Vous êtes sur la page 1sur 36

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KEPADA PASIEN DENGAN CA


PARU

Dosen Pengampu : Ganik Sakitri, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh :

1. Della Risty Linggi (21.1.011)


2. Farid Ma’ruf (21.1.015)
3. Januar Nindyah (21.1.021)
4. Lainra Yuda Mulia (21.1.023)
5. Linda Kurniasar (21.1.025)
6. Salvina Putri Verisca (21.1.033)
7. Winda Robayanti (21.1.036)
8. Windiyarti (21.1.037)

PRODI D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah " asuhan keperawatan medikal bedah kepada pasien dengan ca paru".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surakarta, 08 Agustus 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
1.3. Tujuan...............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................................................6
2.1 Pengertian..........................................................................................................................................6
2.2 Etiologi..............................................................................................................................................7
2.3. Manifestasi Klinis.............................................................................................................................9
2.4 Pathway...........................................................................................................................................11
2.5 Komplikasi......................................................................................................................................12
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................................17
3.1. Pengkajian......................................................................................................................................17
3.2. Diagnosa.........................................................................................................................................20
3.3. Intervensi........................................................................................................................................21
3.4. Implementasi..................................................................................................................................29
3.5. Evaluasi..........................................................................................................................................29
BAB IV.....................................................................................................................................................31
PENUTUP.................................................................................................................................................31
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol dalam jaringan paru
karena keganasan yang berasal dari luar paru maupun dari paru sendiri (Purba,2015). Paparan
atau inhalasi berkepanjangan suatu zat karsinogenik merupakan faktor risiko utama selain
adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain- lain (Husen, 2016). Prevalensi
kejadian kankerparu berdasarkan data yang dirilis dari World Health Organization (WHO),
kanker paru merupakan kanker yang paling mematikan dengan 1,8 juta kematian atau 18,4% dari
total kematian pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Kanker paru juga merupakan satu jenis
kanker yang menjadi penyebab utama keganasan yang mengakibatkan kematian yaitu mencapai
13% dari semua jenis diagnosis kanker.

Adapun berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kanker paru adalah
jenis kanker terbanyak yang diderita oleh laki-laki di Indonesia dan termasuk terbanyak kelima
untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker paling banyak pada laki-laki (Kemenkes RI, 2018). Menurut Riskesdas tahun
2018, terjadi peningkatan prevalensi kanker paru di Indonesia dari 1,40% pada tahun 2013
menjadi 1,79% pada tahun 2018. Kanker paru merupakan penyakit yang menyebabkan
terjadinya masalah pada sistem pernapasan sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen.

Menurut Kemenkes RI (2018), keluhan yang sering muncul pada pasien kanker paru
adalah sesak napas. Hal tersebut terjadi karena obstruksi bronkus yang akan menyebabkan
terjadinya penurunan ekspansi paru sehingga membuat kerja naps meningkat dan akhirnya
menimbulkan gejala dispnea dan munculnya masalah keperawatan pola napas tidak efektif
(Nurarif & Kusuma, 2015). Pola napas tidak efektif pada pasien kanker paru adalah keadaan
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat pada sistem pernapasan
yang disebabkan oleh hambatan upaya napas (nyeri saat bernapas dan kelemahan otot
pernapasan) dan ditandai dengan keluhan sesak napas, pola napas tidak normal (frekuensi napas

4
dalam rentang abnormal) dan terdapat penggunaan otot bantu pernapasan (Tim Pokja SDKI
PPNI, 2017).

Upaya untuk mengatasi masalah pada gangguan sistem pernapasan tersebut memerlukan
penangan yang mendasar. Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan
(Suarli & Yahya, 2012). Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan dengan
metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam
mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal
melalui tahapan pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan dan mengevaluasinya (Suarli & Yahya, 2012). Adapun asuhan keperawatan pada
pasien kanker paru adalah serangkaian metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien kanker paru baik dari segi bio-psiko-sosio-
spiritual secara optimal melalui lima tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosis,
perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi (Yulia, Dahrizal & Lestari, 2019).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan diatas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Paru?.

1.3. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan akalah ini adalah..

1. mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ca


Paru
2. Memahami pengertian, etiologi, pathway, patofisiologi, pemeriksaan, diagnostic,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru

5
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 PENGERTIAN
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).

Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primersistem
pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus
(Nurarif & Kusuma, 2015). Kanker paru adalah keganasanyang berasal dari luar paru maupun
yang berasal dari paru sendiri (primer), dimanakelainan dapat disebabkan oleh kumpulan
perubahan genetika pada sel epitelsaluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang
tidak dapatdikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000)

Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem
pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus
(sylvia, 1995:843). Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas
(Taprani 1996:234). Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi,
1995)

6
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan
abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang
berasal dari sel epitel.

2.2 ETIOLOGI

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zatyang bersifat
karsinogenik merupakan faktor resiko utama. (Stopler, 2010) Beberapa faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru adalah:

1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok
yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali

Perokok mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.

2. Rradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.

3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih

7
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengandaerah pedesaan. Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan
walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
(Thomson, Catatan Kuliah Patologi, 1997).

4. Paparan zat karsinogen


Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,nikel
(Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel)
dan arsenic (pembasmi rumput),Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite)) polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.Risiko kanker paru di antara
pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluhkali lebih besar dari pada masyarakat umum.

5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
Proton oncogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru

6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik jug adapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru

7. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten. seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

8. Metastase dari organ lain


Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker parusekunder. Paru-paru
menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.Meskipun stadium penyakitnya masih awal,
seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel
kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifatimortal
dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah end organ

8
bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,yang sebelumnya dapat menyebar di aera
payudara, ovarium, usus, dan lain-lain.

2.3. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan Utama:

1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak ( dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Suara serak
5. Nyeri dada yang persisten
6. Sulit/sakit menelan
7. Benjolan di pangkal leher
8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang
hebat

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastatis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul akibat kompresi gebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.

Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti:

1. Berat badan berkurang


2. Hilangnya nafsu makan
3. Demam hilang timbul
4. Syndrom paraneoplastic, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheophaty, thrombosis
vena perifer dan neuropatia.

Ada juga Manifestasi Klinis seperti;

a. Gejala Awal

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.

9
 b. Gejala Umum

Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu:

1. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa
membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder .

2. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi

3. Anoreksia

Lelah, berkurangnya berat badan.

10
2.4 PATHWAY

11
2.5 KOMPLIKASI
1. Rasa Sakit

Komplikasi kanker paru yang pertama adalah rasa sakit pada dada. Pengidap akan
mengalami nyeri pada tulang rusuk atau otot dada. Dalam kasus yang parah, rasa nyeri juga
dapat dialami pada bagian lain tubuh lain, di mana kanker sudah menyebar. Kondisi ini biasanya
terjadi pada tahap penyakit yang lebih lanjut.

2. Sesak Napas

Pengidap kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker tumbuh di saluran udara.
Akibatnya, kanker akan memblokir udara saat bernapas. Kanker paru juga dapat menyebabkan
penumpukan cairan di sekitar paru-paru, sehingga paru-paru sulit mengembang sepenuhnya saat
menarik napas.

3. Efusi Pleura

Kanker paru memicu penyumbatan di rongga pleura, sehingga menyebabkan


penumpukan cairan di sekitar paru-paru (disebut efusi pleura). Rongga tersebut terletak di antara
lapisan pembungkus paru-paru yang menempel pada dinding rongga dada.

4. Pneumonia

Efusi pleura berpotensi menekan paru-paru, menurunkan fungsi paru-paru, dan


meningkatkan risiko pneumonia. Gejala pneumonia termasuk batuk, nyeri dada, dan demam.
Kasus pneumonia memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa jika tidak diobati.

5. Batuk Berdarah

Pengidap kanker paru bisa mengalami hemoptisis (batuk berdarah) akibat pendarahan di
saluran udara. Ciri batuk darah bisa bermacam-macam. Ada yang berwarna merah muda atau
merah terang, tapi ada juga yang memiliki tekstur berbusa atau bahkan bercampur dengan lendir.

6. Neuropati

12
Neuropati adalah kelainan yang memengaruhi saraf, terutama di tangan atau kaki. Kanker
paru yang tumbuh di dekat saraf lengan atau bahu berpotensi menekan saraf, menyebabkan rasa
sakit dan kelemahan. Gejalanya berupa mati rasa, kelemahan, rasa sakit, dan rasa geli.

7. Komplikasi Jantung

Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh darah dan
arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti dada, leher, dan wajah.
Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal dan menyebabkan penumpukan cairan di
sekitar jantung. Jika tidak segera mendapat penanganan, komplikasi ini memicu masalah
penglihatan, sakit kepala, pusing, dan kelelahan.

8. Komplikasi Esofagus

Terjadi ketika kanker tumbuh dan menyebar di dekat kerongkongan. Gejalanya berupa
kesulitan menelan dan nyeri ketika makanan melewati kerongkongan menuju perut.

9. Penyebaran Kanker ke Bagian Tubuh Lain

Kanker paru-paru bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak, hati, tulang,
dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis. Gejala yang muncul berbeda-beda, tergantung pada
lokasi penyebarannya.

10. Hemothorax

Hemothorax adalah kondisi ketika ada akumulasi atau penumpukan darah di bagian
lubang pleura (pleura cavity). Kerusakan pada membran pleura ini dapat dipicu oleh komplikasi
dari operasi jantung atau paru. Namun selain itu, ada pula berbagai kondisi kesehatan yang bisa
jadi penyebab hemotoraks, seperti:

 Infeksi paru, misalnya tuberkulosis (TBC).


 Terdapatnya sel kanker di paru-paru.

 Ada gumpalan darah beku yang mengalir ke paru-paru (emboli paru).


 Disfungsi jaringan paru.

 Robeknya pembuluh darah akibat masuknya kateter ketika menjalani operasi jantung.

13
 Gangguan perdarahan yang diakibatkan oleh penyumbatan atau kelebihan dosis dari pe-
makaian obat pengencer darah.

11. Pneumothorax

Terkumpulnya udara di rongga pleura (rongga tipis yg dibatasi dua selaput pleura antara
paru-paru dan dinding dada) karena adanya celah pada jaringan paru-paru akibat cedera atau
robekan pada jaringan paru inilah yg disebut dengan pneumotorax. Saat udara ini terjebak pada
rongga pleura maka akan menyebabkan paru menjadi kempis atau kolaps.

Berdasarkan penyebabnya, pneumothoraks terbagi menjadi :

 Pneumothoraks traumatik : terjadi karena cedera (pukulan keras didada, patah tulang
rusuk, luka tusuk/ tembak, trauma terbuka atau tertutup pada dada)
 Pneumothoraks non-traumatik : terbagi lagi menjadi pneumothoraks primer (tanpa
didahului penyakit pada paru) dan pneumothoraks sekunder (didahului penyakit pada
paru) termasuk didalamnya penyakit seperti tumor atau kanker pada paru.

Tumor merupakan jaringan yg tumbuhnya berlebih dan memiliki karakteristik yang tak sama
dengan jaringan sehat, memiliki pembuluh darah yg rawan rusak dan pecah. Oleh karena sifat
tersebutlah, maka jaringan paru dapat memungkinkan rusak sewaktu-waktu. Karena rusaknya
jaringan atau cavitas yg pecah inilah maka udara dapat keluar dari jaringan paru dan terjebak di
rongga pleura. Selain tumor, penyakit lain yg dapat menyebabkan hal serupa adalah tuberkulosis,
dimana cavitas/ kantung abnormal yg dibentuk oleh bakteri yg berkembang pada paru, sewaktu-
waktu dapat rusak dan pecah sehingga udara keluar dari jaringan paru dan memenuhi rongga
pleura.

12. Empiema

Empiema adalah suatu kondisi yang memengaruhi ruang antara lapisan terluar paru-paru
dan lapisan yang menyentuh dinding dada yang dikenal sebagai ruang pleura. Ruang ini ada
untuk membantu paru-paru mengembang dan berkontraksi.

14
13. Abses paru

Abses paru adalah kondisi terbentuknya kantung atau rongga yang berisi nanah di paru-
paru. Kondisi ini menimbulkan gejala utama berupa batuk berdahak yang sering kali
mengandung darah atau nanah.

14. Atelektasis

Atelektasis adalah kondisi ketika kantong-kantong udara kecil di dalam paru-paru


(alveolus) kempis dan tidak terisi oleh udara. Atelektasis merupakan salah satu penyebab paru-
paru kolaps dan tidak bisa mengembang.

Itulah gejala beserta komplikasi kanker paru yang bisa saja dialami oleh pengidapnya. Sejauh ini
tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru. Namun, kamu dapat menurunkan risikonya
dengan melakukan beberapa langkah berikut:

1. Berhenti merokok.
2. Hindari asap rokok.
3. Perhatikan kesehatan lingkungan rumah dengan baik.
4. Hindari karsinogen di tempat kerja.
5. Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
6. Rutin berolahraga.

2.6 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah:

1. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –  paru
yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi.

15
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.

 b. Pneumonektomi pengangkatan paru

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bias diangkat.

c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.

d. Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

e. Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).

f. Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan –  bahan fibrin dari pleura viscelaris.

2. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.

3. Kemoterapi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani


pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN

1. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No.
MR, Dx Medis dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang:
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuk darah; malaise;
anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik

3) Riwayat kesehatan terdahulu:


a) Penyakit yang pernah dialami:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular atau menurun
lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru

b) Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
c) Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d) Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan merokok, menghirup
asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok,

17
dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa
sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya

e) Obat-obat yang digunakan:

Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS

f) Riwayat penyakit keluarga:

Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca paru,


penyakit menular, atau menurun lainnya

g. Riwayat pengkajian nyeri

P : Provokatus paliatif : Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias memperberat ? apa yang
bisa mengurangi ?

Q : Quality-quantity : Bagaimana gejala dirasakan ?, sejauh mana gejala dirasakan?

R : Region – radiasi : Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?

S : Skala – severity : Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapah ?

T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?

tiba-tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Tanda vital:
1) Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
2) Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
3) RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
4) Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi
4. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Misalnya pada Dada :

a) Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada

18
b) Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest
c) Perkusi: Suara paru sonor
d) Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing

5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Thorax Posterior-Anterior(PA)
2) Bronkhografi
3) Torakoskopi
4) Mediastinosopi
5) Torakotomi
6) CT-Scaning
7) MRI

POLA PENGKAJIAN MENURUT GORDON

1. Pola manajemen kesehatan


Menggambarkan tentang pemahaman pasien tentang pola kesehatan dan kesejahteraan
dan bagaimana penanganannya

2. Pola nutrisi-metabolik
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang berkaitan dengan
kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan pemasukan nutrient lokal

3. Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori (bowel, bladder, dan kulit).

4. Pola aktifitas- latihan


Menjelaskan tentang pola latihan, kegiatan, santai, dan rekreasi Menguraikan tentang
pola-pola tidur, istirahat, dan relaksasi

5. Pola tidur-istirahat
6. Pola kogninif-perceptual
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif

19
7. Pola persepsi-diri/konsep-diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri (contohnya kenyamanan tubuh,
gambaran diri, dan suasana perasaan).

8. Pola peran-hubungan
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan

9. Pola seksualitas-reproduksi
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas

10. Pola koping-toleransi stress


Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan keefiktifan pola dalam arti toleransinya
terhadap stress

11. Pola nilai-kepercayaan


Menggambarkan pola-pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk spiritual), atau
sasaran yang mengarahkan pada memilih atau memutuskan.

3.2. DIAGNOSA
Preoperasi Gale, (Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000,dan Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan. 1999)

1) Kerusakan Pertukaran Gas b/d: Hipoventilasi


2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d: kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah
atau viskositas secret paru, meningkatnya jalan nafas
3) Ketakutan atau ansietas b/d: factor psikologis, perubahan status kesehatan, takut mati
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d iintake yang tidak adekuat
5) Gangguan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
6) Gangguan komunikasi verbal b/d tidak dapat bicara
7) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/retensi urine
8) Nyeri b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada
Pasca operasi (Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)

1) Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen,
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah

20
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah atau fiskositas sekret. keterbatasan
gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan

3) Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal

4) Ansietas b/d: krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian

5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi. tindakan, prognosis b/d kurang mengingat atau
kurang informasi

3.3. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Jalan nafas kembali  Catat upaya dan  Penggunaan obat
tidak efektif b/d efektif perubahan pola intercostal
penumpukan secret. K.h menunjukan : nafas. abdominal dan
 hilangnya dispreu  Observasi pada pelebaran nasal
 tidak ada secret expansi dinding menunjukan
 TTV dbn. dada. pelebaran upaya
RR ± 16-20x/m bernafas
 Catat
 Ekspedisi dada
karakteristik
terbatas karena
batuk (mis.
adanya
Menetap, efektif,
penumpukan
tak efektif,) juga
secret/spuntum
karakteristiik
 Batuk dapat
sputum
berubah tergantung
 Kolaborasi
pada penyebabnya
pemberian
 Obat untuk
bronkudikator
menghilangkan
ex. Aminophilin,
spasmme bronkus,

21
albuterol, dll menghilangkan
viskositas secret
2 Gangguan pertukaran Gangguan pertukaran gas  Kaji status  Dyspnea
gas b/d obstruksi dapat teratasi dengan pernapasan (follow merupakan
bronkus. baik up) komponesasi
K.h menunjukan:  Catat adanya bunyi terhadap adanya
 Perbaikan ventilasi tambahan mis: tahanan jalan nafas
dan oksigenasi krekles, mengi  Bunyi nafas dapat
menghilangkan
 Kaji adanya slanusi
krekles
 Kolaborasi gambar
menunjukan bukti
seri GDA
adanya cariran
dalan area jaringan
 Oksoigenasi
bermakna sebelum
sianosis
 Menunjukan
ventilasi atau
oksigenasi
3. Gangguan Pemenuhan Setelah dilakukan  Manajemen  Untuk
kebutuhan Nutrisi b/d tindakan keperawatan gangguan makan mengetahui berat
kurangnya asupan selama 1x24 jam maka  Monitor BB klien badan klien
makanan kebutuhan nutrisi klien secara rutin  Untuk
dapat terpenuhu dengan meminimalisir
 Monitor intake dan
K . h Menunjukan : asupan
asupan cairan
 Klien tidak kebutuhan cairan
secara tepat
mengalami klien
 Monitor asupan
penurunan berat  Untuk
kalori makanan
badan menyeimbangkan
harian Mandiri
 Klien asupan kalori
 Beri dukungan
menghabiskan

22
porsi makan (missal terapi klien
 Klien mengalami relaksasi, latihan  Beri kesempatan
peningkatan nafsu desensitisasi, klien untuk
makan. kesempatan untuk mempengaruhi
 Tidak terjadi berbicara perasaan) gaya hidup serta
mual dan muntah sembari klien juga pola makan klien
berusaha
mengintegrasikan
perilaku makan
yang baru,
perubahan citra
tubuh klien dan
perubahan gaya
hidup.

4. Nyeri kronik b/d a. level Nyeri a. Manajemen nyeri 1. menentukan tindakan


tekanan tumor pada k.h Menunjukan:  Lakukan yang tepat bagi pasien
jaringan penunjang  Nyeri berkurang pengkajian nyeri sesuai dengan kondisi
dan erosi jaringa  Kecemasan secara nyeri yang dirasakan
berkurang komprehensif 2. Pemberian analgesic
 Ketakutan termasuk lokasi, dapat mengurangi nyeri
berkurang karakteristik, yang dirasakan pasien

 Stress berkurang durasi, frekuensi, diberikan dengan dosis


b. Kontrol Nyeri. kualitas dan yang tepat sehingga
K.h Menunjukan : faktor presipitasi tujuan perawatan pasien

 Mampu mengontrol tercapai


 Observasi reaksi
nyeri (tahu 3. Pasien mengetahui
nonverbal dari
penyebab nyeri, terkait kondisinya dan
ketidaknyamanan
mampu lebih kooperatif terhadap
 Gunakan teknik
menggunakan perawatan
komunikasi
tehnik 4. Tindakan yang efektif

23
nonfarmakologi terapeutik untuk sesuai dengan kondisi
Untuk mengurangi mengetahui pasien dapat membantu
nyeri, mencari pengalaman menurunkan nyeri
bantuan) nyeri pasien
 Melaporkan bahwa  Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi
dengan respon nyeri
menggunakan
 Evaluasi
manajemen nyeri
pengalaman
 Mampu mengenali nyeri masa
nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi
 Evaluasi bersama
dan tanda nyeri)
pasien dan tim
 Menyatakan rasa
kesehatan lain
nyaman setelah
tentang
nyeri berkurang
ketidakefektifan
c. Efek yang
kontrol nyeri
mengganggu
masa lampau
k.h Menunjukan:
 Bantu pasien dan
 Tidak ada
keluarga untuk
ketidaknyamanan
mencari dan
 tidak ada gangguan
menemukan
hubungan
dukungan
interpersonal
 Kontrol
 tidak ada gangguan
lingkungan yang
dalam
dapat
Perasaan
mempengaruhi
mengontrol
nyeri seperti
 tidak ada kehilangan
suhu ruangan,
nafsu makan
pencahayaan dan
 tidak ada gangguan

24
menikmati hidup kebisingan
 tidak ada gangguan  Kurangi faktor
aktifitas fisik presipitasi nyeri
d. Nyeri: respon
 Pilih dan lakukan
psikologis tambahan
penanganan nyeri
K.h Menunjukan:
(farmakologi,
 tidak adanya non farmakologi
gangguan pada dan
konsentrasi interpersonal)
 tidak ada depresi
 Kaji tipe dan
 tidak ada ansietas
sumber nyeri
 tidak ada distress untuk
nyeri menentukan
 tidak ada
 intervensi
keputusasaan
Ajarkan tentang
 tidak ada rasa tidak
teknik non
berharga
farmakologi
 Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi
keefektifan
 Kontrol nyeri
Tingkatkan
Istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak

25
berhasil
 Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
b. Manajemen
pengobatan
 Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat
alergi
 Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika pemberian
lebih dari satu
 Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri

26
 Tentukan
analgesic pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
 Berikan
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
c. Manajemen alam
perasaan
 Evaluasi alam
(misalnya, tanda,
gejala, riwayat
pribadi) di awal
dan teratur

27
selama
 Monitor
kemampuan
perawatan diri
 Bantu pasien
untuk bias
mengatur siklus
tidur/ bangun
yang normal
 Dukung pasien
untuk mengambil
peran aktif dalam
penanganan dan
rehabilitas,
dengan cara yang
tepat
 Interaksi dengan
pasien dengan
menggunakan
interval (waktu)
yang teratur
dalam rangka
menunjukan
perhatian dan
menyediakan
kesempatan bagi
pasien untuk
membicarakan
perasaanya

28
3.4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter &
Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi :


1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.
Melaksanakan seluruh Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kanker paru agar
di peroleh kondisi klien yang optimal.

3.5. EVALUASI

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah
ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013):

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.

29
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan dan melanjutkan kembali
intervensi keperawatan
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :


a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan perkembangan
kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi


Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan
kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi


Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan perubahan perilaku
dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru

30
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000) Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel
efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa
percabangan broncus (sylvia, 1995:843).

Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995) Jadi
dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-
sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel
epitel.

Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium,nikel (Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput),Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite))
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.Risiko kanker paru di
antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluhkali lebih besar dari pada masyarakat
umum.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alfianita Bintari Saputri, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU DENGAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI (Doctoral dissertation, Universitas kusuma husada

surakarta).

Andarmoyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Nuha Medika

Eka Abriana Puspitasari, E. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma

Husada Surakarta).

Fadhillah, dkk. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Cetakan

III. Jakarta: DPD PPNI

Fadillah, R. H., & Sumarni, T. (2022). Gambaran Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

pada Pasien Tumor Paru. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(2), 4967-4972.

Lanmai, K. L. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Komprehensif Pada Tn. WB Dengan Kanker Paru

Di Ruang Komodo RSUD PROF. Dr. WZ Johanes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes


Kemenkes Kupang).

Nuryanti, A. (2020). Uji Coba Instrumen Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Berbasis Pola Fungsional
Kesehatan Gordon. Jurnal Keperawatan, 9(2), 1-10.

YULI EKOWATI, Y. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI (Doctoral dissertation, STIKes Kusuma Husada Surakarta).

32
Pertanyaan !

1. Mengapa ada orang yang memiliki kondisi paru-paru yang sehat tetapi masih merokok ?
( stefhani swastika )

2. Cara membedakan sulit menelan karena CA paru dan radang tenggorokan biasa ? ( yusniar
nurul H )

3. Sebutkan contoh zat karsinogenoik ? ( Ansela sintabela )

4. Bagaimana penanganan mekanisme stress koping pada penderita CA paru ? ( Yulike anggraini
Y)

Jawabannya :

1. Perokok dengan gen yang bagus punya resiko lebih rendah terkena penyakit paru-paru kronik
dari pada mereka dengan gen jelek. Kecenderungan genetic penting untuk membantu
mengembangkan perawatan baru untuk orang- orang dengan penyakit paru-paru tapi juga untuk
sehat agar bisa menjaga paru-paru mereka lebih baik, karena dia belum melakukan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui apakah parunya masih sehat atau tidak sehingga dia masih merokok.

2. Penyebab tenggorokan yang sakit ketika menelan juga bisa berasal dari gangguan dibagian
amandel, kelenjar ludah atau kerongkongan yaitu merupakan bagian saluran cerna atas kesulitan
menelan bukan tanda umum CA paru paling umum termasuk batuk peristen hingga berdarah.
Timbulnya rasa sakit didada , punggung atau bahu ketika batuk.

3. contoh bahan kimia karsiogenoik dalam makanan adalah nitrat aflatoxin, dan kadmium.

4. Pasien CA paru mempunyai mekanisme koping adaptif, yaitu pasien mampu mengontrol
emosi dirinya dengan kekuatan doa dan kepercayaan yang mereka miliki kepada tuhan hal ini
dapat dilihat dalam temuan tema kepercayaan spiritua. Pasien mempunyai perhatian CA paru
untuk meningkatkan koping pasien CA paru agar mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera.

33
Latihan soal :

1. Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh darah dan
arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti…
A. Dada , leher dan wajah
B. Wajah, pipi dan hati
C. Leher ,dada dan jantung
D. Otak, hati dan tulang
Jawaban : A
2. Yang bukan merupakan penyebab hematoraks adalah..
A. Terdapatnya sel kanker di paru-paru.
B. Disfungsi jaringan paru.
C. Tidak terdapat gumpalan darah beku yang mengalir ke paru-paru (emboli paru).
D. Infeksi paru
E. Gangguan perdarahan
Jawaban : C
3. Karena adanya celah pada jaringan paru-paru akibat cedera atau robekan pada jaringan
paru inilah yg disebut dengan …
A. Empiema
B. Atelektasis
C. Hemothorax
D. Pneumothorax
E. Neuropati
Jawaban : D
4. Gejala umum pada klien Ca paru yaitu, kecuali?
A. Batuk
B. Hemoptitis
C. Anoreksia
D. Diare
E. Sesak nafas

34
Jawaban : D

5. Kondisi kesehatan yang bisa jadi penyebab hemotoraks, adalah…


A. Terdapatnya sel kanker di paru-paru. Ada gumpalan darah beku yang mengalir ke
paru-paru (emboli paru).
B. Disfungsi jaringan paru.
C. Robeknya pembuluh darah akibat masuknya kateter ketika menjalani operasi
jantung.
D. Gangguan perdarahan yang diakibatkan oleh penyumbatan atau kelebihan dosis
dari pemakaian obat pengencer darah.
E. Semua benar
Jawaban : E.
6. Yang bukan keluhan utama pada pasien Ca Paru adalah....
A. Batuk
B. Sesak nafas
C. Suara serak
D. Syndrom paraneophaty
E. Sembab muka dan leher
Jawaban : D
7. Berikut ini yang merupakan manifestasi klinis pneumonia adalah,
kecuali....
A. Takipnea, rochi, muntah
B. Demam, wheezing, nyeri
C. Menggigil, dengkur, anoreksia
D. Batuk, diare, sianosis
E. Flu, batuk, demam
Jawaban : E
8. Ganguan yang dapat terjadi karena obstruksi bronkus adalah..
A. Gangguan istirahat dan tidur
B. Gangguan pertukaran gas
C. Gangguan kebutuhan nutrisi

35
D. Gangguan rasa aman dan nyaman
E. Intoleransi aktifitas
Jawaban : B
9. Gejala Pneumonia adalah....
A. Nyeri dada
B. Sesak nafas
C. Mati rasa
D. Pusing
E. Masalah pengelihatan
Jawaban : A
10. Ada beberapa diagnosa yang di dapat pada klien degan Ca Paru,di antaranya sebagai
berikut, Kecuali …
A. Gangguan pertukaran gas
B. Penurunan curah jantung
C. Gangguan kebutuhan nutrisi
D. Nyeri akut
E. Bersihan jalan napas tidak efekktif
Jawaban : B

36

Vous aimerez peut-être aussi