Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu
Kelompok 5
2.1. Pengertian
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat
ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi
(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka
yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai,
danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI DAN OBYEK
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teriknya matahari Kota Malang, Jawa Timur, jelang akhir tahun 2022 tidak menyurutkan
antusiasme masyarakat untuk menikmati waktu santai di Alun-alun Merdeka. Anak-anak
sibuk bermain di wahana permainan yang tersedia. Bocah balita berlarian di tengah alun-alun
sembari mengejar burung merpati yang sesekali terbang dan mengambil makanan di lantai.
Orang-orang dewasa selain sibuk mengawasi putra-putrinya juga duduk berteduh di bawah
rindangnya pohon yang tertanam di alun-alun dan sekelilingnya.
Pemandangan tersebut tampak unik mengingat cukup jarang taman kota atau alun-alun di
suatu daerah ramai pengunjung dengan beragam aktiviitas di tengah siang hari. Biasanya,
ruang publik seperti itu ramai dikunjungi masyarakat saat pagi atau sore hari ketika matahari
belum terik. Namun, di Kota Malang itu tampaknya teriknya panas matahari tidak begitu
menjadi masalah bagi pengunjung.
Sebab, banyak pepohonan rindang yang teduh serta rumput hijau tertatat rapi untuk duduk
bersantai. Selain itu, juga terdapat sejumlah wahana permainan anak dan fasilitas publik
seperti toilet serta saranan mencuci tangan yang tersedia secara gratis. Tidak heran, mulai
pagi, siang, sore, maupun malam, Alun-Alun Merdeka itu menjadi alternatif masyarakat
setempat dan wisatawan untuk menikmati suasana Kota Malang.
Kondisi Alun-alun Kota Malang tersebut berbeda jauh situasinya saat akhir 1990-an hingga
awal 2000-an. Catatan Kompas melaporkan kondisi Alun-alun saat itu semrawut
(20/8/2000). Empat penjuru mata angin alun-alun dipenuhi pedagang kaki lima yang
membuka warung dengan bangunan semi permanen. Area sekitar alun-alun menjadi
lahan parkir yang tidak tertata. Tidak hanya untuk kendaraan pengunjung alun-alun
saja, tetapi juga untuk pengunjung department store dan toko-toko di sekitarnya.
Namun, kesemrawutan tersebut tidak lagi menghiasi area Alun-alun Kota Malang
setelah dilakukan sejumlah renovasi dan pembenahan. Ruang publik itu kini tertata
rapi dan menjadi pilihan favorit masyarakat untuk bersantai, berwisata, dan
bersosialisasi setiap saat.
kapal sebagai ikon alun-alun. Sejumlah infrastruktur, seperti tiang lampu dan
jaringan listrik, juga akan dirombak.
BAB V
KONSEP DAN PENGEMBANGAN
BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN