (bbn adm) Rp. 150.000
7 Biaya angkutan ekspres barang-barang 125.000
12 Membeli bahan habis pakai 300.000
15 Dikeluarkan cek untuk pengisian kembali
Diminta:
Buat jurnal transaksi tersebut di atas, jika menggunakan imprest fund system.
13. Data berikut diperoleh dari laporan bank dan buku kas Capulet Co pada Mei 2010:
a. Buku kas Capulet menunjukkan saldo awal kas sebesar $ 8.400, penerimaan $
193.600, pengeluaran $ 169. 400 dan saldo akhir $ 32.600
b. Laporan bank menunjukkan saldo awal $ 10.000, penerimaan $ 190.000,
pengeluaran $ 180.000 dan saldo akhir $ 20.000
c. Deposit in transit untuk bulan April 2010 sebesar $ 2.000 dan untuk bulan Mei
2010 adalah $ 3.000
d. Outstanding cheques bulan April 2010 adalah $ 4.000 dan bulan Mei 2010 adalah
$ 5.000
e. Cek kosong bulan Mei 2010 adalah $ 15.000
f. Biaya administrasi bank bulan April $ 1.200 dan Mei $ 1.400
g. Pendapatan jasa giro bulan April $ 8.000 dan Mei $ 900
h. Capulet Co salah mencatat cek untuk membayar biaya tagihan telepon.
Seharusnya cek bernilai $ 14.800 salah dicatat sebesar $ 18.400
i. Bank salah mencatat setoran perusahaan, seharusnya setoran sebesar $ 19.600,
tetapi salah dicatat menjadi $ 16.900
Diminta:
Susunlah rekonsiliasi bank per 31 Mei 2010 beserta jurnal penyesuaiannya!
14. PT Melati menyetor kasnya ke Bank Kamboja setiap hari dalam rekening gironya yang
telah dibuka 15 tahun yang lalu. Setiap pengeluaran kas dilakukan dengan cek.
Berikut ini informasi yang berguna untuk menyusun rekonsiliasi bank.
- Saldo kas di Bank Kamboja per 1 Desember sebesar Rp. 4.320.000
- Penerimaan kas selama bulan Desember Rp. 10.000.000
- Pengeluaran kas selama bulan Desember Rp. 5.320.000
Informasi lain:
a. Setoran dalam perjalanan (deposit in transit) bulan Desember Rp. 2.500.000
b. Cek beredar (Outstanding checks) bulan Desember 2.356.000
c. Memo debit dari bank untuk biaya bank bulan Desember 234.000
d. Memo kredit dari bank untuk jasa giro bulan Desember 32.000
Page 66
e. Cek PT Melani sebagai pelunasan kepada PT Melati disetor langsung ke Bank
Kamboja sebesar 678.000
f. Setoran CV Melati oleh Bank Kamboja dicatat sebagai setoran PT Melati 1.376.000
g. Cek perusahaan lain dicatat sebagai cek PT Melati oleh Bank Kamboja 1.175.000
h. Cek sebesar Rp. 960.000 oleh pemegang buku PT Melati dicatat sebesar Rp. 690.000
(cek ini membayar utang dagang).
Menurut laporan Bank Kamboja, saldo kas PT Melati dalam rekening giro per 31
Desember sebesar Rp. 9.263.000.
Diminta:
1. Susunlah rekonsiliasi bank per 31 Desember untuk PT Melati.
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.
15. Pembukuan PT. Datuk Maringgih memperlihatkan saldo kas perusahaan di Bank
Niaga per tanggal 30 Nopember 2010 sebesar Rp.205.020.000. Laporan Bank
memperlihatkan saldo akhir sbs Rp. 221.900.000. Pemeriksaan atas catatan
akuntansi PT. Datuk Maringgih dan laporan bulan Nopember menemukan pos-
pos rekonsiliasi sbb:
a. Deposito bernilai Rp. 36.800.000 telah dikirimkan pada tanggal 30
Nopember tetapi belum muncul dalam laporan bank
b. Cek-cek yang ditulis selama bulan Nopember tetapi belum tercantum
dalam laporan bank adalah:
Cek nomor #4801 Rp. 1.500.000
#4812 48.200.000
#4820 310.000
c. PT. Datuk Maringgih belum mencatat bunga sebesar Rp. 6.000.000 yang
ditagih oleh Bank pada tanggal 20 Nopember atas obligasi PT. Bahana
Membara yang dikelola oleh Bank atas nama PT. Datuk Maringgih.
d. Beban jasa Bank sebesar Rp. 180.000 belum dicatat dalam pembukuan PT.
Datuk Maringgih.
e. Salah satu cek pelanggan PT. Datuk Maringgih yang bernilai Rp.
2.200.000 telah dikembalikan bersama dengan laporan Bank dan ditandai
dengan “NSF”. Bank memperlakukan cek kosong ini sebagai pengeluaran.
f. PT. Datuk Maringgih menemukan bahwa cek #4836 senilai Rp. 1.310.000
yang ditulis bulan Nopember untuk membayar hutang usaha, telah salah
dicatat sebesar Rp. 3.110.000 dalam pembukuan.
g. Sebuah cek untuk PT. Datuk Miranggih yang berjumlah Rp. 1.750.000
telah salah dibebankan kepada PT. Datuk Maringgih.
Berdasar data diatas, buatlah :
- Rekonsiliasi atas dasar saldo yang benar.
- Buat jurnal yang diperlukan!
Page 67
BAB VI
Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan
atau pihak-pihak lainnya. Piutang dapat diklasifikasikan dalam neraca baik
sebagai piutang dagang atau piutang non dagang. Piutang Dagang (trade
receivable) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang
telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang Dagang yang
dimiliki oleh perusahaan dapat disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel
tagih. Piutang usaha (account receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam
waktu 30 sampai 60 hari. Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk
membayar sejumlah tertentu pada tanggal tertentu dimasa depan. Wesel tagih dapat
berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat
jangka pendek ataupun jangka panjang.
Piutang Non Dagang (nontrade receivable) berasal dari berbagai transaksi.
Contoh-contoh piutang non dagang adalah sebagai berikut:
1. Uang muka kepada karyawan dan staf.
2. Uang muka kepada anak perusahaan.
3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan.
4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran.
5. Piutang dviden dan bunga.
6. Klaim terhadap:
a. Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungawabkan.
b. Terdakwa dalam suatu perkara hukum.
c. Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.
d. Perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang.
e. Pelanggan untuk barang-barang yang dapay dikembalikan.
Page 68
Karena sifatnya yang unik, piutang non dagang umumnya diklasifikan dan dilaporkan
sebagai pos terpisah dalam neraca.
Metoda Kotor
Penjualan senilai Rp. 10.000.000, syarat 2/10, n/30:
Piutang Usaha Rp. 10.000.000,-
Penjualan Rp. 10.000.000,-
Metoda Bersih
Penjualan senilai Rp. 10.000.000, syarat 2/10, n/30:
Piutang Usaha Rp. 9.800.000,-
Penjualan Rp. 9.800.000,-
Page 69
6.2. PENILAIAN PIUTANG USAHA
Pelaporan piutang melibatkan: (1) klasifikasi dan (2) penilaian dalam neraca.
Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Piutang
yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung
mana yang lebih panjang, diklasifikasikan sebagai lancar, sementara semua piutang
lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Piutang jangka pendek dinilai dan
dilaporkan pada nilai realisasi bersih, yaitu jumlah bersih yang diperkirakan akan
diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value)
memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan
pengurangan harga yang diberikan.
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan
untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan, yang
memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun, penurunan aktiva
piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba dan ekuitas pemegang
saham. Terdapat dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih, yaitu:
1. Metoda penghapusan langsung (direct write-of method). Metoda ini
mencatat piutang tak tertagih pada tahun di mana diputuskan bahwa suatu
piutang tertentu tidak akan dapat ditagih. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat
sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih.
Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit Piutang Usaha dan
mendebet Beban Piutang Tak Tertagih.
2. Metoda penyisihan (allowance method). Suatu estimasi dibuat menyangkut
perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total
piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurang tidak
langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam
periode di mana penjualan itu dicatat. Metode penyisihan mencatat beban atas
dasar estimasi, dalam perioda akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan.
Page 70
Contoh berikut ini memberikan gambaran mengenai skedul umur piutang di
PT. Bolo-bolo:
PT. Bolo-bolo
Skedul Umur Piutang (dalam ribuan rupiah)
≤ 60 23.000 3% 690
61-90 8.800 10% 880
91-120 1.000 20% 200
> 120 1.200 25% 300
Jika sebelum penyesuaian akun penyisihan memiliki saldo kredit sebesar 170, maka
jumlah yang harus ditambahkan adalah sebesar 1.900 (2.070 – 170) dan jurnalnya:
(D) Kerugian piutang tak tertagih 1.900
(K) Penyisihan piutang tak tertagih 1.900
Jika sebelum penyesuaian akun penyisihan memiliki saldo debet sebesar 200, maka
jumlah yang harus ditambahkan adalah sebesar 2.270 (2.070 + 200) dan jurnalnya:
(D) Kerugian piutang tak tertagih 2.270
(K) Penyisihan piutang tak tertagih 2.270
Page 71
a. PENJUALAN PIUTANG/ANJAK PIUTANG
Piutang yang dimiliki perusahaan dapat dijual kepada Bank atau lembaga-
lembaga kredit, jika perusahaan perusahaan membutuhkan uang. Risiko yang
mungkin terjadi atas penjualan tersebut,misalnya kemungkinan tidak tertagih,
menjadi tanggung jawab Bank atau lembaga kredit yang membeli piutang tersebut.
Penentuan jumlah uang yang akan dibayarkan dilakukan dengan cara memeriksa
keadaan piutang yang akan dibeli (saat timbulnya piutang, periode potongan, serta
jangka waktu kredit). Piutang yang masih dalam jangka waktu potongan diakui
sebesar jumlah bersihnya dan potongan dicatat dalam buku penjual piutang. Jika
kerugian piutang sudah dicadangkan maka cadangan tersebut dihapuskan pada waktu
penjualan.
Contoh: Pada tanggal 10 Januari 2010 PT. Butterfly menjual piutang sebesar
Rp.50.000.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Cadangan kerugian piutang
yang sudah dibentuk sebesar Rp. 2.000.000,- . Piutang tersebut dibeli oleh Bank
Swakelola seharga Rp.45.000.000,-. Dari pendalaman yang dilakukan diketahui
piutang yang masih berada dalam periode potongan sebesar Rp.40.000.000,-.
2010
10 Januari
(D) Kas 45.000.000
Potongan penjualan 800.000
Penyisihan kerugian piutang 2.000.000
Beban lain-lain 2.200.000
(K) Piutang 50.000.000
Perhitungan:
Piutang yang dijual 50.000.000
Potongan penjualan:2%x40.000.000 800.000
Penyisihan kerugian piutang 2.000.000
Harga jual 45.000.000
47.800.000
Page 72
pelanggan berisiko tinggi atau pelanggan baru. Selain itu, wesel seringkali digunakan
dalam pinjaman kepada karyawan dan anak perusahaan serta dalam penjualan
properti, pabrik dan peralatan. Wesel jangka pendek biasanya dicatat pada nilai
nominal (dikurangi penyisihan) karena bunga implisit dalam nilai jatuh tempo adalah
tidak material. Secara umum, wesel tagih yang diperlakukan sebagai ekuivalen kas
(jatuh tempo dalam 3 bulan atau kurang) bukan merupakan subyek amortisasi premi
atau diskonto.
Wesel tagih jangka panjang harus dicatat dan dilaporkan pada nilai sekarang
dari kas yang diperkirakan akan tertagih. Jika suku bunga ditetapkan atas wesel
berbunga sama dengan suku bunga efektif (pasar), maka wesel itu dijual pada nilai
nominal. Jika suku bunga ditetapkan berbeda dengan suku bunga pasar, maka kas
yang dipertukarkan (nilai sekarang) berbeda dengan nilai nominal dari wesel. Selisih
antara nilai nominal dengan kas yang ditukarkan, apakah diskonto atau premi, akan
dicatat dan diamortisasikan sepanjang umur wesel agar mendekati suku bunga efektif
(pasar).
Page 73
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:
Wesel Berbunga
Wesel berbunga terjadi jika suku bunga ditetapkan berbeda dengan suku
bunga efektif.
Contoh: PT. Barito Putra menerima wesel tagih yang memiliki jangka waktu 5 tahun
senilai Rp.100.000.000,-, dan berbunga tahunan 10%. Suku bunga pasar untuk risiko
serupa adalah 12%.
Perhitungannya:
Nilai nominal dari wesel Rp.100.000.000,-
Nilai sekarang dari pokok: 100.000.000,-
(PVF5,12%) = (100.000.000 x 0,56743) Rp. 56.743.000,-
Nilai sekarang dari bunga: 10.000.000,-
(PVF-OA5,12%)= (10.000.000 x 3,6048) Rp. 36.048.000,-
Nilai sekarang wesel Rp. 92.791.000,-
Selisih (diskonto) Rp. 7.209.000,-
Jurnal yang dibuat adalah:
(D) Wesel tagih 92.791.000
(K) Kas 92.791.000
Page 74
Bunga yang dihasilkan setiap tahun akan dijurnal sebagai berikut:
Pada tanggal penerbitan wesel tersebut memiliki nilai Rp.92.791.000,-. Pada akhir
tahun pertama perusahaan menerima kas sebesar Rp.10.000.000,- tetapi pendapatan
bunga sebenarnya adalah Rp.11.134.920 (92.791.000x12%). Selisih penerimaan kas
Rp.10.000.000,- dengan pendapatan bunga Rp.11.134.920,- merupakan pendapatan
bunga tambahan dengan menggunakan tingkat bunga efektif.
Page 75
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud piutang usaha?
2. Apa yang dimaksud piutang wesel?
3. Bagaimana penilaian piutang usaha menurut SAK yang berlaku:
4. Bagaimana pengakuan piutang usaha dalam PSAK?
5. Bagaimana penilaian wesel tagih menurut standar akuntansi yang berlaku
LATIHAN
1. Neraca saldo yang belum disesuaikan dari PT. ABC adalah sebagai berikut:
Penyisihan untuk Piutang tak tertagih $ 4.000 (Saldo debet)
Penjualan $ 1.500.000
PT. ABC mengestimasi bahwa beban piutang tak tertagih adalah 1,5% dari
penjualan bersih. Hitunglah beban piutang tak tertagih untuk tahun 2010.
2. Akun-akun berikut diambil dari neraca PT. XYZ per 31 Desember 2010.
Debet Kredit
Penjualan kredit bersih 750.000
Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih 14.000
Piutang Usaha 410.000
Jika piutang tak tertagih 3% dari piutang usaha, tentukan beban piutang tak
tertagih yang harus dilaporkan untuk tahun 2010.
3. Pada tanggal 3 Juni 2010, Benedict Corp. menjual kepada Chester Inc.,
persediaan dengan total harga jual Rp. 5.000.000 dengan syarat 2/10,n/60, f.o.b.
shipping point. Pada tanggal 12 Juni, Benedict Corp. menerima cek dari
Chester Inc. Tentukan berapa besarnya piutang usaha yang harus dicatat oleh
Benedict Corporation pada tanggal 3 Juni jika pencatatan menggunakan:
a. metode kotor (gross method).
b. metode bersih (net method).
Diminta: Buatlah aging schedule dan tentukan penyisihan piutang tak tertagih
perusahaan!
Page 76
6. Keyser Woodcrafter menjual piutang senilai $200.000 kepada commercial
Factors, Inc. atas dasar tanggung renteng. Commercial mengenakan beban
pembiayaan sebesar 5% dan menahan sejumlah hasil yang besarnya sama
dengan 4% dari piutang usaha. Keyser mengestimasi bahwa nilai wajar
kewajiban tanggung renteng adalah $8.000. Buatlah ayat jurnal yang terjadi dari
transaksi tersebut!
10. PT Gunung Slamet menjual kantornya kepada Citra Putra dengan menerima
wesel jangka waktu 4 tahun yang memiliki nilai jatuh tempo $86.000 sebagai
penukar dan tidak ada suku bunga yang ditetapkan. Kantor tersebut awalnya
dibeli oleh PT Gunung Slamet seharga $ 50.000 dan pada tanggal penjualan
memiliki nilai taksiran nilai wajar sebesar $ 65.000. Buatlah jurnal terkait
transaksi diatas!
11. Pada tanggal 30 November, Ogan Company telah melaksanakan jasanya kepada
Tria’s Company. Telah disepakati bahwa jasa tersebut dinilai $84.036,6. Tria’s
Company memberikan uang muka kepada Ogan Company sebesar $36.000 dan
sisanya dicicil selama 3 tahun sebesar $20.000 setiap tanggal 2 Januari. Suku
bunga tersirat dalam transaksi ini adalah 12%. Buatlah Jurnal pada tanggal 30
November beserta skedul amortisasinya!
12. Transaksi berikut terjadi di tahun 2010, yang ada hubungannya dengan piutang
dagang:
- Penjualan tunai dan kredit Rp. 472.480.000,-
- Uang yg diterima dari pelunasan piutang (langganan
membayar uang Rp.239.120.000,- mendapat potongan
penjualan 2%) 242.204.000,-
- Uang yang diterima dari penjualan tunai 164.140.000,-
Page 77
- Piutang dagang yg dihapuskan 3.964.000,-
- Kredit memo untuk retur penjualan secara kredit 45.020.000,-
- Retur penjualan tunai 13.578.000,-
- Penerimaan dari piutang yg sudah dihapuskan th 2009
(tidak termasuk dalam penerimaan diatas) 8.492.000,-
- Saldo pada tanggal 31Desember 2009:
Piutang dagang 76.674.000,-
Penyisihan kerugian piutang 7.792.000,-
Diminta:
a. Kerugian piutang dihitung 1,5% dari penjualan kredit bersih
b. Penyisihan kerugian piutang dinaikkan menjadi 10% dari saldo piutang
dagang akhir tahun.
14. PT. ABC melakukan penjualan sebesar Rp. 50.000.000 dengan ketentuan
1/10,n/30. Dalam periode diskon, PT. ABC menerima pembayaran Rp.
30.000.000 dari pelanggan yang berhutang; pasca periode diskon PT. ABC
menerima pembayaran sebesar Rp. 20.000.000 dari pelanggan yang sama.
Diminta:
1. Buatlah ayat jurnal jika PT. ABC mencatat transaksi ini dengan menggunakan
metode kotor.
2. Buatlah ayat jurnal jika PT. ABC mencatat transaksi ini dengan menggunakan
metode bersih.
15. PT. DEF memiliki penjualan bersih sebesar Rp. 50.000.000 pada tahun 2010.
Pada tanggal 31 Desember 2010, sebelum ayat jurnal penyesuaian, saldo yang ada
dalam akun terkait adalah: Piutang usaha (debet) Rp. 20.000.000 dan Penyisihan
piutang tak tertagih (kredit) Rp. 1.800.000.
Diminta:
a. Jika PT. DEF mengestimasi bahwa 5% dari penjualan bersih tidak tertagih
maka buatlah jurnal pada tanggal 31 Desember 2010.
b. Jika PT. DEF membuat skedul umur piutang yang mengestimasi total piutang
tak tertagih sebesar Rp. 2.500.000 maka buatlah jurnal untuk mencatat
transaksi ini.
16. PT. Mitra Bersama meminjamkan dana kepada PT. Borneo Raya senilai Rp. 100
juta dan menerima wesel berjangka waktu 3 tahun dengan bunga nol. Wesel
tersebut memiliki nilai sekarang Rp.77.218.000 dengan suku bunga implisit 9%.
Diminta:
a. Buat jurnal pada saat penerimaan
b. Buat jurnal untuk mencatat pendapatan bunga
c. Buat skedul amortisasi diskonto wesel
Page 78
17. Berikut ini merupakan data piutang usaha PT Salsabila per 31 Desember 2010:
Dari data tersebut, bantulah PT. Salsabila untuk membuat tabel analisis umur piutang
dengan menetapkan bahwa kemungkinan piutang tak tetagih :
a. Piutang yang belum jatuh tempo sebesar 2 %
b. Piutang dengan umur sampai dengan 10 hari sebesar 4%
c. Piutang dengan umur 11 sampai dengan 20 hari sebesar 8%
d. Piutang dengan umur lebih dari 20 hari sebesaar 10%
Page 79
BAB VII
PERSEDIAAN
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menerapkan secara komprehensif baik dengan tulisan, maupun
lisan konsep penerapan rerangka dasar penyusunan laporan keuangan untuk masing-
masing pos dalam laporan keuangan, perbedaan laporan keuangan berdasarkan SAK,
SAK ETAP, dan IFRS yang sedang berlaku, serta dapat menyajikan pos-pos di
laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, mencakup
pengakuan, pengukuran, pencatatan, pelaporan dan pengungkapan pos-pos Kas
beserta Rekonsiliasi Bank, Surat Berharga, Piutang Usaha, Persediaan, Investasi
Jangka Panjang, Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud serta perubahannya
Page 80
memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada
ditangan.
Sistem periodik, semua pembelian persediaan selama periode akuntansi
dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun Pembelian pada akhir periode
akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk
menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan.
Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan
akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. Dalam sistem persediaan periodik,
harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang tergantung pada hasil perhitungan
persediaan akhir secara fisik.
Perhitungan fisik persediaan (physical inventory count) yang diharuskan oleh
sistem persediaan periodik dilakukan sekali setahun pada setiap akhir tahun. Akan
tetapi, sebagian besar perusahaan membutuhkan informasi mutakhir mengenai tingkat
persediaan untuk membantu penyusunan data keuangan bulanan atau kuartalan.
Berikut ini adalah gambaran tentang sistem persediaan periodik dan perpetual.
PT. MANIS memiliki data-data persediaan berikut ini:
Persediaan Awal 100 unit @ Rp. 6.000 = Rp. 600.000,-
Pembelian 900 unit @ Rp. 6.000 = Rp. 5.400.000,-
Penjualan 600 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 7.200.000,-
Persediaan Akhir 400 unit @ Rp. 6.000 = Rp. 2.400.000,-
Ayat jurnal yang diperlukan selama transaksi tersebut selama periode berjalan
baik untuk sistem persediaan perpetual dan periodik akan disajikan berikut ini.
Page 81
c. Ayat jurnal akhir periode untuk akun persediaan
(D) Persediaan (Akhir, sesuai perhitungan) Rp. 2.400.000,-
(D) Harga Pokok Penjualan Rp. 3.600.000.-
(K) Pembelian Rp. 5.400.000,-
(K) Persediaan (awal) Rp. 600.000,-
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan barang fisik yang
dapat dimasukkan dalam persediaan adalah:
1. FOB shipping point – menjadi milik pembeli pada saat barang ditangan
perusahaan pengangkut.
2. Barang konsinyasi – milik penjual, bukan pembeli.
3. Penjualan dengan kesepakatan beli kembali – milik penjual, bukan pembeli.
4. Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi – milik pembeli, jika tingkat
pengembaliannya dapat diestimasi.
5. Penjualan cicilan – milik pembeli, jika dapat diestimasi ketertagihan.
Hal-hal lain yang perlu untuk diperhatikan terkait persediaan adalah biaya-biaya
yang harus dimasukkan dalam persediaan, meliputi:
1. Biaya produk
2. Biaya periode
3. Perlakuan atas diskon pembelian
Tabel 7.1
Ikhtisar Perbedaan PSAK No. 14 (revisi 2008) dengan PSAK No. 14 Sebelumnya
Page 82
3. Definisi Nilai wajar, komoditi, Tidak ada
nilai khusus entitas
4. Rumus Biaya – FIFO, Weighted FIFO, Weighted
interchangeable Average, LIFO tidak Average, LIFO
diperkenanan
Keterangan:
1. Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membuat penjualan.
2. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dipertukarkan, atau kewajiban
diselesaikan, antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu
transaksi wajar.
3. Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subyek kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa berjangka.
4. Nilai khusus-entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan oleh suatu
entitas yang timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya
pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian
kewajiban.
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan meliputi: biaya pembelian, biaya konversi dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya pembelian meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang
dapat ditagih kembali kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan
dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang
jadi, bahan dan jasa.
Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara
sistematis.Biaya yang dikeluarkan dari persediaan:
a. Jumlah pemborosan yang tidak normal.
b. Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum tahap produksi berikutnya.
c. Biaya administrasi dan umum
d. Biaya penjualan
Persediaan yang dibeli dengan pembayaran tunda tidak boleh memasukkan unsur
bunga.
Page 83
b. Metode eceran yang digunakan industri eceran merupakan jumlah
besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang
sama, dimana tidak praktis menggunakan metode lain.
Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha
biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang
diperlukan untuk membuat penjualan.Konsisten dengan pendapat: ”aset
seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang mungkin
dapat direalisasi.Penurunan dapat dilakukan item per item atau
group.Estimasi nilai realisasi neto:
o Berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia
o Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait.
o Mempertimbangkan tujuan persediaan.
Page 84
v. Pengungkapan
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan terkait pengungkapan
persediaan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang digunakan;
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifukasi yang sesuai bagi entitas;
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual;
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui;
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan;
dan
8. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan
kewajiban.
Entitas harus mengukur nilai persediaan pada nilai mana yang lebih rendah
antara biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan
menjual. PSAK ETAP Bab 11 mendefinisikan persediaan sebagai suatu aset jika:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
i. Biaya Persediaan
Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke
kondisi dan lokasi sekarang. Biaya pembelian persediaan meliputi harga
beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat direstitusi kepada
otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,
dan jasa. Diskon dagang, potongan, dan lainnya yang serupa dikurangkan
dalam menentukan biaya pembelian.
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk
juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul
dalam mengkonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap
adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan
pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan
Page 85
administrasi pabrik. Overhead pabrik variabel adalah biaya produksi tidak
langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung
mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung.
Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada
kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata
yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam
keadaan normal, dengan memperhitungkan hilangnya kapasitas selama
pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika
mendekati kapasitas normal.
Entitas harus memasukkan biaya-biaya lain ke dalam biaya persediaan
hanya sepanjang biaya tersebut terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi
dan lokasi sekarang. Misalnya, biaya overhead nonproduksi atau biaya
mendesain prosuk untuk konsumen tertentu.
Beberapa contoh biaya yang tidak termasuk dalam biaya persediaan dan
biaya tersebut diakui sebagai beban periode terjadinya adalah:
1. Biaya bahan tidak terpakai, tenaga kerja dan biaya produksi lainnya
yang tidak normal;
2. Biaya penyimpanan, kecuali biaya yang diperlukan dalam proses
produksi sebelum tahap produksi selanjutnya;
3. Biaya overhead administratif yang tidak berkontribusi untuk membuat
persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang; dan
4. Biaya penjualan.
PERTANYAAN
1. Apa perbedaan perlakuan persediaan menurut SAK dan SAK ETAP?
2. Apa perbedaan pencatatan persediaan menurut metode perpetual dan periodik?
3. Apa yang dimaksud dengan biaya persediaan?
4. Jelaskan mengenai teknik pengukuran biaya persediaan!
5. Apa yang dimaksud dengan nilai realisasi netto?
Page 86
LATIHAN
1. Berikut ini adalah pencatatan saldo awal dan pembelian persediaan PT.
BAHAGIA SEJAHTERA pada tahun 2010
Januari 1 Persediaan Awal 500 Unit @ Rp. 23.000,-
Februari 25 Pembelian 200 Unit @ Rp. 26.000,-
Juni 15 Pembelian 800 Unit @ Rp. 28.000,-
Agustus 15 Pembelian 200 Unit @ Rp. 26.000,-
Oktober 15 Pembelian 600 Unit @ Rp. 28.000,-
Desember15 Pembelian 400 Unit @ Rp. 30.000,-
Total persediaan tersedia dijual 2.700 Unit
Total penjualan selama tahun 2010 2.000 Unit
Persediaan akhir 700 Unit
Total penjualan selama tahun 2010 yaitu terjadi pada:
Januari 2 Penjualan 400 Unit
Juni 20 Penjualan 800 Unit
Oktober 20 Penjualan 400 Unit
Desember28 Penjualan 400 Unit
Berdasarkan data-data diatas:Tentukan besarnya nilai persediaan akhir dan
harga pokok barang yang terjual denganMetode FIFO dan Rata-rata.
Page 87
21 Januari 2010 900 17,00
27 Januari 2010 100 15,00
Dengan menggunakan metode persediaan periodik, carilah:
a. Nilai persediaan akhir menurut FIFO!
b. Nilai persediaan akhir menurut Average!
Q W E R T Y
Estimasi harga jual $ 120 $110 $95 $90 $110 $90
Biaya 75 80 80 80 50 36
Biaya Pengganti 120 72 70 30 70 30
Estimasi Biaya
Page 88
Penyelesaian 30 30 30 25 30 30
Laba Normal 20 20 20 20 20 20
9. Berikut ini adalah data-data persediaan PT. MUJUR SELALU pada bulan Juli
2011:
- Persediaan barang awal Rp. 25.000.000
- Pembelian Rp. 95.000.000
- Retur Pembelian Rp. 10.000.000
- Biaya Angkut Pembelian Rp. 5.000.000
- Penjualan Rp. 85.000.000
- Retur Penjualan Rp. 5.000.000
- Potongan Penjualan Rp. 3.500.000
Dari data-data diatas tentukan besarnya nilai persediaan dan harga pokok
penjualan jika diketahui:
a. Laba bruto 30% dari penjualan
b. Laba bruto 45% dari HPP
10. PT. RINDU SELALU menghasilkan 2 macam produk dari proses produksinya
yaitu Produk X dan Produk Z. Data yang berhubungan dengan produksi bulan
Juli 2011 adalah sebagai berikut:
- Biaya Bahan Baku Rp. 4.000.000
- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 5.500.000
- Biaya Overhead Pabrik Rp. 3.000.000
Dari data-data tersebut diatas, tentukan nilai persediaan akhir dan besarnya
harga pokok penjualan.
11. Berikut ini adalah data-data persediaan PT. JAYA SELALU pada bulan Juli
2010:
Page 89
Pembelian (netto) 1.500.000 1.250.000
Tersedia untuk dijual 1.750.000 1.450.000
Penjualan 1.250.000
Persediaan barang akhir 500.000
12. Berikut ini adalah pencatatan saldo awal dan pembelian persediaan PT.
BAHAGIA SEJAHTERA pada tahun 2010
Januari 1 Persediaan Awal 500 Unit @ Rp. 23.000,-
Februari 25 Pembelian 200 Unit @ Rp. 26.000,-
Juni 15 Pembelian 800 Unit @ Rp. 28.000,-
Agustus 15 Pembelian 200 Unit @ Rp. 26.000,-
Oktober 15 Pembelian 600 Unit @ Rp. 28.000,-
Desember 15 Pembelian 400 Unit @ Rp. 30.000,-
Total persediaan tersedia dijual 2.700 Unit
Total penjualan selama tahun 2010 2.000 Unit
Persediaan akhir 700 Unit
Total penjualan selama tahun 2010 yaitu terjadi pada:
Januari 2 Penjualan 400 Unit
Juni 20 Penjualan 800 Unit
Oktober 20 Penjualan 400 Unit
Desember 28 Penjualan 400 Unit
Page 90
Pembelian Penjualan
Tanggal Transaksi Kuantitas Harga Satuan Kuantitas Harga Satuan
Juni 1 saldo 100 Rp. 520
4 pembelian 900 540
6 penjualan 400 Rp. 800
8 pembelian 500 600
11 penjualan 400 850
13 penjualan 300 850
16 penjualan 300 850
19 pembelian 600 620
24 penjualan 500 870
27 pembelian 400 630
30 penjualan 500 870
Page 91
BAB VIII
INVESTASI
Page 92
8.2 DEFINISI INVESTASI SAK ETAP
Menurut SAK ETAP bab 12 mengenai investasi pada entitas asosiasi dan
entitas anak, dijelaskan bahwa:
1. Entitas Asosiasi
1.1. Entitas Asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan Perseroan
Terbatas seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh
signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian dalam joint
venture. Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam
keputusan dan kebijakan keuangan dan operasional stratejik atas suatu
entitas, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama atas
kebijakan.
1.2. Metode Akuntansi
Investor harus mengukur investasi pada entitas asosiasi dengan
menggunakan metode biaya (cost method). Dalam metode biaya, investasi
diukur pada biaya perolehan dikurang akumulasi kerugian penurunan nilai
sesuai SAK ETAP Bab. 22 Penurunan Aset.
Investor harus mengakui dividen dan penerimaan distribusi lainnya
sebagai penghasilan terlepas apakahhal tersebut berasal dari akumulasi
laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal perolehan.
2. Entitas Anak
2.1. Entitas anak adalah suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas induk.
Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari
aktivitas tersebut.
2.2. Metode Akuntansi
Investor harus mencatat investasi pada entitas anak dengan menggunakan
metode ekuitas (equity method). Dalam metode ekuitas, investasi pada
entitas anak awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya
transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminkan bagian
investor atas laba atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.
Entitas anak tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan investor
(sebagai entitas induk)
Page 93
8.3.1 PEMBELIAN OBLIGASI
Pembelian surat berharga terutama pembelian obligasi harus diperhatikan saat
terjadinya pembelian tersebut, karena menyangkut perhitungan bunga obligasi.
Pembelian obligasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. transaksinya bertepatan dengan tanggal bunga
2. transaksi tidak bertepatan dengan saat tanggal bunga. Jika tidak bertepatan
dengan tanggal bunga, maka harus diperhatikan adanya bunga berjalan.
Bunga berjalan dihitung mulai tanggal bunga terakhir sampai dengan tanggal
pembelian.
Pada saat pembelian, rekening “Sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo” di-debet
sebesar harga perolehannya (biaya). Harga Perolehan adalah harga beli (tidak
termasuk bunga berjalan) ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pembelian. Pencatatan penerimaan bunga dihitung dengan cara: % bunga nominal X
Nilai nominal
Contoh:
PT ABA membeli obligasi PT ALIAS, nominal Rp. 1.000.000 pada 1 Jan 2010.
Bunga 12% dibayar setiap setahun sekali yaitu tiap tanggal 1 Jan. Kurs obligasi 105.
Komisi makelar & materai Rp 25.000
Jurnal:
1 Januari 2010
Sekuritas yg dimiliki sampai jatuh tempo Rp. 1.075.000
(1.000.000x105%+25.000)
Kas Rp. 1.075.000
PENERIMAAN BUNGA
1 Januari 2011
Kas Rp. 120.000
Pendapatan bunga Rp. 120.000
Page 94
Kas Rp. 1.115.000
1 Januari 2011
Kas Rp. 120.000
Pendapatan bunga Rp. 120.000
b. Pendekatan Neraca
1 Mei 2010
Sekuritas yg dimiliki sampai jatuh tempo Rp. 1.075.000
Piutang bunga Rp. 40.000
Kas Rp. 1.115.000
1 Januari 2011
Kas Rp. 120.000
Pendapatan bunga Rp. 80.000
Piutang bunga Rp. 40.000
Contoh: PT. Kawanua membeli obligasi 8% yang bernilai pari Rp.100.000.000,- pada
tanggal 1 Januari 2007 , pada diskonto, dengan membayar Rp.92.278.000,- (identik
dengan bunga efektif 10%) dan akan jatuh tempo 1 Januari 2012, bunga dibayar setiap
tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Amortisasi atas diskonto dapat dilihat pada skedul
berikut:
1/1/2007 92.278.000
1/7/2007 4.000.0001 4.614.0002 614.0003 92.892.0004
1/1/2008 4.000.000 4.645.000 645.000 93.537.000
1/7/2008 4.000.000 4.677.000 677.000 94.214.000
1/1/2009 4.000.000 4.711.000 711.000 94.925.000
1/7/2009 4.000.000 4.746.000 746.000 95.671.000
1/1/2010 4.000.000 4.783.000 783.000 96.454.000
1/7/2010 4.000.000 4.823.000 823.000 97.277.000
1/1/2011 4.000.000 4.864.000 864.000 98.141.000
1/7/2011 4.000.000 4.907.000 907.000 99.048.000
Page 95
1/1/2012 4.000.000 4.952.000 952.000 100.000.000
1
4.000.000 = 100.000.000x8%x6/12
2
4.614.000= 92.278.000x10%x6/12
3
614.000 = 4.614.000-4.000.000
4
92.892.000 = 92.278.000+614.000
Berikut merupakan pos-pos yang berkaitan dengan investasi PT. Kawanua per 31
Desember 2007:
Neraca
Aktiva Lancar
Piutang Bunga Rp. 4.000.000,-
Investasi Jangka Panjang
Sekuritas yg dimiliki sampai jatuh tempo, pad
Biaya yang diamortisasi Rp.93.537.000,-
Laporan Laba-rugi
Pendapatan dan keuntungan lain
Pendapatan bunga Rp. 9.259.000,-
Page 96
PENJUALAN INVESTASI
Sebelum jatuh tempo, obligasi dapat dilepas atau dijual kepada pihak lain.
Selisih harga jual dan nilai buku investasi obligasi diakui sebagai keuntungan dan
sebaliknya sebagai kerugian. Saat penjualan, Kas bertambah sebesar Harga Jual bersih
+ bunga (bila ada), sedang investasi dalam obligasi berkurang.
Jika perusahaan menjual obligasi sebelum jatuh tempo maka perusahaan harus
mencatat investasi tersebut berdasarkan biaya amortisasi dan membandingkannya
dengan harga jual obligasi.
Contoh:
PT. Kawanua menjual investasi obligasinya pada tanggal 1 Oktober 2011 dengan kurs
99% ditambah bunga akrual, maka perhitungan serta jurnalnya adalah sebagai berikut:
1 Oktober 2011
Sekuritas yg dimiliki sampai jatuh tempo 476.000
(952.000x3/6)
Pendapatan bunga 476.000
99.524.000,-
Jurnal
1 Oktober 2011
Kas (99.000.000+2.000.000) 101.000.000
Kerugian atas penjualan sekuritas 524.000
Pendapatan bunga 2.000.000
Sekuritas yg dimiliki sampai jatuh tempo 99.524.000
Page 97
Investor/Stockholder adalah perusahaan/individu yang menanamkan dananya
dengan cara membeli saham perusahaan lain. Investee/Emiten adalah perusahaan
yang mengeluarkan (menerbitkan) saham. Besarnya jumlah saham yang dibeli
(proporsi kepemilikan) akan menentukan metode pencatatan. Menurut IFRS investasi
dalam saham diklasifikasikan menurut presentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh investor. Prosentase kepemilikan saham menjadi penentu hak suara yang dimiliki
investor.
Klasifikasi kepemilikan dibagi dalam 3 (tiga) tipe:
1. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode fair value dan investor
merupakan investor yang pasif
2. Kepemilikan antara 20%-50% menggunakan metode ekuitas dan investor
mempunyai pegaruh yang signifikan
3. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan pelaporan konsolidasi dan investor
mempunyai hak pengendalian
Buku ini hanya akan membahas kepemilikan kurang dari 20% dan antara 20%-50%.
Contoh:
Pada tanggal 1Maret 2010 PT. Graha Putra membeli 100 lembar saham PT.
Bahagia dengan nominal Rp. 10.000/lembar, kurs di bursa saham 106, biaya
komisi dan transaksi Rp. 140.000
Jurnal:
Sekuritas tersedia untuk dijual Rp. 1.200.000
Kas Rp. 1.200.000
Page 98
Contoh: PT. Bahana Membara membeli 20% saham pada PT. Bengawan Solo.
Ayat jurnal oleh PT. Bahana Membara
Tanggal 2 Januari 2010, PT. Bahana Membara membeli 50.000 saham (20% saham
biasa PT. Bengawan Solo) dengan biaya $10 per saham
Tahun 2010, PT. Bengawan Solo memperoleh laba bersih $200.000, bagian PT. Bahana
Membara adalah 20% atau $40.000
Tanggal 31 Desember 2010, 50.000 lembar saham PT. Bengawan Solo mempunyai
nilai wajar (harga pasar) $12 per saham, atau $600.000.
Tanggal 28 Januari 2011, PT. Bengawan Solo mengumumkan dan membayar dividen
tunai sebesar $200.000, PT. Bahana Membara menerima 20% atau $40.000
Tahun 2011, PT. Bengawan Solo mengalami kerugian bersih sebesar $100.000,
bagian PT. Bahana Membara adalah 20% atau $20.000
31 Desember 2011, 50.000 lembar saham PT. Bengawan Solo mempunyai nilai wajar
(harga pasar) $12 per saham, atau $600.000
Page 99
8.4.3 DIVIDEN
Adalah bagian laba yang dibagikan kepada para investor (pemegang saham).
Dividen tunai (cash dividend) adalah dividen yang dibagikan berupa uang tunai. Ada
beberapa jurnal yang perlu diperhatikan jika terjadi transaksi pembagian dividen:
a. Saat tanggal pengumuman :
Piutang dividen xx
Pendapatan dividen xx
b. Tanggal pencatatan/pendaftaran
Tidak ada jurnal
Contoh :
Pada tanggal 3 Januari 2010 PT. ABC mengumumkan akan membagikan dividen
sebesar Rp 1.000 per lembar yang dibayar nanti pada tanggal 30 Jan 2010.
Contoh:
PT. APG akan membagikan dividen dalam bentuk saham kepada pemegang saham
lama dengan ketentuan setiap 2 lembar saham lama akan memperoleh satu lembar
saham baru
Maka: PT. AGP akan memperoleh dividen saham sebanyak (1/2 x 100 lbr shm) = 50
lbr, sehingga AGP sekarang mempunyai 150 lbr shm.
Berapa harga perolehan per lembar saham setelah stock dividend?
Harga Perolehan per lembar = Rp 1.200.000 : 150 = Rp 8.000
Page 100
STOCK SPLITS UP
Stock split merupakan pemecahan nilai nominal saham per lembar yang
dilakukan oleh emiten. Stock split dilakukan dengan tujuan agar harga lebih
terjangkau dan jumlah lembar saham lebih banyak. Akibat dari transaksi ini adalah
total harga perolehan tidak berubah tetapi harga perolehan per lembar menjadi lebih
kecil dan saham lama ditarik untuk diganti dengan nilai nominal yang baru. Transaksi
ini tidak ada memerlukan jurnal.
Contoh: PT. ABC saat ini telah menerbitkan sebanyak 2000 lembar saham beredar,
nominal Rp.10.000 per lembar. Kemudian perusahaan melakukan stock splits up
dimana satu lembar saham akan dipecah menjadi 4 lembar.
Maka PT. ABC yang semula memiliki 150 lembar saham sekarang menjadi: 150
lembar x 4 = 600 lembar, dan nilai nominal menjadi Rp. 2.500,. Harga perolehan per
lembar adalah Rp 1.200.000 : 600 lbr = Rp.3.750,-
PERTANYAAN
1. Bagaimana Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengatur mengenai
investasi?
2. Apa tujuan investor melakukan investasi dalam obligasi?
3. Apa tujuan investor melakukan investasi dalam saham?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi ketika berinvestasi dalam obligasi?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi jika berinvestasi dalam saham?
LATIHAN
1. Selama tahun 2009, PT. Harapan Jaya melakukan Investasi Sementara dalam
bentuk Obligasi dan Saham. Informasi yang berhubungan dengan Investasi
Sementara selama tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Maret 1 Dibeli 2.000 lembar saham PT. Adinda dengan harga Rp. 25.000,-
per lembar ditambah biya komisi dan pajak sebesar Rp. 500.000,-.
Saham beredar yang dikeluarkan oleh PT. Adinda berjumlah
125.000 lembar.
Juli 31 Dibeli 10 lembar Obligasi PT. Garuda yang bernilai nominal Rp.
1.000.000,- per lembar, bunga 9% dengan kurs 98, ditambah
bunga berjalan satu bulan. Komisi untuk pembelian obligasi ini
berjumlah Rp. 300.000,-
Desember 27 Diterima deviden tunai dari PT. Adinda sebesar Rp.2000,- per
lembar.
Page 101
31 Diterima bunga tengah tahunan atas obligasi PT. Garuda.
31 Dijual 800 lembar saham PT. Adinda dengan harga Rp. 27.000,-
per lembar.
Diminta : Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas.
3. Pada tanggal 1 Juli PT Yahya membeli 1000 lembar saham preferen PT MNC, 9%
nominal Rp 21.000/lembar dengan kurs 106. Dari kegiatan tersebut PT Yahya
mengeluarkan uang sebesar Rp 150.000,- untuk biaya makelar dan materai.
Deviden saham dibayar setiap tanggal 31 Desember. Buatlah jurnal yang
diperlukan!
4. Saldo rekening investasi saham yang dimiliki oleh PT Rahman pada 30 November
2010 adalah sebagai berikut:
200 lembar saham utama PT Adil @Rp 50.000,- Rp 9.200.000,-
500 lembar saham biasa PT Sahid Rp30.250.000,-
Jumlah 700 lembar dengan harga pokok Rp39.450.000,-
Diketahui selama tahun 2010:
- 15 Januari, dibeli 150 lembar saham biasa PT Hisam dengan harga
@ Rp 72.500,-
- 1 Maret, diterima deviden kas sebesar Rp 500,- per lembar dan deviden
saham 10% dari PT Sahid
a. Buatlah jurnal terkait!
b. Hitunglah total investasi saham beserta nilai per saham yang dimiliki oleh PT
Rahman
7. Pada tanggal 1 Maret 2010 PT. Mahakam membeli 4000 lembar saham PT.
Matahari yang bernilai nominal Rp. 10.000 per lembar. Kurs beli saham tsb
Page 102
adalah 105%, biaya komisi makelar dan biaya materai Rp.500.000. PT.
Mahakam menerima dividen dari PT. Matahari pada tanggal 31 Agustus 2010
sebesar Rp.100 per lembar. Tanggal 25 September 2010 PT. Mahakam menjual
2000 lembar saham PT. Matahari dengan harga Rp.11.000 per lembar. Biaya
komisi makelar Rp.300.000.
Diminta: atas dasar transaksi diatas, buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan!
Page 103
BAB IX
ASET TETAP
Tabel 9.1
Ikhtisar Perubahan PSAK 16
Page 104
6. Pengukuran setelah Cost model atau revaluation Hanya cost model,
pengakuan awal model. revaluasi boleh dilakukan
jika sesuai ketentuan
pemerintah.
8. Telaah ulang nilai Harus dilakukan minimun tiap Telaah nilai residu tidak
residu, umur manfaat akhir tahun dan perubahannya diatur, perubahan umur
dan metode penyusutan diperlakukan sebagai manfaat diperlakukan
perubahan estimasi prospektif, perubahan
(prospektif). metode penyusutan
retrospektif.
9.2 DEFINISI
SAK ETAP Bab 15 dan PSAK 16 mendefinisikan Aset Tetap dengan definisi
yang hampir sama. Menurut PSAK 16 Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk:
a. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa.
b. Disewakan kepada pihak lain, atau
c. Tujuan administratif; dan
d. Diharapkan untuk digunakan selama lebih satu periode.
Page 105
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah:
Nilai yang disajikan di neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
penurunan nilai.
Nilai wajar (fair value) adalah jumlah dimana aset dapat dipertukarkan antara pihak-
pihak yang berkepentingan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar (arm’s length transaction).
Aset tetap untuk alasan keamanan dan lingkungan akan diakui sebagai aset
tetap, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis masa depan
dari suatu aset tetap yang ada. Hal ini juga berlaku bila aset tetap mungkin diperlukan
oleh entitas untuk memperoleh manfaat masa depan dari aset lain akan diakui sebagai
aset. Aset tetap juga harus diperhatikan nilai tercatatnya yang harus direview untuk
menguji apakah terjadi penurunan nilai.
Page 106
Contoh:
a. Sebuah Kendaraan Truck dibeli oleh PT. ANJASMARA pada tanggal 11 Juli
2011. Truck ini diperoleh dengan harga perolehan Rp. 350.000.000,-. Setelah 4
bulan Truck melakukan servis rutin dengan biaya servis sebesar Rp. 500.000,-
Transaksi ini oleh bagian akuntansi dicatat sebagai:
11 Juli 2011
Aset Tetap – Kendaraan Truck Rp. 350.000.000,-
Kas Rp. 350.000.000,-
11 Nopember 2011
Biaya Servis – Kendaraan Truck Rp. 500.000,-
Kas Rp. 500.000,-
Biaya servis tersebut diberlakukan sebagai Revenue Expenditure.
b. Sebuah bangunan pabrik diperoleh oleh PT. ANJASMARA pada tanggal 16 Juni
2009. Pada saat itu bangunan diperoleh sebesar Rp. 950.000.000,00. Pada tahun
2011 perusahaan menganggap bahwa kapasitas pabrik sudah tidak lagi
mencukupi untuk proses produksi. Perusahaan melebarkan bangunan dan
pembangunannya berakhir tanggal 10 Oktober 2011 dengan total biaya yang
dikeluarkan Rp. 150.000.000,-. Pada Tanggal 7 November pabrik tersebut siap
beroperasi dengan banguan baru.
16 Juni 2009
Aset Tetap- Bangunan Pabrik Rp. 950.000.000,-
Kas Rp. 950.000.000,-
07 Nopember 2011
Aset Tetap – Bangunan Pabrik Rp. 150.000.000,-
Kas Rp. 150.000.000,-
Page 107
9.3.2 PENGUKURAN AWAL
1. Aset tetap diukur sebesar biaya perolehan.
2. Biaya perolehan meliputi:
a. Harga perolehan (termasuk bea impor, pajak yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon penjualan dan potongan
lainnya).
b. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung.
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset.
3. Pengakuan biaya perolehan awal dihentikan ketika aset tersebut berada
pada kondisi dan lokasi yang diinginkan agar aset siap digunakan.
4. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung:
a. Biaya imbalan kerja (PSAK 24) yang timbul dari pembangunan atau
akuisisi aset tetap;
b. Biaya penyiapan lahan pabrik;
c. Biaya handling dan penyerahan awal;
d. Biaya perakitan dan instalasi;
e. Biaya pengujian aset – apakah berfungsi dengan baik;
f. Komisi profesional.
5. Tidak termasuk nilai perolehan:
a. Biaya pembukaan fasilitas baru;
b. Biaya pengenalan produk baru (biaya iklan dan promosi);
c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru dengan kelompok
pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staff); dan
d. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
e. Biaya yang terjadi saat aset beroperasi, namun masih dibawah
kapasitas
f. Kerugian awal operasi
g. Biaya relokasi atau reorganisasi sebagai bagian atau seluruh operasi
entitas.
6. Kegiatan isnsidentil
a. Tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan.
b. Tidak boleh dimasukkan dalam komponen penambah/pengurang
nilai aset di laba rugi. Contoh: penggunaan lahan untuk tempat
parkir sebelum pembangunan pabrik.
7. Perolehan karena membangun sendiri:
a. Menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset
dengan pembelian atau cara lain.
b. Jika membuat aset serupa untuk usaha normal:
i. Laba internal dieliminasi
ii. Pemborosan tidak termasuk biaya perolehan
iii. Bunga dikapitalisasi mengikuti ketentuan PSAK 26.
Page 108
9.3.3 PENGUKURAN BIAYA PEROLEHAN
Biaya perolehan aset tetap setara dengan nilai tunai saat terjadinya. Jika
pembayaran ditangguhkan:
1. Maka selisihnya dengan nilai tunai akan dibebankan sebagai beban bunga
2. Kecuali diperkenankan dikapitalisasi menurut PSAK 26.
9.3.5 PERTUKARAN
Pertukaran aset non moneter dengan aset non moneter lainnya tetap diukur pada
nilai wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
b. Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.
Page 109
9.3.6 PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL
Entitas harus memilih antara: cost model atau revaluation model
sebagai kebijakan akuntansinya, dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap
seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Gambar berikut menujukkan
pengukuran setelah pengakuan awal:
Awal Setelah
Model
Revaluasi
Depresiasi
Model
Biaya
Impairment
Model
Biaya
Repair &
Maintenance
Regular Major
Cost Model Inspection
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar: biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Revaluation Model
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar: jumlah revaluasian yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset yang terjado setelah tanggal revaluasi.
MODEL REVALUASI
1. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction).
2. Aprraisal akan dilakukan jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar
penentuan nilai karena sifat aset yang khusus dan jarang diperjualbelikan, maka
entitas perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan
atau depreciated replcement cost.
3. Revaluasi harus dilakukan secara reguler untuk memastikan jumlah tercatat
tidak berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca.
Page 110
4. Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan metode
proporsional atau eliminasi.
Contoh:
Aset senilai $ 10.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2008 nilai wajar aset adalah
$ 12.000
Metode Proporsional
1/1/2008 Aset Tetap 10.000
Kas 10.000
31/12/2008 Beban Penyusutan 2.000
Akumulasi Penyusutan 2.000
31/12/2008 Aset Tetap 5.000
Akumulasi Penyusutan 1.000*
Surplus Revaluasi 4.000
*((12.000 – 8.000)/8.000) x 2.000
Metode Eliminasi
1/1/2008 Aset Tetap 10.000
Kas 10.000
31/12/2008 Beban Penyusutan 2.000
Akumulasi Penyusutan 2.000
31/12/2008 Akumulasi Penyusutan 2.000
Aset Tetap 2.000
Aset Tetap 4.000
Surplus Revaluasi 4.000
Contoh:
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp. 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 55.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp. 65.000.
(D) Akumulasi Penyusutan 55.000
(K) Aset Tetap 55.000
(D) Aset Tetap 20.000
(K) Surplus Revaluasi 20.000
Page 111
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp. 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 55.000
dilakukan revaluasi dan menghasilan nilai Rp. 65.000. Sebelumnya pernah direvaluasi
dengan penurunan Rp. 10.000
(D) Akumulasi Penyusutan 55.000
(K) Aset Tetap 55.000
(D) Aset Tetap 20.000
(K) Surplus Revaluasi 10.000
(K) Keuntungan Revaluasi 10.000
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp. 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 55.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp. 35.000.
(D) Akumulasi Penyusutan 55.000
(K) Aset Tetap 55.000
(D) Rugi Revaluasi 10.000
(K) Aset Tetap 10.000
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp. 100.000 dan akumulasi penyusutan Rp. 55.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp. 35.000. Sebelumnya pernah
direvaluasi dengan surplus Rp. 5.000
(D) Akumulasi Penyusutan 55.000
(K) Aset Tetap 55.000
9.4 PENYUSUTAN
PSAK 16 mengatur pula mengenai Penyusutan Aset Tetap.Penyusutan Aset
Tetap harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
seluruh aset, harus disusutkan secara terpisah.
2. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi,
kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.
3. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis
sepanjang umur manfaatnya,
4. Nilai residu dan masa manfaat direview minimal setiap akhir tahun.
5. Penyusutan dimulai saat aset tersebut siap digunakan
6. Penyusutan dihentikan jika dijual dan dimaksudkan untuk dijual
7. Penyusutan tidak dihentikan karena aset tersebut tidak dipakai/idle.
Page 112
9.4.1 METODE PENYUSUTAN
PSAK 16 dan SAK ETAP Bab 15 mengatur hal yang sama dalam metode
penyusutan aset tetap berwujud. Metode penyusutan harus mencerminkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset oleh entitas Metode penyusutan
juga harus direview setiap akhir tahun buku, jika terdapat perubahan metode
penyusutan maka perubahan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan penyusutan atas aset tetap
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Metode penyusutan:
a. Metode garis lurus
Rumus:
Page 113
2. Metode yang dipilih harus konsisten dari periode ke periode kecuali terjadi
perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar seuatu perubahan metode
3. Pertimbangan masa manfaat dipengaruhi:
a. Taksiran arus dan kerusakan fisik
b. Keusangan
c. Pembatasan hukum atau lainnya atas penggunaan aktiva
4. Masa manfaat harus ditinjau secara periodik.
5. Prosentase penyusutan disesuaikan untuk periode sekarang dan yang akan
datang.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
1. Penghentian pengakuan pada saat penggantian sebagian aset tetap sesuai
dengan prinsip pengakuan (paragraf 7),
a. Entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian dalam jumlah
tercatat aset,
b. Kemudian menghentikan pengakuan jumlah tercatat bagian yang
digantikan tanpa memperhatikan bagian yang digantikan telah
disusutkan secara terpisah. Jika tidak praktis, biaya perolehan
penggantian = biaya perolehan yang digantikan.
2. Aset dihentikan pengakuan:
a. Saat dijual/dihentikan
b. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
pelepasan/penggunaannya.
3. Laba rugi penghentian:
a. Dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya.
b. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
c. Sebesar perbedaan nilai neto hasil pelepasan dengan nilai tercatat dari
aset.
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2009
1. PT ABC membeli mesin cetak laser seharga Rp. 50.000.000,- taksiran umur
manfaat 5 tahun, nilai residu nol.
2. Laser head dapat digunakan selama 500 jam, setelah itu harus diganti baru.
3. Cost laser head baru Rp. 10 000.000, nilai residu nol.
Page 114
Pada tanggal 31 Desember 2010
1. Perusahaan harus mengganti laser head karena rusak setelah pemakaian
selama 400 jam.
2. Carrying amount laser head lama sisa (Rp. 10.000.000 – ( Rp. 10.000.000x
400/500)) = Rp. 2.000.000
3. Jadi cost laser head baru ( Rp. 10. 000.000, – Rp. 2.000.000) = Rp. 8.000.000
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan PSAK 16 lama dengan edisi revisi?
2. Apakah perbedaan perlakuan Aset Tetap menurut PSAK 16 dengan SAK ETAP?
3. Metode penyusutan apa saja yang diperkenankan menurut SAK yang berlaku di
Indonesia
4. Kapan perusahaan diperkenankan melakukan revaluasi aset tetap?
5. Kapan perusahaan diperkenankan melakukan penurunan nilai aset tetap?
LATIHAN
1. PT ABC pada tanggal 2 Januari 2007 membeli mesin seharga Rp 250.000.000,-.
Pembayaran dilakukan dengan tunai senilai Rp 100.000.000,-, mengeluarkan
10.000 lembar saham biasa pada harga Rp 10.000,-/lembar dan sisanya diangsur
setiap bulan Rp 10.000.000,- dengan bunga disepakati 2% per bulan. Mesin ini
diperkirakan dapat dipakai selama 7 tahun. Metode penyusutan yang digunakan
PT ABC adalah metode penyusutan angka tahun. Pada tahun 2009 PT ABC
menetapkan bahwa umur mesin tersebut diubah menjadi 10 tahun. Pada 7
September 2010 PT ABC menjual mesin tersebut pada harga Rp 175.000.000,-.
Buatlah jurnal yang terjadi sejak pembelian mesin sampai dengan penjualannya!
2. Sebidang tanah di Gresik berisi sumber alam pada tahun 1987 dinilai pada harga
Rp 500.000.000,-. Bila tanah tersebut telah habis bahan tambangnya diperkirakan
laku dijual dengan harga Rp 50.000.000,-. Diperkirakan tambang berisi 1 juta ton.
Pada tahun 1987 tambang tersebut menghasilkan 80.000ton. buatlah jurnal untuk
mencatat transaksi tersebut!
3. PT Pranoto pada 11 Februari 2010 mendapatkan hadiah dari BAPEPAM berupa
tanah dan gedung karena PT PRANOTO ini telah menjadi perusahaan paling
Page 115
produktif di Sidoarjo. Setelah dinilai ternyata tanah bernilai Rp 100.000.000,- dan
bangunan bernilai Rp 125.000.000,-. Buatlah jurnal untuk transaksi tersebut!
4. Pada awal tahun 1992 PT Hugo Yaiya menukarkan mesin dengan truk baru.
Harga perolehan mesin Rp 4.000.000,- akumulasi depresiasi Rp 3.250.000,-.
Harga pasar mesin tersebut Rp 1.750.000,- dan PT Hugo Yaiya harus membayar
Rp 750.000,-. Harga perolehan truk Rp 2.500.000,-. Buatlah jurnal terkait!
5. PT. ANEKA TAMBANG membeli tanah pada tanggal 3 Januari 2005 dengan
harga Rp. 575.000.000. Diperkirakan bahwa total 100.000 ton timah tersedia
untuk ditambang. Setelah dieksploitasi, nilai sisa terhadap tanah tersebut sebesar
Rp. 5.000.000. Pada tahun pertama dapat dieksploitasi sebesar 15.000 ton timah.
Tahun kedua terdapat penambahan biaya pembangunan sebesar Rp. 20.000.000
dan dieksploitasi sebesar 15.000 ton timah lagi. Setelah dieksploitasi pada tahun
kedua diperkirakan tambang masih memiliki sisa hasil tambang 80.000 ton timah.
Diminta:
Buatlah jurnal untuk mencatat besarnya deplesi pada akhir tahun pertama.
6. PT. ANGKASA membeli truk dengan harga 90 juta tahun 2005. Truk tersebut
diharapkan memiliki masa manfaat 5 tahun atau 200.000 kilometer, dengan
estimasi nilai sisa 15 juta pada akhir tahun kelima. Akhir tahun pembukuan
adalah 31 Desember.
7. PT. BINTANG KEJORA membeli tanah, bangunan dan peralatan dari PT.
KERETA KENCANA pada tanggal 1 Januari 2004 dengan pembayaran tunai
senilai Rp. 250.000.000. Estimasi nilai wajar untuk aktiva-aktiva tersebut adalah
tanah sebesar Rp. 210.000.000, bangunan sebesar Rp. 60.000.000, dan peralatan
sebesar Rp. 30.000.000. Umur ekonomis dari bangunan adalah 10 tahun dengan
nilai sisa sebesar Rp. 2.500.000. Sedangkan umur ekonomis peralatan adalah 5
tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 500.000. Pada tanggal 30 Desember 2007,
Mesin tersebut ditukar dengan mesin baru. Untuk membeli mesin baru tersebut
PT. BINTANG KEJORA mengeluarkan kas sebesar Rp. 25.000.000. Mesin baru
tersebut memiliki harga pasar sebesar Rp. 30.000.000. Pada akhir tahun 2008,
bangunan ditaksir memiliki umur ekonomis 6 tahun lagi.
Diminta:
a. Buatlah jurnal pada tanggal 1 Januari 2004, pada saat perolehan aktiva tetap tanah,
bangunan dan peralatan.
b. Buatlah jurnal pertukaran mesin lama dengan mesin baru pada tanggal 30
Desember 2007.
8. Sebuah Komputer dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga perolehan 5
juta. Komputer tersebut diharapkan memiliki masa manfaat 5 tahun dan nilai
residu Rp. 500.000. Andaikan komputer dilepas pada 1 Juli 2004, buatlah jurnal
jika (diasumsikan metode depresiasi garis lurus):
a. Komputer dihapuskan.
b. Komputer dijual dengan harga Rp. 800.000
c. Komputer dijual dengan harga Rp. 2.200.000
Page 116
d. Komputer ditukar dengan komputer baru dengan harga 9 juta. Nilai tukar
mesin lama Rp. 1.200.000 (laba rugi pertukaran diakui)
e. Sama dengan d. tapi nilai tukar tambah Rp. 2.400.000.
10. PT A membeli mesin es krim pada tanggal 30 April 2008 dengan menukar
dengan mesin model lama dan membayar sisanya secara tunai. Data berikut
berkairan dengan pembelian tersebut :
Harga katalog mesin baru 15.800.000
Kas yang dibayar 10.000.000
Biaya mesin lama(umur 5th, nilai sisa 700rb) 11.200.000
Akumulasi penyusutan mesin lama(grs lrs) 6.300.000
Nilai pasar brang bekas mesin lama 5.200.000
Nb : akumulasi penyusutan merupakan saldo per 31 Desember 2007
Diminta:
Buatlah ayat jurnal yang diperlukan dengan mengasumsikan mesin tersebut bersifat
sejenis?
Page 117
BAB X
ASET TIDAK BERWUJUD
Tabel 10.1
Ikhtisar Perubahan PSAK 19
10.2 DEFINISI
Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik. Aset adalah adanya kontrol dan keuntungan ekonomis di masa
depan. Hal yang harus diperhatikan untuk mendefinisikan aset tetap adalah:
Page 118
1. Dapat diidentifikasi:
a. Dapat dipisahkan/dibedakan atau
b. Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya
2. Terdapat kontrol, jika
a. Mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan, dan
b. Dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat
ekonomis tersebut.
3. Manfaat ekonomis mencakup:
a. Pendapatan dari penjualan barang atau jasa.
b. Penghematan biaya, atau
c. Manfaat lain dari penggunaan aset tersebut.
Kriteria pengakuan
1. Aset tidak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:
a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan dari aset tersebut, dan
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
2. Dalam menilai kemungkinan:
a. Menggunakan asumsi masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Estimasi terbaik manajemen
Page 119
Pengukuran aset tidak berwujud:
1. Perolehan terpisah
Biaya perolehan = harga beli dan segala biaya yang dapat dikaitkan secara
langsung.
2. Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis
Nilai wajar pada tanggal akuisisi
3. Pengakuisisian dengan hibah pemerintah
Diakui pada nilai wajar atau pada nilai nominalnya
4. Pertukaran aset
Nilai wajar, kecuali tidak ada substansi komersial (nilai tercatat aset yang
dilepas)
5. Goodwill yang dihasilkan secara internal
Tidak boleh diakui sebagai aset (tidak dapat teridentifikasi)
6. Aset tidak berwujud yang dihasilkan internal
Page 120
9. Merek, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan yang dihasilkan
secara internal, tidak boleh diakui sebagai aset tidak berwujud karena tidak
dapat dibedakan dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara
keseluruhan.
Pengukuran setelah pengakuan awal sama seperti PSAK 16 Aset tetap, yaitu:
1. Model biaya, biaya perolehan – akumulasi amortisasi – akumulasi kerugian
penurunan nilai.
2. Model revaluasi, nilai wajar - akumulasi amortisasi – akumulasi kerugian
penurunan nilai.
AMORTISASI
1. Pengukuran setelah pengakuan awal aset tidak berwujud didasarkan pada usia
manfaatnya
2. Entitas harus menilai apakah masa manfaat dari aset tak berwujud:
a. Terbatas
b. Tidak terbatas
3. Jika terbatas, akan diamortisasi
a. Jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang
dihasilkan, selama masa manfaat
4. Jika tidak terbata, akan tidak diamortisasi
a. Tidak diamortisasi jika impairment test setiap tahun dan kapan pun bila
ada indikasi penurunan nilai.
b. Masa manfaat ditelaah setiap akhir periode.
5. Jika masa manfaat berubah tak terbatas menjadi terbatas
a. Perubahan estimasi
b. Indikasi penurunan nilai
PENGHENTIAN
1. Dihentikan pengakuannya ketika:
a. Dalam (proses) pelepasan; atau
b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang
diharapkan
2. Keuntungan/kerugian diakui di Laporan Laba Rugi
PERTANYAAN
1. Bagaimana perlakuan aset tidak berwujud menurut Standar Akuntansi yang
berlaku di Indonesia?
2. Bagaimana SAK mendefinisikan aset tidak berwujud
3. Bagaimana pengukuran aset tidak berwujud menurut SAK, serta aset apa saja
yang dikategorikan sebagai aset tidak berwujud?
4. Bagaimana pengukuran setelah pengakuan awal aset tidak berwujud?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset tidak berwujud ketika terjadi transaksi
penghentian?
Page 121
LATIHAN
1. PT. FAJAR membeli paten pada tanggal 2 Januari 2002 seharga Rp. 350.000.000.
Paten itu memiliki umur hukum 10 tahun. PT. FAJAR menggunakan metode
penyusutan garis lurus untuk mengamortisasi paten. Diminta: Buatlah ayat jurnal
untuk memcatat pembelian paten dan amortisasi pada tahun 2002!
2. PT. ABC membeli paten dari PT. XYZ pada tanggal 1 Januari 2008 seharga Rp.
64.000.000,-. Paten tersebut memiliki sisa umur hukum 16 tahun. PT. ABC
merasa paten itu akan berguna selama 10 tahun. Buatlah jurnal untuk mencatat
pembelian paten pada tahun 2008 dan amortisasi pada tahun 2010!
3. PT. ETNIC telah mengkapitalisasi biaya software sebesar Rp. 700.000.000,- dan
penjualan produk ini pada tahun pertama berjumlah Rp. 420.000.000,-. PT.
ETNIC mengkapitalisasi laba sebesar Rp. 980.000.000,- sebagai pendapatan
tambahan di masa depan dari produk ini, yang diestimasi memiliki umur
ekonomis 4 tahun. Hitung jumlah amortisasi biaya software untuk tahun pertama!
4. PT. TAMBANG TIMAH membeli tanah pada tanggal 3 Januari 2001 dengan
harga Rp. 575.000.000. Diperkirakan bahwa total 200.000 ton timah tersedia
untuk ditambang. Setelah dieksploitasi, nilai sisa terhadap tanah tersebut sebesar
Rp. 5.000.000. Pada tahun pertama dapat dieksploitasi sebesar 30.000 ton timah.
Tahun kedua terdapat penambahan biaya pembangunan sebesar Rp. 20.000.000
dan dieksploitasi sebesar 30.000 ton timah lagi. Setelah dieksploitasi pada tahun
kedua diperkirakan tambang masih memiliki sisa hasil tambang 160.000 ton
timah. Diminta:
a. Buatlah jurnal untuk mencatat besarnya deplesi pada akhir tahun pertama.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat adanya koreksi perhitungan deplesi pada akhir
tahun kedua.
5. Pada tanggal 1 Juli 2001, PT. ABC membeli PT. XYZ dengan membayar tunai $
250.000 dan menerbitkan sebuah wesel bayar senilai $100.000 kepada PT.
Securitas. Pada tanggal 1 Juli 2001 neraca PT. XYZ adalah sebagai berikut
(dalam $)
Kas 50.000 Hutang Usaha 200.000
Piutang 90.000 Equitas 235.000
Persediaan 100.000 435.000
Tanah 40.000
Bangunan 75.000
Peralatan 70.000
Paten 10.000
435.000
Diminta:
a. Buat jurnal yang diperlukan pada saat pembelian PT.XYZ
b. Buat jurnal tanggal 31 Desember untuk mencatat amortisasi paten (estimasi
umur paten 50 tahun)
Page 122
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14-
Persediaan. Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16-
Aset Tetap. Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia.
Page 123
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................. 1
STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN
LAPORAN KEUANGAN ............................................................................................. 1
1.1 PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA SEBELUM
KONFERGENSI DENGAN IFRS .................................................................... 1
1.1.1. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 ................................................. 2
1.1.2. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984 ................................................. 2
1.1.3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1994 - 2004 ................................... 4
1.1.4. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2004 - 2009 ................................... 5
1.2 OVERVIEW ROADMAP KONVERGENSI IFRS (INTERNATIONAL
FINANCIAL REPORTING STANDAR) 2010 .............................................. 10
1.3 DAMPAK IFRS TERHADAP SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN
....................................................................................................................... 12
BAB II .......................................................................................................................... 14
RERANGKA KERJA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN .................................................................... 14
2.1 RERANGKA KERJA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN ........ 14
2.2 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN PSAK NO. 1
(REVISI 2009) ................................................................................................. 17
2.2.1 Tujuan Umum Laporan Keuangan......................................................... 17
2.2.2 Komponen Laporan Keuangan .............................................................. 18
2.2.3 Karakteristik Umum Laporan Keuangan ............................................... 18
2.3 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAK ETAP
(ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK) 2009 BAB 3. ................. 21
2.3.1 Laporan Keuangan Lengkap .................................................................. 22
2.3.2 Identifikasi Laporan Keuangan .............................................................. 22
BAB III ........................................................................................................................ 24
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF ............................................................ 24
3.1. MANFAAT LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF ............................ 24
3.2. KETERBATASAN LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF ................ 25
3.3. UNSUR-UNSUR LAPORAN LABA RUGI ................................................... 25
3.4. PENYAJIAN DAN FORMAT LAPORAN LABA RUGI .............................. 26
3.4.1. Ketentuan Laporan Laba Rugi Komprehensif Berdasarkan PSAK ETAP
(Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) ..................................................... 26
3.4.2. Ketentuan Laporan Laba Rugi Komprehensif Berdasarkan PSAK No. 1
(revisi 2009) ........................................................................................... 28
BAB IV ........................................................................................................................ 37
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) .......................................................... 37
4.1. MANFAAT NERACA ..................................................................................... 37
4.2. KETERBATASAN NERACA ...................................................................... 38
4.3. ELEMEN-ELEMEN DAN KLASIFIKASI LAPORAN POSISI KEUANGAN
....................................................................................................................... 38
4.3.1. Klasifikasi Aset dan Kewajiban Berdasarkan SAK ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik) ............................................................................. 41
4.3.2. Klasifikasi Aset dan Kewajiban Berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2009) .
................................................................................................................ 42
4.4. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan ......................... 43
4.4.1. Informasi yang Disajikan dalam Neraca Berdasarkan SAK ETAP
(Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) ..................................................... 43
4.4.2. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan
PSAK No. 1 (revisi 2009) ...................................................................... 43
BAB V ......................................................................................................................... 50
KAS, REKONSILIASI BANK DAN LAPORAN ARUS KAS ................................. 50
5.1. KAS .................................................................................................................. 50
5.2. REKONSILIASI BANK .................................................................................. 53
5.3. LAPORAN ARUS KAS .................................................................................. 56
5.3.1. Ketentuan Laporan Arus Kas Berdasarkan PSAK ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik) ............................................................................. 56
5.3.2. Pelaporan Arus Kas dari Akvitas Operasi, Investasi dan Pendanaan
Berdasarkan PSAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik).......... 58
5.3.3. Ketentuan Laporan Arus Kas Berdasarkan PSAK No. 2 (revisi 2009) . 58
BAB VI ........................................................................................................................ 64
PIUTANG USAHA DAN WESEL TAGIH ................................................................ 68
6.1. PENGAKUAN PIUTANG USAHA ............................................................. 69
6.2. PENILAIAN PIUTANG USAHA ................................................................ 70
6.3. PENGAKUAN WESEL TAGIH .................................................................. 72
6.4. PENILAIAN WESEL TAGIH ...................................................................... 75
BAB VII ....................................................................................................................... 80
PERSEDIAAN ............................................................................................................. 80
7.1. KETENTUAN PERSEDIAAN BERDASARKAN PSAK NO. 14 (REVISI
2008) ..................................................................................................................... 82
7.1.1 Tehnik Pengukuran Biaya ...................................................................... 83
7.1.2. Rumus Biaya .......................................................................................... 84
7.1.3. Nilai Realisasi Neto ............................................................................... 84
7.1.4. Penurunan ke Nilai Realisasi Bersih ...................................................... 84
7.1.5. Pengungkapan ........................................................................................ 85
7.2. KETENTUAN PERSEDIAAN BERDASARKAN PSAK ETAP BAB 11 .... 85
7.2.1. Biaya Persediaan .................................................................................... 85
7.2.2. Teknik Pengukuran Biaya ...................................................................... 86
BAB VIII ..................................................................................................................... 92
INVESTASI ................................................................................................................. 92
8.1 RUANG LINGKUP INVESTASI ................................................................ 92
8.2 DEFINISI INVESTASI SAK ETAP............................................................. 93
8.3 INVESTASI DALAM OBLIGASI ............................................................... 93
8.3.1 PEMBELIAN OBLIGASI ..................................................................... 94
8.3.2 PELUNASAN DAN PENJUALAN INVESTASI ................................ 96
8.4 INVESTASI DALAM SAHAM ................................................................... 97
8.4.1 METODE HARGA PEROLEHAN (COST METHOD) ........................ 98
8.4.2 METODE EKUITAS (EQUITY METHOD) ......................................... 98
8.4.3 DEVIDEN ............................................................................................ 100
BAB IX ...................................................................................................................... 104
ASET TETAP ............................................................................................................ 104
9.1 IKHTISAR PERUBAHAN ......................................................................... 104
9.2 DEFINISI .................................................................................................... 105
9.3 AKUNTANSI ASET TETAP ..................................................................... 106
9.3.1 BIAYA-BIAYA SETELAH PEROLEHAN AWAL .......................... 106
9.3.2 PENGUKURAN AWAL ..................................................................... 108
9.3.3 PENGUKURAN BIAYA PEROLEHAN............................................ 109
9.3.4 HIBAH PEMERINTAH ...................................................................... 109
9.3.5 PERTUKARAN ................................................................................... 109
9.4 PENYUSUTAN .......................................................................................... 112
9.4.1 METODE PENYUSUTAN ................................................................. 113
9.4.2 PENURUNAN NILAI DAN KOMPENSASI ..................................... 114
BAB X ....................................................................................................................... 118
ASET TIDAK BERWUJUD ..................................................................................... 118
10.1 IKHTISAR PERUBAHAN ......................................................................... 118
10.2 DEFINISI .................................................................................................... 118
10.3 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ...................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 123
INDEKS
A
Aset 1, 7, 8, 9, 12, 14, 16, 20, 21, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 37, 38,
41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, 57, 59, 68, 80, 83, 84, 85, 92, 104,
105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 117, 118,
119, 120, 122
Aset Tetap 1, 14, 24, 30, 37, 50, 57, 59, 68, 80, 92, 104, 105, 106, 107,
108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 117
Aset Tidak Berwujud 1, 14, 24, 37, 50, 57, 68, 80, 92, 104, 117, 118, 119, 120
B
Bank 4, 6, 50, 53, 54, 55, 56, 60, 62, 63, 64, 66, 67, 72
Biaya 3, 5, 6, 7, 8, 10, 15, 16, 17, 25, 27, 28, 29, 31, 39, 40, 41, 48,
51, 57, 59, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 70, 77, 80, 81, 82, 83,
84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 94, 96, 97, 98, 99, 102, 103,
104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 116,
117, 118, 119, 120, 121
D
Debit 62, 63, 66, 110
Deposito 53, 54, 55, 60, 67, 68
E
Ekuitas 5, 7, 18, 22, 25, 37, 38, 39, 41, 45, 47, 48, 57, 70, 93, 97, 98,
110
Entitas 5, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 56, 57, 58, 59, 60, 83, 85,
86, 92, 93, 106, 108, 109, 112, 113, 118, 119, 120, 122
ETAP 10, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 32, 33, 41, 42, 43, 46, 56, 57, 85,
92, 93, 104, 105, 112, 117
G
Goodwill 47, 48, 118, 119
H
Hutang 7, 39, 49, 50, 54, 65, 67, 95, 121
I
Investasi 1, 6, 7, 9, 10, 14, 24, 25, 26, 37, 39, 40, 43, 45, 46, 47, 48, 50,
56, 57, 58, 59, 60, 68, 80, 92, 93, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 102,
104, 117
Investor 14, 24, 93, 94, 98, 100, 101
J
Jurnal 51, 52, 53, 54, 55, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 70, 72, 73, 74,
75, 77, 78, 81, 82, 87, 88, 96, 98, 100, 101, 102, 103, 114,
115, 116, 121
K
Kas 8, 14, 16, 17, 18, 21, 24, 26, 37, 38, 39, 40, 41, 41, 43, 45, 46,
50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65,
66, 68, 70, 73, 74, 75, 80, 83, 87, 92, 94, 95, 97, 98, 102, 104,
105, 115, 116, 117
L
Likuiditas 37, 39
Liabilitas 8, 9, 12, 20, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 59
N
Neraca 3,6, 37, 39, 43, 46, 47, 48, 49, 62, 64, 65, 68, 76, 95, 106, 121
O
Obligasi 40, 47, 54, 5, 67, 93, 94, 95, 96, 97, 101, 102
P
Piutang 1, 5, 7, 14, 24, 25, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 56, 58, 59, 65, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 92, 95, 96, 100, 104, 117
Pembelian 27, 40, 61, 64, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 94,
101, 102, 105, 107, 114, 115, 121
PSAK 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 17, 18, 20, 23, 26, 27, 28, 32, 33, 41, 42,
43, 44, 46, 56, 57, 58, 60, 82, 85, 92, 104, 105, 106, 107, 108,
111, 112, 114, 117, 120
Penjualan 21, 26, 27, 29, 33, 34, 35, 36, 48, 56, 57, 68, 69, 70, 72, 73,
75, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 89, 90, 96, 97,
101, 104, 107, 114, 118, 121
Persediaan 21, 27, 31, 35, 39, 46, 49, 57, 58, 76, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
86, 87, 88, 89, 90, 91
R
Rekonsiliasi 1, 14, 24, 37, 50, 53, 54, 55, 58, 59, 60, 62, 63, 64, 66, 67, 68,
80, 92, 104, 117
S
SAK 1, 4, 14, 18, 21, 24, 25, 26, 32, 33, 37, 41, 42, 43, 46, 60, 68,
76, 80, 86, 92, 93, 104, 105, 112, 114, 117, 120, 122
Saham 3, 24, 29, 31, 33, 34, 35, 36, 40, 41, 44, 47, 48, 49, 57, 65,
93, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 114
W
Wesel 34, 36, 40, 41, 48, 49, 54, 57, 61, 62, 63, 68, 72, 73, 74, 75,
76, 77, 78, 121