Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah " asuhan keperawatan medikal bedah kepada pasien dengan ca paru".
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
1.3. Tujuan...............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................................................6
2.1 Pengertian..........................................................................................................................................6
2.2 Etiologi..............................................................................................................................................7
2.3. Manifestasi Klinis.............................................................................................................................9
2.4 Pathway...........................................................................................................................................11
2.5 Komplikasi......................................................................................................................................12
2.6 Penatalaksanaan...............................................................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................................17
3.1. Pengkajian......................................................................................................................................17
3.2. Diagnosa.........................................................................................................................................20
3.3. Intervensi........................................................................................................................................21
3.4. Implementasi..................................................................................................................................29
3.5. Evaluasi..........................................................................................................................................29
BAB IV.....................................................................................................................................................31
PENUTUP.................................................................................................................................................31
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol dalam jaringan paru
karena keganasan yang berasal dari luar paru maupun dari paru sendiri (Purba,2015). Paparan
atau inhalasi berkepanjangan suatu zat karsinogenik merupakan faktor risiko utama selain
adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain- lain (Husen, 2016). Prevalensi
kejadian kankerparu berdasarkan data yang dirilis dari World Health Organization (WHO),
kanker paru merupakan kanker yang paling mematikan dengan 1,8 juta kematian atau 18,4% dari
total kematian pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Kanker paru juga merupakan satu jenis
kanker yang menjadi penyebab utama keganasan yang mengakibatkan kematian yaitu mencapai
13% dari semua jenis diagnosis kanker.
Adapun berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kanker paru adalah
jenis kanker terbanyak yang diderita oleh laki-laki di Indonesia dan termasuk terbanyak kelima
untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker paling banyak pada laki-laki (Kemenkes RI, 2018). Menurut Riskesdas tahun
2018, terjadi peningkatan prevalensi kanker paru di Indonesia dari 1,40% pada tahun 2013
menjadi 1,79% pada tahun 2018. Kanker paru merupakan penyakit yang menyebabkan
terjadinya masalah pada sistem pernapasan sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen.
Menurut Kemenkes RI (2018), keluhan yang sering muncul pada pasien kanker paru
adalah sesak napas. Hal tersebut terjadi karena obstruksi bronkus yang akan menyebabkan
terjadinya penurunan ekspansi paru sehingga membuat kerja naps meningkat dan akhirnya
menimbulkan gejala dispnea dan munculnya masalah keperawatan pola napas tidak efektif
(Nurarif & Kusuma, 2015). Pola napas tidak efektif pada pasien kanker paru adalah keadaan
inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat pada sistem pernapasan
yang disebabkan oleh hambatan upaya napas (nyeri saat bernapas dan kelemahan otot
pernapasan) dan ditandai dengan keluhan sesak napas, pola napas tidak normal (frekuensi napas
4
dalam rentang abnormal) dan terdapat penggunaan otot bantu pernapasan (Tim Pokja SDKI
PPNI, 2017).
Upaya untuk mengatasi masalah pada gangguan sistem pernapasan tersebut memerlukan
penangan yang mendasar. Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan
(Suarli & Yahya, 2012). Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan dengan
metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam
mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal
melalui tahapan pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan dan mengevaluasinya (Suarli & Yahya, 2012). Adapun asuhan keperawatan pada
pasien kanker paru adalah serangkaian metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien kanker paru baik dari segi bio-psiko-sosio-
spiritual secara optimal melalui lima tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosis,
perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi (Yulia, Dahrizal & Lestari, 2019).
Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan diatas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Paru?.
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan akalah ini adalah..
5
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 PENGERTIAN
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primersistem
pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus
(Nurarif & Kusuma, 2015). Kanker paru adalah keganasanyang berasal dari luar paru maupun
yang berasal dari paru sendiri (primer), dimanakelainan dapat disebabkan oleh kumpulan
perubahan genetika pada sel epitelsaluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang
tidak dapatdikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000)
Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem
pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus
(sylvia, 1995:843). Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas
(Taprani 1996:234). Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi,
1995)
6
Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan
abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang
berasal dari sel epitel.
2.2 ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zatyang bersifat
karsinogenik merupakan faktor resiko utama. (Stopler, 2010) Beberapa faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru adalah:
1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok
yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali
Perokok mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Rradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
7
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengandaerah pedesaan. Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan
walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
(Thomson, Catatan Kuliah Patologi, 1997).
5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
Proton oncogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik jug adapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten. seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
8
bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,yang sebelumnya dapat menyebar di aera
payudara, ovarium, usus, dan lain-lain.
Keluhan Utama:
1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak ( dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Suara serak
5. Nyeri dada yang persisten
6. Sulit/sakit menelan
7. Benjolan di pangkal leher
8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang
hebat
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastatis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul akibat kompresi gebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.
a. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
9
b. Gejala Umum
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain yaitu:
1. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk kering tanpa
membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder .
2. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi
3. Anoreksia
10
2.4 PATHWAY
11
2.5 KOMPLIKASI
1. Rasa Sakit
Komplikasi kanker paru yang pertama adalah rasa sakit pada dada. Pengidap akan
mengalami nyeri pada tulang rusuk atau otot dada. Dalam kasus yang parah, rasa nyeri juga
dapat dialami pada bagian lain tubuh lain, di mana kanker sudah menyebar. Kondisi ini biasanya
terjadi pada tahap penyakit yang lebih lanjut.
2. Sesak Napas
Pengidap kanker paru dapat mengalami sesak napas jika kanker tumbuh di saluran udara.
Akibatnya, kanker akan memblokir udara saat bernapas. Kanker paru juga dapat menyebabkan
penumpukan cairan di sekitar paru-paru, sehingga paru-paru sulit mengembang sepenuhnya saat
menarik napas.
3. Efusi Pleura
4. Pneumonia
5. Batuk Berdarah
Pengidap kanker paru bisa mengalami hemoptisis (batuk berdarah) akibat pendarahan di
saluran udara. Ciri batuk darah bisa bermacam-macam. Ada yang berwarna merah muda atau
merah terang, tapi ada juga yang memiliki tekstur berbusa atau bahkan bercampur dengan lendir.
6. Neuropati
12
Neuropati adalah kelainan yang memengaruhi saraf, terutama di tangan atau kaki. Kanker
paru yang tumbuh di dekat saraf lengan atau bahu berpotensi menekan saraf, menyebabkan rasa
sakit dan kelemahan. Gejalanya berupa mati rasa, kelemahan, rasa sakit, dan rasa geli.
7. Komplikasi Jantung
Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh darah dan
arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti dada, leher, dan wajah.
Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal dan menyebabkan penumpukan cairan di
sekitar jantung. Jika tidak segera mendapat penanganan, komplikasi ini memicu masalah
penglihatan, sakit kepala, pusing, dan kelelahan.
8. Komplikasi Esofagus
Terjadi ketika kanker tumbuh dan menyebar di dekat kerongkongan. Gejalanya berupa
kesulitan menelan dan nyeri ketika makanan melewati kerongkongan menuju perut.
Kanker paru-paru bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak, hati, tulang,
dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis. Gejala yang muncul berbeda-beda, tergantung pada
lokasi penyebarannya.
10. Hemothorax
Hemothorax adalah kondisi ketika ada akumulasi atau penumpukan darah di bagian
lubang pleura (pleura cavity). Kerusakan pada membran pleura ini dapat dipicu oleh komplikasi
dari operasi jantung atau paru. Namun selain itu, ada pula berbagai kondisi kesehatan yang bisa
jadi penyebab hemotoraks, seperti:
Robeknya pembuluh darah akibat masuknya kateter ketika menjalani operasi jantung.
13
Gangguan perdarahan yang diakibatkan oleh penyumbatan atau kelebihan dosis dari pe-
makaian obat pengencer darah.
11. Pneumothorax
Terkumpulnya udara di rongga pleura (rongga tipis yg dibatasi dua selaput pleura antara
paru-paru dan dinding dada) karena adanya celah pada jaringan paru-paru akibat cedera atau
robekan pada jaringan paru inilah yg disebut dengan pneumotorax. Saat udara ini terjebak pada
rongga pleura maka akan menyebabkan paru menjadi kempis atau kolaps.
Pneumothoraks traumatik : terjadi karena cedera (pukulan keras didada, patah tulang
rusuk, luka tusuk/ tembak, trauma terbuka atau tertutup pada dada)
Pneumothoraks non-traumatik : terbagi lagi menjadi pneumothoraks primer (tanpa
didahului penyakit pada paru) dan pneumothoraks sekunder (didahului penyakit pada
paru) termasuk didalamnya penyakit seperti tumor atau kanker pada paru.
Tumor merupakan jaringan yg tumbuhnya berlebih dan memiliki karakteristik yang tak sama
dengan jaringan sehat, memiliki pembuluh darah yg rawan rusak dan pecah. Oleh karena sifat
tersebutlah, maka jaringan paru dapat memungkinkan rusak sewaktu-waktu. Karena rusaknya
jaringan atau cavitas yg pecah inilah maka udara dapat keluar dari jaringan paru dan terjebak di
rongga pleura. Selain tumor, penyakit lain yg dapat menyebabkan hal serupa adalah tuberkulosis,
dimana cavitas/ kantung abnormal yg dibentuk oleh bakteri yg berkembang pada paru, sewaktu-
waktu dapat rusak dan pecah sehingga udara keluar dari jaringan paru dan memenuhi rongga
pleura.
12. Empiema
Empiema adalah suatu kondisi yang memengaruhi ruang antara lapisan terluar paru-paru
dan lapisan yang menyentuh dinding dada yang dikenal sebagai ruang pleura. Ruang ini ada
untuk membantu paru-paru mengembang dan berkontraksi.
14
13. Abses paru
Abses paru adalah kondisi terbentuknya kantung atau rongga yang berisi nanah di paru-
paru. Kondisi ini menimbulkan gejala utama berupa batuk berdahak yang sering kali
mengandung darah atau nanah.
14. Atelektasis
Itulah gejala beserta komplikasi kanker paru yang bisa saja dialami oleh pengidapnya. Sejauh ini
tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru. Namun, kamu dapat menurunkan risikonya
dengan melakukan beberapa langkah berikut:
1. Berhenti merokok.
2. Hindari asap rokok.
3. Perhatikan kesehatan lingkungan rumah dengan baik.
4. Hindari karsinogen di tempat kerja.
5. Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
6. Rutin berolahraga.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
15
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsi.
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bias diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d. Resesi segmental.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/bronkus.
3. Kemoterapi.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No.
MR, Dx Medis dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang:
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuk darah; malaise;
anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
b) Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
c) Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d) Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan merokok, menghirup
asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok,
17
dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa
sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya
Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS
P : Provokatus paliatif : Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias memperberat ? apa yang
bisa mengurangi ?
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Tanda vital:
1) Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
2) Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
3) RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
4) Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi
4. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Misalnya pada Dada :
a) Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada
18
b) Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest
c) Perkusi: Suara paru sonor
d) Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Thorax Posterior-Anterior(PA)
2) Bronkhografi
3) Torakoskopi
4) Mediastinosopi
5) Torakotomi
6) CT-Scaning
7) MRI
2. Pola nutrisi-metabolik
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang berkaitan dengan
kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan pemasukan nutrient lokal
3. Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori (bowel, bladder, dan kulit).
5. Pola tidur-istirahat
6. Pola kogninif-perceptual
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif
19
7. Pola persepsi-diri/konsep-diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri (contohnya kenyamanan tubuh,
gambaran diri, dan suasana perasaan).
8. Pola peran-hubungan
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan
9. Pola seksualitas-reproduksi
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas
3.2. DIAGNOSA
Preoperasi Gale, (Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000,dan Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan. 1999)
1) Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen,
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah
20
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah atau fiskositas sekret. keterbatasan
gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan
3) Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
4) Ansietas b/d: krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi. tindakan, prognosis b/d kurang mengingat atau
kurang informasi
3.3. INTERVENSI
21
albuterol, dll menghilangkan
viskositas secret
2 Gangguan pertukaran Gangguan pertukaran gas Kaji status Dyspnea
gas b/d obstruksi dapat teratasi dengan pernapasan (follow merupakan
bronkus. baik up) komponesasi
K.h menunjukan: Catat adanya bunyi terhadap adanya
Perbaikan ventilasi tambahan mis: tahanan jalan nafas
dan oksigenasi krekles, mengi Bunyi nafas dapat
menghilangkan
Kaji adanya slanusi
krekles
Kolaborasi gambar
menunjukan bukti
seri GDA
adanya cariran
dalan area jaringan
Oksoigenasi
bermakna sebelum
sianosis
Menunjukan
ventilasi atau
oksigenasi
3. Gangguan Pemenuhan Setelah dilakukan Manajemen Untuk
kebutuhan Nutrisi b/d tindakan keperawatan gangguan makan mengetahui berat
kurangnya asupan selama 1x24 jam maka Monitor BB klien badan klien
makanan kebutuhan nutrisi klien secara rutin Untuk
dapat terpenuhu dengan meminimalisir
Monitor intake dan
K . h Menunjukan : asupan
asupan cairan
Klien tidak kebutuhan cairan
secara tepat
mengalami klien
Monitor asupan
penurunan berat Untuk
kalori makanan
badan menyeimbangkan
harian Mandiri
Klien asupan kalori
Beri dukungan
menghabiskan
22
porsi makan (missal terapi klien
Klien mengalami relaksasi, latihan Beri kesempatan
peningkatan nafsu desensitisasi, klien untuk
makan. kesempatan untuk mempengaruhi
Tidak terjadi berbicara perasaan) gaya hidup serta
mual dan muntah sembari klien juga pola makan klien
berusaha
mengintegrasikan
perilaku makan
yang baru,
perubahan citra
tubuh klien dan
perubahan gaya
hidup.
23
nonfarmakologi terapeutik untuk sesuai dengan kondisi
Untuk mengurangi mengetahui pasien dapat membantu
nyeri, mencari pengalaman menurunkan nyeri
bantuan) nyeri pasien
Melaporkan bahwa Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi
dengan respon nyeri
menggunakan
Evaluasi
manajemen nyeri
pengalaman
Mampu mengenali nyeri masa
nyeri (skala, lampau
intensitas, frekuensi
Evaluasi bersama
dan tanda nyeri)
pasien dan tim
Menyatakan rasa
kesehatan lain
nyaman setelah
tentang
nyeri berkurang
ketidakefektifan
c. Efek yang
kontrol nyeri
mengganggu
masa lampau
k.h Menunjukan:
Bantu pasien dan
Tidak ada
keluarga untuk
ketidaknyamanan
mencari dan
tidak ada gangguan
menemukan
hubungan
dukungan
interpersonal
Kontrol
tidak ada gangguan
lingkungan yang
dalam
dapat
Perasaan
mempengaruhi
mengontrol
nyeri seperti
tidak ada kehilangan
suhu ruangan,
nafsu makan
pencahayaan dan
tidak ada gangguan
24
menikmati hidup kebisingan
tidak ada gangguan Kurangi faktor
aktifitas fisik presipitasi nyeri
d. Nyeri: respon
Pilih dan lakukan
psikologis tambahan
penanganan nyeri
K.h Menunjukan:
(farmakologi,
tidak adanya non farmakologi
gangguan pada dan
konsentrasi interpersonal)
tidak ada depresi
Kaji tipe dan
tidak ada ansietas
sumber nyeri
tidak ada distress untuk
nyeri menentukan
tidak ada
intervensi
keputusasaan
Ajarkan tentang
tidak ada rasa tidak
teknik non
berharga
farmakologi
Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi
keefektifan
Kontrol nyeri
Tingkatkan
Istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
25
berhasil
Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
b. Manajemen
pengobatan
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
26
Tentukan
analgesic pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
Berikan
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
c. Manajemen alam
perasaan
Evaluasi alam
(misalnya, tanda,
gejala, riwayat
pribadi) di awal
dan teratur
27
selama
Monitor
kemampuan
perawatan diri
Bantu pasien
untuk bias
mengatur siklus
tidur/ bangun
yang normal
Dukung pasien
untuk mengambil
peran aktif dalam
penanganan dan
rehabilitas,
dengan cara yang
tepat
Interaksi dengan
pasien dengan
menggunakan
interval (waktu)
yang teratur
dalam rangka
menunjukan
perhatian dan
menyediakan
kesempatan bagi
pasien untuk
membicarakan
perasaanya
28
3.4. IMPLEMENTASI
3.5. EVALUASI
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah
ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013):
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
29
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan dan melanjutkan kembali
intervensi keperawatan
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000) Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel
efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa
percabangan broncus (sylvia, 1995:843).
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995) Jadi
dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-
sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel
epitel.
Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium,nikel (Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput),Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite))
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.Risiko kanker paru di
antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluhkali lebih besar dari pada masyarakat
umum.
31
DAFTAR PUSTAKA
surakarta).
Eka Abriana Puspitasari, E. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma
Husada Surakarta).
Fadhillah, dkk. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Cetakan
Fadillah, R. H., & Sumarni, T. (2022). Gambaran Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Lanmai, K. L. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Komprehensif Pada Tn. WB Dengan Kanker Paru
Nuryanti, A. (2020). Uji Coba Instrumen Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Berbasis Pola Fungsional
Kesehatan Gordon. Jurnal Keperawatan, 9(2), 1-10.
YULI EKOWATI, Y. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI (Doctoral dissertation, STIKes Kusuma Husada Surakarta).
32
Pertanyaan !
1. Mengapa ada orang yang memiliki kondisi paru-paru yang sehat tetapi masih merokok ?
( stefhani swastika )
2. Cara membedakan sulit menelan karena CA paru dan radang tenggorokan biasa ? ( yusniar
nurul H )
4. Bagaimana penanganan mekanisme stress koping pada penderita CA paru ? ( Yulike anggraini
Y)
Jawabannya :
1. Perokok dengan gen yang bagus punya resiko lebih rendah terkena penyakit paru-paru kronik
dari pada mereka dengan gen jelek. Kecenderungan genetic penting untuk membantu
mengembangkan perawatan baru untuk orang- orang dengan penyakit paru-paru tapi juga untuk
sehat agar bisa menjaga paru-paru mereka lebih baik, karena dia belum melakukan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui apakah parunya masih sehat atau tidak sehingga dia masih merokok.
2. Penyebab tenggorokan yang sakit ketika menelan juga bisa berasal dari gangguan dibagian
amandel, kelenjar ludah atau kerongkongan yaitu merupakan bagian saluran cerna atas kesulitan
menelan bukan tanda umum CA paru paling umum termasuk batuk peristen hingga berdarah.
Timbulnya rasa sakit didada , punggung atau bahu ketika batuk.
3. contoh bahan kimia karsiogenoik dalam makanan adalah nitrat aflatoxin, dan kadmium.
4. Pasien CA paru mempunyai mekanisme koping adaptif, yaitu pasien mampu mengontrol
emosi dirinya dengan kekuatan doa dan kepercayaan yang mereka miliki kepada tuhan hal ini
dapat dilihat dalam temuan tema kepercayaan spiritua. Pasien mempunyai perhatian CA paru
untuk meningkatkan koping pasien CA paru agar mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera.
33
Latihan soal :
1. Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh darah dan
arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti…
A. Dada , leher dan wajah
B. Wajah, pipi dan hati
C. Leher ,dada dan jantung
D. Otak, hati dan tulang
Jawaban : A
2. Yang bukan merupakan penyebab hematoraks adalah..
A. Terdapatnya sel kanker di paru-paru.
B. Disfungsi jaringan paru.
C. Tidak terdapat gumpalan darah beku yang mengalir ke paru-paru (emboli paru).
D. Infeksi paru
E. Gangguan perdarahan
Jawaban : C
3. Karena adanya celah pada jaringan paru-paru akibat cedera atau robekan pada jaringan
paru inilah yg disebut dengan …
A. Empiema
B. Atelektasis
C. Hemothorax
D. Pneumothorax
E. Neuropati
Jawaban : D
4. Gejala umum pada klien Ca paru yaitu, kecuali?
A. Batuk
B. Hemoptitis
C. Anoreksia
D. Diare
E. Sesak nafas
34
Jawaban : D
35
D. Gangguan rasa aman dan nyaman
E. Intoleransi aktifitas
Jawaban : B
9. Gejala Pneumonia adalah....
A. Nyeri dada
B. Sesak nafas
C. Mati rasa
D. Pusing
E. Masalah pengelihatan
Jawaban : A
10. Ada beberapa diagnosa yang di dapat pada klien degan Ca Paru,di antaranya sebagai
berikut, Kecuali …
A. Gangguan pertukaran gas
B. Penurunan curah jantung
C. Gangguan kebutuhan nutrisi
D. Nyeri akut
E. Bersihan jalan napas tidak efekktif
Jawaban : B
36