Vous êtes sur la page 1sur 21

MAKALAH

KLASIFIKASI PEDESAAN, DAN TIPOLOGI DESA

Dosen Pengampu :
Khairiati Rawzis, M.Pd

Disusun oleh:
Norhapizah 12111320145
Nurul Aisah 12111321412

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Geografi desa kota ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di
bimbing oleh Khairiati Rawzis M.Pd. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya.Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik
kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pekanbaru, 26 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
A. Klasifikasi Desa Berdasarkan Berbagai Macam Aktivitas Mata Pencaharian ...................... 3
B. Klasifikasi Desa Berdasarkan Tingkat Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat ................. 5
C. Tipologi Desa ..................................................................................................................... 8
D. Perkembangan Desa ......................................................................................................... 14
BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian bahkan desa identik dengan
pertanian dan pertanian adalah desa. Menurut Paul H. Landis, desa merupakan suatu
lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian. Karena selama ini mayoritas
penduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau buruh tani, baik berada di Negara
yang belum maju maupun yang sudah maju, karena untuk tingkat perkembangan masyarakat
apapun atau dimanapun desa selalu berfungsi sebagai penghasil pangan. Dengan perkataan
lain sejauh ini, pertanian selalu masih berada di desa, dan oleh karena itu pertanian dan desa
masih merupakan dua gejala yang belum dapat dipisahkan. Sehingga eksistensi desa sangat
erat kaitannya dengan pertanian. Sebagai masyarakat yang dinamis, desa kini mengalami
perubahan sangat penting yang sedang terjadi saat ini, yaitu semakin menipisnya perbedaan
antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh semakin menyebarnya dan meluasnya
transportasi dan komunikasi moderen. Asosiasi fisik dan sosial kultural yang dulu
menciptakan kondisi bagi kuatnya akar tradisionalisme dalam kehidupan masyarakat desa,
kini semakin berkurang atau hilang. Desa semakin terbuka terhadap pengaruh-pengaruh luar
baik dari lingkup regional, nasional maupun internasional. Pengaruh-pengaruh ini mencakup
berbagai aspek, khususnya aspek sosial budaya dan ekonomi.
Desa merupakan suatu pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang
bersifat agraris serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang). Desa yang merupakan
sutu wilayah yang penduduknya atau masyarakatnya bermatapencaharian poko dibidang
pertanian, bercocok tanam, atau agraria, nelayan. Jika dilihat dari segi social budaya, desa
tampak dari hubungan social antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan
kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan, kurang tampak adanya. pengkotaan,
ataudengan kata lain bersifat homogeny, serta bergotong royong Dari sinilah muncul
berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan. desa petrnak dan yang lainnya yang pada
akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena adanya potensi-potensi dasar dalam
menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk
meratakan pembanguanan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar
masyarakat setempat. Tipologi desa adalah kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan sarana
dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat berdasarkan
karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap desa dan kelurahan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi desa berdasarkan berbagai aktivitas mata pencaharian?
2. Apa saja klasifikasi desa berdasarkan tingkat ekonomi dan kesejahteraannya?
3. Apa saja tipologi desa?
4. Bagaimana perkembangan desa?

C. Tujuan
1. Menjelaskam klasifikasi desa berdasarkan berbagai aktivitas mata pencaharian
2. Menjelaskan klasifikasi desa berdasarkan tingkat ekonomi dan kesejahteraannya
3. Menjelaskan tipologi desa
4. Menjelaskan perkembangan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Desa Berdasarkan Berbagai Macam Aktivitas Mata Pencaharian


1. Desa Agraris
Desa yang kebanyakan penduduknya melakukan kegiatan pada sektor agraris atau
pertanian diklasifikasikan mennjadi desa agraris. Mayoritas penduduk desa bekerja
sebagai petani atau pemilik dan pengelola kebun. Kegiatan di kesehariannya
dilakukan untuk mengelola lahan dan tumbuhan yang ditanam. Sumber pendapatan
utama desa ini berasal dari penjualan hasil ladang atau sawah yang bernilai
ekonomis.

Desa Agraris
2. Desa Nelayan
Pekerjaan sebagai nelayan merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat
pesisir. Laut merupakan habitat dari ikan dan jenis hewan laut lainnya, ikan – ikan
tersebutlah yang setiap hari dicari oleh nelayan untuk selanjutkan akan dipasarkan.
Hasil dari pemasaran ikan inilah yang akan dipergunakan oleh nelayan dan
keluarganya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
Contoh Desa nelayan, kampung nelayan Cumpat, Surabaya
Aktivitas nelayan dalam memperoleh kerang dilakukan oleh nelayan laki – laki dan
juga nelayan perempuan. Nelayan laki – laki memperoleh kerang dengan cara
menyelam dibawah laut dengan kedalaman sekitar sepuluh meter dari permukaan
laut. Dan aktivitas mengelola kerang oleh nelayan perempuan.

3
Desa nelayan, kampung nelayan Cumpat, Surabaya

3. Desa Industri
Desa industri adalah desa yang kegiatan penduduknya berada pada bidang industri.
Kegiatannya lebih sering mengelola atau memproduksi barang industri, baik
industri kecil maupun besar. Desa ini lebih mengutamakan kreatifitas produk dan
pemanfaatan tenaga manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Contoh Desa Nguwet, Kecamatan Kranggan, Jawa Tengah
Merupakan desa yang awalnya petani jadi desa industri, yaitu desa industri
pengolahan kayu. Awal nya dibangun industri kecil pengolahan kayu setengah jadi
hingga akhirnya menjadi industri besar yaitu pengolahan limbah kayu.

Industri limbah kayu Industri kayu setengah jadi

4
B. Klasifikasi Desa Berdasarkan Tingkat Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
1. Desa Swadaya
Desa Swadaya atau Desa Tradisional Masyarakat telah menetap dan bertempat
tinggal dalam suatu desa dengan suatu organisasi kehidupan yang telah mengikuti
norma-norma hukum, baik tertulis maupun tidak, dengan suatu pola dan tata cara
kehidupan tertentu dan telah termasuk dalam daftar wilayah administratif
pemerintahan. Desa seperti ini mempunyai sifat :
1. Masih tradisional di mana adat istiadatnya masih sangat mengikat dan
dijadikan panutan dalam seluruh aspek kehidupan
2. Ekonominya cukup sekedar memenuhi kebutuhan primer
3. Hasil produksinya rendah
4. Tingkat pendidikan sangat rendah (kurang dari 30% penduduk lulus SD)
5. Administrasi pemerintahannya belum berkembang
6. Prasarananya sangat terbatas
7. Hubungan antarmanusia sangat erat.
8. Pengawasan sosial didasarkan atas kekeluargaan.
9. teknologi masih sederhana

Desa swadaya ini Mata pencarian penduduk terutama di sektor primer, yaitu
sebagian besar penduduk hidup dari pertanian, nelayan, peternakan, dan hasil
hutan. Adat istiadat dan kepercayaan pada umumnya masih mengikat.
Kelembagaan dan pemerintahan desa masih sederhana, baik tugas maupun
fungsinya. Swadaya gotong royong masyarakat masih latent.

Contoh Desa Sarimukti adalah desa yang terletak di

kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Desa ini Mata
pencaharian penduduk Desa Sarimukti kebanyakan sebagai petani. Saat ini,
jumlah penduduk desa lebih dari 6000

2. Desa Swakarya
Desa Swakarya atau Desa Transisi Desa Swakarya, yaitu desa yang setingkat lebih
maju dari desa swadaya, di mana adat istiadat masyarakat desa sedang mengalami
transisi. Pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa. Hal ini mengakibatkan
berubahnya cara berpikir dan bertambahnya lapangan kerja di desa, sehingga mata
pencarian penduduk sudah mulai berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder.
Produktivitas mulai meningkat yang diimbangi dengan bertambahnya prasarana
5
desa. Hasrat dan kemauan membangun sudah dibarengi dengan prasarana dan
fasilitas yang memadai, teknik-teknik baru mulai diperkenalkan, produktivitas
meningkat, bengkel-bengkel, perdagangan dan perkreditan mulai timbul. Desa ini
mempunyai sifat :
1. Lebih maju dari desa swadaya
2. Pengaruh luar dan teknologi mulai masuk
3. Hasil produksinya mulai meningkat
4. Lulusan SD antara 30 % - 60 % dari jumlah penduduk
5. Administrasi pemerintah dan hubungan desa sudah mulai berkembang
6. Komunikasi dengan daerah luar mulai meningkat

Desa Swakarya Mata pencarian penduduk di sektor sekunder, yaitu mulai bergerak
di bidang kerajinan dan industri kecil, seperti pengolahan hasil, pengawetan bahan
makanan, dan sebagainya. Yield/Output desa, yaitu jumlah dari seluruh produksi
desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah di bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kerajinan dan industri kecil, perdagangan dan jasa berada
pada tingkat sedang. Adat istiadat dan kepercayaan penduduk berada pada tingkat
transisi. Prasarana pada tingkat sedang mulai memadai, baik kuantitas maupun
kualitasnya.

Contoh Desa Sukarara

Desa Sukarara terletak di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa


Tenggara Barat.. Desa Sukarara terkenal dengan produksi kain tenun songketnya
yang sudah mendunia. Selain itu, desa yang satu ini sudah mulai memiliki
aksesibilitas yang baik, sehingga desa mengalami perkembangan yang semakin
meningkat, terutama dalam sektor pariwisata.

3. Desa Swasembada
Desa Swasembada atau Desa Berkembang Desa Swasembada, yaitu desa yang
setingkat lebih maju dari desa swakarya, di mana adat istiadat masyarakat sudah tidak
mengikat. Begitu pula dengan hubungan antarmanusia yang sudah bersifat rasional.
Mata pencarian penduduk sudah beragam dan bergerak ke sektor tertier. Teknologi
baru sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian sehingga produktivitasnya
tinggi yang diimbangi dengan prasarana desa yang cukup. Perkembangan
ekonominya telah mengarah pada kegiatan regional dan nasional, minimal desa ini
telah memiliki lima factor strategis meliputi :
1. Prakarsa hasil produksi yang merangsang
6
2. Teknik-teknik produksi yang selalui berubah-ubah sesuai dengan penemuan-
penemuan baru
3. Penyrdian peralatan
4. Transportasi dan komunikasi yang lancer
5. Fasilitas kredit dan fasilitas lainnya

Desa jenis ini mempunyai sifat :

1. Mulai ada pengaruh pembaharuan


2. Adat tidak terlalu mengikat
3. Teknologi baru dalam pertanian benar-benar sudah dimanfaatkan sehingga hasil
produksi meningkat
4. Taraf pendidikan sudah tinggi
5. Pemerintahan dan lembaga desa sudah berfungsi dengan baik
6. Prasarana desa sudah baik, sehingga perhubungan dengan kota menjadi lancar.

7
C. Tipologi Desa
Menurut Saparin dalam Rahardjo (2010:58-59) secara garis besar desa di
Indonesia berdasarkan tipologinya antara lain sebagai berikut:

1. Desa tambangan; kegiatan penduduknya bergerak pada sektor penyebrangan orang


dan barang hal ini terjadi seiring dengan kondisi fisik wilayahnya yang terdapat
sungai besar.
2. Desa nelayan; kegiatan penduduknya bermata pencaharian sebgai nelayan atau usaha
perikanan laut.
3. Desa pelabuhan; desa ini terkait dengan kondisi infrastruktur yang memadai dan
letak yang sangat strategis dengan hubungan mancanegara, antar pulau,
pertahanan/strategi perang dan sebagainya

Gamber . Pertambangan di kawasan Gambar . Desa nelayan dan pelabuhan kapal


Pedesaan Papua nelayan di Ujungbatu Jepara

8
4. Desa perdikan; desa yang dibebaskan dari pungutan pajak, karena diwajibkan
memelihara sebuah makam raja-raja atau karena jasa-jasanya terhadap raja.
5. Desa penghasil usaha pertanian, terdiri dari kegiatan perdagangan, industri,
kerajinan, pertambangan dan sebagainya

Gambar . Desa Perdikan di Banten Gambar . Desa penghasil padi di Bali

6. Desa-desa perintis; desa ini terjadi atau terbentuk karena kegiatan transmigrasi.
7. Desa pariwisata, adanya objek pariwisata berupa peninggalan kuno, keistimewaan
kebudayaan rakyat, keindahan alam, dan sebagainya.

Gambar . Desa Perintis di Kalimantan Gambar. Panorama Keindahan Alam Desa

Wisata Sawarna Lebak Banten

Tipologi desa menurut Peraturan Pemerintah 72/2005, landasan penentuan tipologi


desa adalah asal usul desa, kewenangan, dan kondisi sosial budaya masyarakat.
Sehingga tipologi desanya di bagi atas dasar tipologi

9
1. Desa adat, Desa hanya sebagai komunitas lokal berbasis adat yang tidak mempunyai
pemerintah desa. Beberapa daerah seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur,
2. Desa formal, kalau di Bali sering disebut dengan desa dinas. Model ini persis dengan desa-
desa di Jawa yang umumnya sudah lama berkembang sebagai institusi pemerintahan lokal
modern yang meninggalkan adat.
3. Integrasi adat dan desa formal/dinas. Model ini persis sama dengan nagari di Sumatera Barat
kondisi sekarang. Sumatera Barat telah melancarkan “kembali ke nagari” sejak 2000 yang
menggabungkan (integrasi) desa negara dengan adat nagari menjadi satu wadah tunggal
nagari, da Contoh yang paling menonjol model ini adalah desa-desa di Bali. Sampai sekarang
di Bali tetap mempunyai dua bentuk desa: desa dinas (negara) dan desa pakraman (adat).

Tipologi desa berdasarkan UU 26/2007 dan Permendari 51/2007 mengacu pada fungsi
wilayah dan kekayaan karakteristik sumber daya anata lain, wilayah fungsional,
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan. Sehingga tipologi
pedesaan diklasifikasikan menjadi
1. Tipologi kawasan perdesaan kawasan lindung
Tipologi perdesaan kawasan lindung merupakan Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Dengan jenis-jenis tipologinya antara lain;
a. Kawasan lindung bawahannya, seperti hutan lindung, bergambut, resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, seperti sepadan sungai, sepadan pantai, sekitar
waduk/situ/danau, dan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, seperti : suaka alam, suaka laut, pantai bakau,
Taman Nasional, Hutan Raya, Wisata Alam, Cagar Alam, Cagar Iptek;
d. Kawasan rawan bencana, seperti, letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor,
gelombang pasang, dan 38 banjir; dan (5) Kawasan lainnya, seperti taman berburu,
cagar biosfer, perlindungan plasma nuftah, pengungsian satwa, dan terumbu karang.

10
Desa Kawasan Hutan lindung NTB

Desa Wisata Damaran Baru Aceh

2. Tipologi perdesaan kawasan budidaya merupakan wilayah yang ditetapkan dengan


fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Sehingga tipologi kawasan ini berbasis
pada sumber daya alam yang terdiri dari;
a. Kawasan hutan, seperti hutan produksi, hutan rakyat;
b. Kawasan pertanian, seperti perkebunan, hortikultura, pangan, peternakan, perikanan
budidaya, perikanan tangkap; dan
c. Kawasan pertambangan. Sementara kawasan yang berbasis pada sumber daya
buatan, seperti kawasan pariwisata, permukiman, industri, pendidikan, tempat
ibadah, pertahanan dan keamanan.

Berdasarkan Hamparan Wilayah Berdasarkan hamparan wilayahnya, maka desa


dapat dibedakan

a. Desa Pedalaman, adalah desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari
kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan

11
nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana,sunyi, sepi dalam lingkungan alam
yang bersahabat.

Desa Pedalaman Kenakes, Banten


b. Desa Pantai, adalah desa-desa yang tersebar di berbagai kawasan pesisir dan di
pulau-pulau kecil yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan
penangkap ikan dan hasil laut, dan sebagian juga penduduknya sebagai petani
subsistensi.

Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal Berdasarkan hamparan tempat tinggal,


maka desa dapatdiklasifikasikan atas:

a. Desa Pedalaman
Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana
ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu
kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.
b. Desa Pegunungan
Desa Terdapat di daerah pegunungan, Pemusatan tersebut didorong kegotong-royongan
penduduknya. Pertambahan penduduk memekarkan desa pegunungan itu ke segala arah,
tanpa rencana. Pusat-pusat kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran desa.
c. Desa Dataran Tinggi
Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di sini umumnya
memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara
alami, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada
kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan
raya mengelilingi desa ( ring road) agar permukiman baru tak terpencil.

d.Desa Dataran Rendah

Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran
rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.
12
e.Desa Pesisir/Pantai

Desa yang berada di daerah pantai yang landai, dapat tumbuh permukiman yang
bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan
desa pantai itu dengan cara menyambung sepanjang pesisir.
Berdasarkan sistem ikatan kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan
ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga
sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
a. Tipe desa geneologis, yaitu suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk
dimana masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai
hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan
atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran. Contoh desa hukum adat di Bali
Masyarakat hukum adat Bali menganut sistem kekeluargaan patrilineal sehingga
anak yang lahir dari suatu perkawinan adalah mengikuti keluarga bapaknya. Sistem
kekeluargaan kekeluargaan patrilineal di Bali, sangat berpengaruh pada bentuk
perkawinannya, yakni bentuk perkawinan jujur. Dalam perkawinan yang dilakukan
maka pihak laki-laki akan menyerahkan pemberian kepada keluarga perempuan
(dalam bahasa Bali disebut dengan pebaang) yakni berupa seperangkat pakaian atau
bentuk simbolis lain.

Desa hukum adat bali


b. Tipe desa teritorial, yaitu suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar
suka rela. Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk
berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa

13
yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas
ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c. Tipe desa campuran, yaitu suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan
keturunan dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama
kuatnya.

D. Perkembangan Desa
Perkembangan Desa Berdasarkan Pembangunan Tipologi Desa menurut perkembangan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Tipe masyarakat tradisional atau Pra Desa: tipe desa semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat terasing dengan pola kehidupan tradisional sederhana. Dalam
memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat ini masih sangat tergantung dari pemberian
alam sekitarnya, masi terdapat juga pembagian kerja antar mereka yang berdasarkan
pada jenis kelamin, yaitu ada jenis pekerjaan yang diperuntukkan bagi wanita dan
ada jenis pekerjaan yang diperuntukkan bagi pria. Contoh desa pedalaman suku
dayak

Desa Pedalaman Suku Dayak, Kalimantan


2. Tipe desa swadaya, desa semacam ini memiliki kondisi yang relatif statis dan bersifat
tradisional. Masyarakat sudah menggantungkan pada tingkat keterampilan dan
kemampuan dari seorang pemimpin. Kehidupan masyarakat masih tergantung pada
alam yang belum diolah atau dimanfaatkan dengan baik, sehingga dalam pengelolaan
bergantung pada keterampilan berteknologi. Struktur masyarakat bersifat vertikal
statis serta kedudukan seseorang dinilai dari keturunan dari luasnya kepemilikan
lahan.
14
swasembada.

Desa Kampung Naga

3. Tipe desa swakarya (desa peralihan), tipe desa ini tampak sudah mulai ada sentuhan-
sentuhan oleh agen pembaharu dari luar desa, sudah mulai ada pembaharuan.
Kehidupan masyarakat sudah tidak tergantung pada alam tetapi mulai menggali
sumber kehidupan yang lain, seperti berdagang, memanfaatkan keterampilan dan
lainnya. Struktur pada masyarakat bersifat vertikal dinamis. Status dan kedudukan
sosial sesorang dalam masyarakat tidak lagi diukur berdasarkan keturunan dan
luasnya kepemilikan lahan, namun berdaarkan keterampilan dan keahlian yang
dimiliki. 4. Desa swasembada, tipe desa ini ditandai dengan kehidupan
masyarakatnya yang sudah dinamis, maju, mengenal mekanisasi pertanian dan
menggunakan teknologi ilmiah dalam mengelola lahan usahanya. Struktur sosial
vertikal dan dinamis, status dan kedudukan individu dinilai dari prestasi kemampuan
dan keterampilan.
4. Desa swasembada, tipe desa ini ditandai dengan kehidupan masyarakatnya yang
sudah dinamis, maju, mengenal mekanisasi pertanian dan menggunakan teknologi
ilmiah dalam mengelola lahan usahanya. Struktur sosial vertikal dan dinamis, status
dan kedudukan individu dinilai dari prestasi kemampuan dan keterampilan

15
Desa Ciamis, Jawa Barat

16
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kehidupan di desa
lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua
anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan pertanian ataupun
mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan juga sangat
ditentukan oleh kelompok primer. Yakni dalam memecahkan suatu masalah,
keluarga cukup memainkan peranan dalam pengambilan keputusan final. Dari
sinilah muncul berbagai tipe desa, ada desa petani, desa nelayan, desa petrnak dan
yang lainnya yang pada akhirnya memculkan suatu bentuk tipologi desa, karena
adanya potensi-potensi dasar dalam menigkatkan pembangunan desa, tipe-tipe
desa dalam pembangunan yang diupayakan untuk meratakan pembanguanan
dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat
setempat.

B. Saran
Dalam makalah ini masih terdapat jauh dari kata sempurna sehingganya dalam
materi yang kami sampaikan bisa di kembangkan sedemikian ruma agar ilmu
yang didapat lebih maksimal

17
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
(2008), Relasi Kekuasaan Suami Istri Pada Mayarakat Nelayan. Mayarakat, Kebudayaan, dan
Politik. No. 1. Januari-Maret 2008.

https://www.berdesa.com/klasifikasi-desa-berdasarkan-kegiatan-pokok-yang-dilakukan-
masyarakat/

Bawono, Rangga, Icuk, dkk. 2019. Optimalisasi Potensi Desa Indonesia : Jakarta. PT
Grasindo

18

Vous aimerez peut-être aussi