Vous êtes sur la page 1sur 22

IMPLEMETASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SDIT RABBANI LAWANG

KIDUL KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA SELATAN

Tere Aderempas1, Ichwan Hatril2, Idi Warsah3, Nurjannah4


Institut Agama Islam Negeri Curup
Jalan AK Gani No. 01 Kotak Pos 108 Telp. (0732) 21010-21759 Fax. 21010
e-mail: tereaderempas238@gmail.com

Abstract: This research is in the form of a mini research aimed at finding out the
implementation of the independent curriculum at SDIT Rabbani Lawang Agung Muara
Enim, South Sumatra. This simple research uses descriptive qualitative research
methods. The informant used in this research was the Principal of SDIT Rabbani
Lawang Kidul. In this research, the data collection techniques used were observation,
interviews and documentation techniques. This research was conducted 1 day on
December 23 2023. Based on the research results obtained through interviews at SDIT
Rabbani Lawang Kidul, it was stated that the implementation of the independent
curriculum in general in grades 1 to 4 was not optimal, but in the special P5 program
students were more enthusiastic and participative, because there are more activities
outside the classroom. There are challenges that must be faced by SDIT Rabbani
Lawang Agung in implementing the independent curriculum, namely in the aspect of
the teacher's role in increasing innovation and creativity in creating a teaching process
that is in accordance with the objectives of the independent curriculum.
Keywords: Mini Research, Implementation, Independent curriculum
Abstrak: Penelitian ini berbentuk mini riset ditujukan untuk mengetahui
pengimplementasian kurikulum merdeka di SDIT Rabbani Lawang Agung Muara
Enim Sumatera Selatan. Penelitaian sederhana ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Informan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kepala
Sekolah SDIT Rabbani Lawang Kidul. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
dilakukan 1 hari pada tanggal 23 Desember 2023. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan melalui wawancara di SDIT Rabbani Lawang Kidul mengatakan bahwa
pengimplementasian kurikulum merdeka secara umum pada kelas 1 hingga kelas 4
belum maksimal, namun pada program khusus P5 murid lebih bersemangat dan
partisipatif, karena kegiatan lebih banyak di luar kelas. Terdapat tantangan yang harus
dihadapi SDIT Rabbani Lawang Agung pada pelaksanaan kurikulum merdeka yaitu
pada aspek peran pengajar dalam meningkatkan inovasi dan kreatifitas dalam
menciptakan proses pengajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum merdeka.
Kata Kunci: Mini Riset, Pengimplementasian, Kurikulum merdeka
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu aspek kunci dalam pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah menghadirkan
kebijakan baru yang dikenal dengan sebutan "Kurikulum Merdeka Belajar" 1.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah inovasi sistem pendidikan bertujuan untuk
memberikan kebebasan lebih besar kepada siswa dalam menentukan jalannya
proses pembelajaran 2.
Kurikulum Merdeka lahir untuk mengatasi rendahnya kompetensi siswa,
kesenjangan kualitas pendidikan dan dampak pandemi COVID-19.
Implementasi Kurikulum Merdeka dirancang agar fleksibel, sehingga
memungkinkan sekolah untuk menyesuaikan dengan kesiapan dan karakteristik
mereka 3. Kurikulum Merdeka melibatkan restrukturisasi proses pembelajaran
secara menyeluruh, termasuk pengorganisasian kegiatan pembelajaran,
penilaian formatif, dan pengembangan bahan ajar. Kurikulum ini bertujuan
untuk menyederhanakan kurikulum sebelumnya yang terkesan rumit dan tidak
bisa memenuhi capaian kompetensi peserta didik 4.
Merdeka pertama diluncurkan pada tahun 2022 dan bersifat opsional.
Artinya, sekolah bisa memilih untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka, atau
tetap pada Kurikulum 2013. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang
diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia untuk memberikan fleksibilitas dan
otonomi yang lebih besar kepada institusi pendidikan 5. Kurikulum ini berfokus
pada materi-materi esensial untuk pembelajaran yang lebih mendalam,
memberikan lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan
karakter, dan menekankan kolaborasi 6. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum
dengan pembelajaran intrakurikuler dengan konten yang beragam agar siswa
dapat lebih optimal dan memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi 7. Di sisi lain, guru memiliki keleluasaan untuk memilih
berbagai perangkat ajarnya. Sehingga, pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik 8.
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia pun semakin masif.
Hal itu ditandai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum dan
Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Nomor 022/H/KR/2023 tentang
Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka pada Tahun
Ajaran 2023/2024 yang menyebutkan lebih dari 105 ribu sekolah atau satuan

1
Emy Yunita Rahma Pratiwi dkk., “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pemahaman P5 bagi Siswa
Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu 7, no. 2 (22 Mei 2023): 1313–22, https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i2.4998.
2
Syifaun Nadhiroh dan Isa Anshori, “IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” t.t.
3
Dindin Alawi dkk., “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Pasca Pandemi Covid-19,” EDUKATIF :
JURNAL ILMU PENDIDIKAN 4, no. 4 (3 Juli 2022): 5863–73, https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3531.
4
Restu Rahayu dkk., “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak,” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (22 Mei 2022): 6313–
19, https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237.
5
Olan Sulistia Rambung, “TRANSFORMASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MELALUI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR,” t.t.
6
Avivah Rahma Dini, Deti Novianti, dan Farid Setiawan, “Mini Riset: Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas X
SMA Negeri 1 Lendah, Kulon Progo,” t.t.
7
Rambung, “TRANSFORMASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MELALUI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR.”
8
Yuli Supriani dkk., “The Process of Curriculum Innovation: Dimensions, Models, Stages, and Affecting Factors,” Nazhruna: Jurnal
Pendidikan Islam 5, no. 2 (18 Mei 2022): 485–500, https://doi.org/10.31538/nzh.v5i2.2235.
pendidikan yang telah mengimplementasikannya 9. Kemendikbudristek
melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum
darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada
masa pandemi. Hasilnya, dari 31,5 persen sekolah yang menggunakan
kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan kurikulum darurat dapat
mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen
(numerasi) 10.
Pemerintah telah menyediakan pedoman untuk implementasi Kurikulum
Merdeka, dan sekolah memiliki kebebasan untuk memilih kategori implementasi
yang paling sesuai dengan kesiapan mereka. Implementasi Kurikulum Merdeka
merupakan perubahan yang signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia, dan
membutuhkan keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan pendidikan
untuk memastikan keberhasilannya 11. Kurikulum ini juga merupakan langkah
terobosan untuk membantu guru dan kepala sekolah mengubah proses belajar
menjadi jauh lebih relevan, mendalam dan menyenangkan. Sehingga, peserta
didik pun dapat lebih mudah memahami pembelajaran yang dilakukan 12.
Meskipun Kurikulum Merdeka Belajar telah diperkenalkan sebagai
langkah progresif, implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan dan
kompleksitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mendalam untuk
mengidentifikasi hambatan-hambatan, potensi, dan dampak dari implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar 13. Latar belakang ini mencakup beberapa aspek
penting yang perlu dikaji:
a. Kesesuaian dengan Tuntutan Perkembangan Global:
Pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi muda menghadapi
tantangan global. Seiring dengan perkembangan teknologi dan dinamika
global, penting untuk menilai sejauh mana Kurikulum Merdeka Belajar dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman (Pratiwi et al. 2023).
b. Keterlibatan dan Kesiapan Guru:
Implementasi suatu kurikulum sangat bergantung pada peran guru
sebagai agen utama dalam pembelajaran. Perlu dicermati sejauh mana
keterlibatan guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar dan sejauh
mana kesiapan mereka dalam menghadapi perubahan tersebut 14.
c. Keterjangkauan dan Kesetaraan Pendidikan:
Dalam upaya memberikan kebebasan belajar kepada setiap siswa, penting
untuk meneliti apakah Kurikulum Merdeka Belajar benar-benar dapat

9
Dini, Novianti, dan Setiawan, “Mini Riset: Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas X SMA Negeri 1 Lendah,
Kulon Progo.”
10
Mei Yuan Law, “A Review of Curriculum Change and Innovation for Higher Education,” Journal of Education and Training Studies
10, no. 2 (13 Januari 2022): 16, https://doi.org/10.11114/jets.v10i2.5448.
11
Aaisha Haque dan Solomon Arulraj David, “Effective Curriculum Implementation for Optimal Teaching and Learning
Experience: A Study from a Private School in Dubai,” 2022.
12
Supriani dkk., “The Process of Curriculum Innovation.”
13
Pratiwi dkk., “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pemahaman P5 bagi Siswa Sekolah Dasar.”
14
Nadhiroh dan Anshori, “IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.”
diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk yang berada di daerah
terpencil dan kelompok rentan 15.
d. Evaluasi dan Pengukuran Kinerja:
Diperlukan kerangka evaluasi yang baik untuk mengukur efektivitas dan
dampak dari Kurikulum Merdeka Belajar. Hal ini mencakup penilaian
terhadap pencapaian akademis, keterampilan, dan aspek non-akademis yang
diinginkan 16.
e. Dukungan Stakeholder dan Partisipasi Masyarakat:
Implementasi sukses kurikulum memerlukan dukungan penuh dari
berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat
umum. Keterlibatan dan persepsi mereka terhadap Kurikulum Merdeka
Belajar perlu diperhatikan 17.
Inti dari kurikulum merdeka ini adalah Merdeka Belajar. Hal ini dikonsep
agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika
dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolok ukur
yang dipakai untuk menilai tidak sama 18. Kemudian anak juga tidak bisa
dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai sehingga akan
memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah 19. Penerapan
kurikulum merdeka terbuka untuk seluruh satuan pendidikan PAUD, SD, SMP,
SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan. Selain itu, satuan pendidikan
menentukan pilihan berdasarkan angket kesiapan implementasi Kurikulum
Merdeka yang mengukur kesiapan guru, tenaga kependidikan dan satuan
pendidikan dalam pengembangan kurikulum 20. Pilihan yang paling sesuai
mengacu pada kesiapan satuan pendidikan sehingga implementasi Kurikulum
Merdeka semakin efektif jika makin sesuai kebutuhan 21.
Dengan menggali lebih dalam pada aspek-aspek tersebut, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman yang lebih mendalam
tentang tantangan dan peluang dalam implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan
kebijakan pendidikan di masa depan 22. Berdasakan penelitian terdahulu telah
dilakukan beberapa penelitian mengenai impementasi kurikulum merdeka.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut maka peneliti
melakukan penelitian ini pada implementasi kurikulum merdeka di SDIT
Generasi Rabbani Muara Enim yang merupakan salah satu sekolah yang telah
15
“Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme Guru di SMKS 2 Tamansiswa
Pematangsiantar,” Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran: JPPP 4, no. 1 (28 April 2023),
https://doi.org/10.30596/jppp.v4i1.13586.
16
Dini, Novianti, dan Setiawan, “Mini Riset: Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas X SMA Negeri 1 Lendah,
Kulon Progo.”
17
Rambung, “TRANSFORMASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MELALUI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR.”
18
Rahayu dkk., “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak.”
19
Pratiwi dkk., “Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pemahaman P5 bagi Siswa Sekolah Dasar.”
20
Ahmad Syafi’i, “Analisis Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar di MTs As’adiyah Uloe,” Az-
Zakiy: Journal of Islamic Studies 1, no. 01 (8 November 2023): 9–14, https://doi.org/10.35706/azzakiy.v1i01.9965.
21
Rahayu dkk., “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak.”
22
Haque dan David, “Effective Curriculum Implementation for Optimal Teaching and Learning Experience: A Study from a Private
School in Dubai.”
menerapkan kurikulum merdeka mulai tahun 2023 penulis ingin mengetahui
sejauh mana dan apakah ada perubahan pada siswa dan kendala yang dihadapi
sekolah selama penerapan kurikulum medeka.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian
yang ingin dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pengimplementasian kurikulum merdeka di SDIT Rabbani
Lawang Kidul di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan?

3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap satu domain berikut :
a. Untuk melihat bagaimana penerapan kurikulum merdeka di SDIT Rabbani
Lawang Kidul di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. 23 Manajemen merupakan
suatu sciences (ilmu) dan art (seni) sehingga dalam pelaksanannya disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang paling sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
di tujuan awal (Hidayat dkk., 2023).24
Secara praktis, manajemen memiliki beberapa definisi diantaranya adalah
(1) Management is getting things done through other people, dimana definisi ini
menekankan pada kerja tim, delegasi dan hasil (2) Management is partly an art
and partly a science, definisi ini mengakui presensi dari intuitif, keterampilan
subjektif dalam proses manajemen dan pertumbuhan pentingnya pengetahuan
teruji untuk menentukan keputusan dan tindakan manajerial. (3) Management is
an academic and professional discipline. Definisi ini menyatakan bahwa satu
badan pengetahuan yang dapat diajarkan atau dipelajari baik di sekolah,
lembaga maupun institusi sehingga dalam perkembangannya memungkinkan
manajemen sebagai suatu profesi. (4) Management is a collective noun used to
refer to the entire management group of an organization. Dengan pengertian ini,
maka manajemen akan dipahami sebagai satu keseluruhan, atau korporasi yang
menggambarkan body of manager. (5) Management is the performance of the
critical function essential to the success of an organization. Secara esensial,
definisi ini menyatakan dimana manajemen merupakan apa yang dikerjakan
oleh manajer.25

23
Stoner, James A.F. Management, prentice/ hall International. Inc,New York: Englewood Cliffs, (1982).
24
Hidayat, Y., Toyibah, E. H., Nurwahidah, I., & Ilyas, D. (2023). Manajemen Pendidikan Islam. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2).
25
Ulber Silalahi, Asas-asas Manajemen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2015) hlm. 3
Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah suatu kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki untuk mengelola orang lain atau kelompok
untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Secara bahasa Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani (curiryang) yang artinya pelari dan curare yang bisa
diartikan sebagai tempat berpacu. Kata kurikulum ini berasal dari istilah yang
dipakai di dalam dunia olahraga di Yunani pada zaman Romawi Kuno, yang
memiliki arti jarak tempuh yang harus dilalui oleh pelari dari mulai start hingga
berakhir finish. Dimana jarak tempuh yang harus dilalui disini mempunyai
makna bahwa kurikulum adalah segala muatan isi maupun materi pelajaran
yang dijadikan jangka waktu untuk ditempuh oleh siswa dalam memperoleh
ijazah. S.Nasution (1989) menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana
yang disusun secara matang guna memperlancar proses pembelajaran di bawah
tanggung jawab dan bimbingan lembaga/sekolah pendidikan dan seluruh
tenaga pendidik.26 (Ledia & Bustam, 2023) Kurikulum adalah seperangkat
pedoman dan sebuah kebijakan yang menentukan isi, tujuan dan materi yang
harus digunakan dalam lingkungan pendidikan tertentu.27 Kurikulum juga
mencakup semua materi yang dijadikan pedoman ketika melaksanakan kegiatan
pembelajaran tertentu (Nasbi, 2017).28
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Manajemen Kurikulum adalah
ilmu yang mempelajari tentang aktivitas organizing (pengorganisasian),
actuating (pelaksanaan), planning (perencanaan), controling (pengendalian)
dalam penyelesaian segala sesuatu perangkat/materi yang akan dijadikan
pedoman kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan semua sumber daya
manusia (pendidik dan tenaga kependidikan) yang ada sehingga tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengertian Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka ini merupakan suatu kurikulum pilihan yang dapat
diterapkan di satuan pendidikan mulai tahun 2022/2023 dan sebagai
pengembangan kurikulum yang telah ada sebelumnya yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka ini memiliki model pembelajaran intrakurikuler yang
memiliki banyak macam dan peserta didik akan memiliki waktu yang cukup
untuk mendalami materi-materi tersebut. Untuk pendidik pun memiliki
kebebasan dalam memilih alat penunjang pembelajaran yang dapat diselaraskan
dengan minat dan kebutuhan belajar peserta didik di sekolah (Ledia & Bustam,
2023). 29

26
Nasution, A. F., Ningsih, S., Silva, M. F., Suharti, L., & Harahap, J. P. (2023). Konsep Dan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Journal of Education, 2(3).
27
Ledia, S. L., & Bustam, B. M. R. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Reslaj :
Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6(1), 790–816. https://doi.org/10.47467/reslaj.v6i1.2708
28

29
Ledia, S. L., & Bustam, B. M. R. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Reslaj :
Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6(1), 790–816. https://doi.org/10.47467/reslaj.v6i1.2708
Kurikulum merdeka bertujuan untuk menjadikan peserta didik mandiri
dalam cara berpikir, bertindak, menghormati, dan beradaptasi terhadap
perubahan. Kurikulum merdeka ini juga akan menciptakan lingkungan belajar
yang lebih nyaman, Karena mereka dapat berbincang lebih mendalam dengan
gurunya, menimba ilmu dari karyawisata, serta mengembangkan sifat-sifat
siswa/siswi yang berani, pandai, mandiri, suka berteman, santun, kompeten,
dan tidak bergantung pada sistem point. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengaku terinspirasi untuk
mengembangkan kurikulum otonom guna membawa perubahan positif dalam
lingkungan pembelajaran tanpa memberikan tekanan yang tidak semestinya
pada guru dan siswa dengan tetap menjaga persyaratan minimal untuk
penyelesaiannya (Indriani dkk., 2023).30 Kurikulum merdeka menggeser
pendekatan pembelajaran yang sejak dahulu dilakukan di dalam kelas menjadi
pembelajaran menyenangkan melalui outing class. Siswa memiliki kesempatan
yang sangat baik untuk terlibat dalam percakapan dengan guru mereka ketika
mereka belajar di luar kelas. (Nasution dkk., 2023).31

3. Karakteristik Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka ini memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas.
Karaktersistik dalam kurikum merdeka ini juga menggambarkan keunggulan-
keunggulan yang dimiliki. Karakteristik kurikulum merdeka sendiri meliputi;
Materi yang diajarkan lebih mendalam dan sederhana, peserta didik dapat
melakukan pembelajaran dengan lebih menyenangkan dan tidak terburu-buru
karena peserta didik mempunyai alokasi waktu tersendiri untuk menyelesaikan
apa yang sedang dikerjakan, Lebih merdeka yang mempunyai arti bahwa
kurikulum merdeka ini para siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk
memilih mata pelajaran yang diminati sesuai dengan minat dan bakatnya, untuk
tenaga pendidik pun bisa memberikan materi yang disesuaikan dengan prestasi
dan perkembangan siswa, sekolahpun dapat berwenang untuk mengelola dan
mengembangkan kurikulum maupun pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan satuan pendidikan. Karakteristik kurikulum
merdeka yang terakhir yaitu lebih interaktif dan relevan (Agustina & Ismail,
2023).32
Di dalam jurnal yang lain juga disampaikan bahwasannya karekteristik
utama dari kurikulum merdeka ini ada 3 yaitu pembelajarannya sendiri berbasis
projek dengan tujuan agar sesuai dengan karakter pelajar pancasila dan untuk
mengembangkan soft skill, berfokus pada mata pelajaran inti agar tersedia
waktu pembelajaran yang cukup terutama pendalaman kompetensi dasar
numerasi dan literasi, dan terakhir guru dapat melaksanakan pembelajaran

30
Indriani, N., Suryani, I., & Mukaromah, L. (2023). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR. 1 Maret 2023.
31
Nasution, A. F., Ningsih, S., Silva, M. F., Suharti, L., & Harahap, J. P. (2023). Konsep Dan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Journal of Education, 2(3).
32
Agustina, R., & Ismail, F. (2023). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA. 1.
dengan fleksibilitas yang sesuai dengan kemampuan siswa/siswinya.
(Idhartono, 2020).33

4. Problematika Guru dalam Mengimplementasi Pembalajaran menggunakan


Kurikulum Merdeka di Sekolah
Kurikulum memainkan peran penting dalam pendidikan. Siswa tidak
akan mencapai tujuan pembelajaran yang tepat tanpa adanya kurikulum yang
sesuai. Tentunya, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan siswa pada saat itu.
Implementasi Merdeka Belajar di lapangan masih belum sepenuhnya terwujud
karena ada berbagai persoalan yang dihadapi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Merdeka Belajar adalah penyiapan sumber daya
manusia dan fasilitas pendukung yang memadai. Setiap sekolah berupaya
menyesuaikan diri dengan kurikulum yang digunakan saat ini untuk tetap
mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Fitria N (2022) terdapat beberapa
problematika yang dihadapi oleh para guru dalam mengimplementasikan
kurikulum Merdeka Belajar, seperti:34
a. Tidak Memiliki Pengalaman dengan Kemerdekaan Belajar
Salah satu faktor yang menyebabkan guru belum mampu mengadopsi
konsep kemerdekaan belajar ialah pengalaman dan metode pembelajaran
yang mereka terima saat berada di bangku kuliah. Kurangnya variasi metode
pembelajaran dalam buku teks juga dapat menjadi penyebabnya. Selain itu,
kurangnya pengalaman dalam pembelajaran yang berorientasi pada
kemerdekaan siswa juga disebabkan oleh pengalaman saat guru masih
menjadi siswa, ketika menjadi mahasiswa calon guru, maupun selama
pelatihan sebagai guru dalam jabatan.
b. Kompetensi (Skill) yang Memadai
Keterbatasan pengalaman dalam mengimplementasikan kemerdekaan
belajar juga mempengaruhi kualitas dan kompetensi yang dimiliki oleh guru.
Beberapa guru bahkan menghadapi kesulitan dalam menguasai atau
menerapkan keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam pembelajaran di era
digital, seperti penggunaan Ms. Word, pembuatan presentasi yang menarik
dan interaktif, dan keterampilan lainnya. Padahal, dalam pelaksanaan
merdeka belajar, guru diharapkan menjadi kreatif dan inovatif dengan
memanfaatkan berbagai media dan model pembelajaran yang yang tersedia
untuk mendorong partisipasi aktif siswa. Minimnya kompetensi ini juga
menjadi hambatan bagi guru dalam mengadopsi merdeka belajar dengan
lancar dan efektif.
c. Akses yang dimiliki dalam Pembelajaran
Perbedaan akses digital dan internet yang tidak merata menjadi tantangan
yang dihadapi oleh guru dalam menjalankan merdeka belajar. Dalam konsep
merdeka belajar yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan
33
Idhartono, A. R. (2020). LITERASI DIGITAL PADA KURIKULUM MERDEKA BELAJAR BAGI ANAK TUNAGRAHITA.
34
Kebudayaan, terdapat enam model pembelajaran yang dapat diterapkan.
Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah pembelajaran daring.
Namun, kelancaran pelaksanaan pembelajaran daring sangat bergantung
pada ketersediaan akses digital dan internet yang dimiliki oleh guru dan
siswa. Banyak sekolah yang masih belum memiliki fasilitas yang memadai
atau guru dan siswa yang memiliki keterbatasan akses mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran daring. Perbedaan dalam fasilitas, sarana
prasarana, dan ketersediaan akses teknologi menjadi kendala yang sering
dihadapi oleh guru dalam menjalankan merdeka belajar.
d. Manajemen Waktu
Dalam usaha transformasi proses pembelajaran, guru seringkali
memerlukan waktu tambahan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan
tuntutan perubahan yang diharapkan. Beberapa sekolah menetapkan jadwal
yang padat untuk melibatkan guru agar dapat berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan yang mendukung transformasi ini. Namun, tugas dan
tanggung jawab lain yang melekat pada peran guru juga seringkali menjadi
tantangan tersendiri. Meskipun demikian, guru berusaha sebaik mungkin
untuk tetap bergerak maju dan menemukan cara-cara kreatif dalam
mengatasi hambatan tersebut. Mereka berkomitmen untuk terus
mengembangkan diri, mempelajari metode dan teknik baru, serta
menjalankan peran aktif dalam memajukan proses pembelajaran demi
kepentingan siswa dan peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
e. Kekurangan Media Penunjang dalam Pembelajaran
Pendidikan saat ini mengalami perkembangan dan perubahan yang
signifikan, mulai dari strategi belajar, media pembelajaran, saluran informasi,
hingga perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Salah satu elemen penting dalam proses
pembelajaran adalah media pembelajaran, yang digunakan sebagai sarana
pendukung dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam konteks
Kurikulum Merdeka, media pembelajaran diharapkan dapat menarik
perhatian siswa dan bersifat interaktif.
f. Guru Gagap dalam Menggunakan Teknologi Informasi
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, banyak guru yang merasa
terhambat oleh kurangnya literasi teknologi. Al Husna dan Vebrianto R.
menyatakan bahwa para guru masih kesulitan dalam mengikuti
perkembangan teknologi pembelajaran di era digital yang semakin maju, dan
belum mampu memanfaatkan berbagai platform yang dapat mendukung
proses pembelajaran. Banyak guru yang masih mengandalkan media yang
umum digunakan dalam pembelajaran, seperti papan tulis, sementara siswa
saat ini telah lebih mahir dalam memanfaatkan teknologi dibandingkan
dengan para guru yang mengajarnya. Kesenjangan ini menjadi tantangan
yang harus segera diatasi oleh semua pihak yang terlibat dalam dunia
pendidikan.
g. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pembelajaran dalam Penerapan Kurikulum
Merdeka
Salah satu masalah yang dihadapi dalam konteks keberagaman siswa
adalah pemahaman dan keterampilan guru dalam menghadapinya. Atik,
S.M. mengungkapkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan dan kemampuan
yang berbeda-beda dari siswa, diperlukan pendekatan yang beragam.
Terdapat tiga jenis pendekatan yang mengacu pada Kurikulum Merdeka,
yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Dalam
diferensiasi konten, guru akan menganalisis tingkat kesiapan belajar siswa
dengan mempertimbangkan materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini, guru
dapat membedakan minat dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, diferensiasi
proses memungkinkan guru untuk menganalisis pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa baik secara individu maupun dalam kelompok. Guru
dapat mempertimbangkan siapa yang membutuhkan bimbingan atau
bantuan dalam menjalankan proses pembelajaran sebelum siswa melanjutkan
ke pembelajaran individu. Dengan menerapkan pendekatan diferensiasi ini,
guru dapat merespons kebutuhan dan perbedaan siswa secara efektif,
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, dan memastikan bahwa
setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan belajar
secara maksimal. Lalu, diferensiasi produk yang dimaksud dengan produk
adalah output dari setiap pembelajaran yang telah dikerjakan, seperti
presentasi, karangan, pidato, mind-mapping, dan sebagainya. Pada
diferensiasi produk ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
medalam terhadap kreativitas dan ekspresi dari pembelajaran yang
diinginkan oleh siswa.10

5. Faktor pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum merdeka


Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan oleh seorang peneliti
dalam sebuah jurnal tentang Hambatan Kurikulum Merdeka35, terdapat
beberapa faktor yang dapat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka di
lapangan, yaitu (1) penganggaran yang jelas dari pemerintah daerah untuk
mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, (2) koordinasi yang baik dari
pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi dengan pemerintah pusat
dalam pengadaan sarana pembelajaran dan pelatihan, perencanaan yang baik,
dan (3) ketersediaan sarana pembelajaran lainnya seperti LCD dan sambungan
internet.
Implementasi Kurikulum Merdeka walaupun sudah berjalan dengan
efektif dalam beberapa bulan ini namun tetap terdapat beberapa kendala seperti,
antara lain tidak memiliki pengalaman dengan kemerdekaan belajar, kkebatasan
referensi, akses yang dimiliki dalam pembelajaran belum merata, manajemen

35
Dewi, L. M. A. W., & Astuti, N. P. E. (2022). Hambatan Kurikulum Merdeka Di Kelas Iv Sdn 3 Apuan. Jurnal Pendidikan Dasar Rare
Pustaka, 4(2), 31-39.
waktu. Walau keberadaan buku sudah cukup, namun perlu ada evaluasi lebih
lanjut apakah isi buku-buku pelajaran tersebut sudah berdimensi global.

6. Langkah-langkah untuk mengatasi kendala implementasi Kurikulum


Merdeka
Berdasarkan pada temuan penelitian tersebut, beberapa hal yang urgen
dilakukan antara lain adalah perbaikan manajemen Implementasi Kurikulum
Merdeka. Sebisa mungkin pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
Bersama-sama menetapkan target berapa sekolah yang akan
mengimplementakan dalam kurun waktu 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun
mendatang. Siklus impementasi Kurikulum merdeka harus di buat mulai dari
penganggaran, pengadaan sarana pendidikan, pelatihan, implementasi dan
pendampingan, serta evaluasikeberhasilan dan kegagalannya.
Berikutnya, pelatihan sebaiknya dilakukan secara berjenjang dengan
koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pelatihan dilakukan dengan mengindahkan
prinsip pembelajaran yang baik dan diberikan oleh para instruktur yang
berpengalaman dalam implementasi kurikulum. Tidak sekadar memenuhi
formalitas datang ke tempat pelatihan, ada pelatihan, dan pulang dengan begitu
mendapat uang saku. Pelatihan guru pun hendaknya lebih banyak difokuskan
pada pendekatan tematik untuk guru SD, karena hal-hal itulah yang sebagian
besar dikeluhkan oleh para guru yang menjadi informan penelitian ini di
lapangan. Pedoman penilaian untuk guru dalam memberikan penilaian
terhadap hasil belajar siswa juga harus segera diterbitkan oleh Pemerintah Pusat
danakan diadopsi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat peneliti simpulkan beberapa
hal berkaitan dengan implementasi Kurikulum merdeka di SDN 3 Apuan,
Kabupaten Bangli. Sebagai penelitian kuantitatif yang dipadu dengan investigasi
kualitatif, maka temuan penelitian ini kiranya dapat dipahami sebagai gambaran
yang bisa jadi terjadi juga di beberapa daerah lain. Dengan demikian hasil dan
pembahasan dalam artikel ini berguna sebagai penguat bagi para pengambil
kebijakan untuk segera mengatasi masalah implementasi Kurikulum merdeka
yang betul-betul terjadi di lapangan. Penelitian ini secara umum menguatkan
beberapa temuan penelitian terdahulu, bahwa implementasi Kurikulum
Merdeka belum berjalan dengan efektif, dikarenakan beberapa hal di bawah ini.
a. Pertama, belum semua guru mendapatkan pelatihan, banyak guru yang
belum bisa menerapkan pembelajaran tematik dan saintifik, serta banyak
guru yang belum bisa melakukan penilaian autentik.
b. Kedua, guru belum memahami substansi kurikulum sehingga tidak bisa
menerapkannya dengan baik. Kelemahan utama guru dalam pembelajaran
adalah kurangnya pemahaman pendekatan tematik saintifik tanpa tes
kognitif dan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
c. Ketiga, dukungan sekolah masih rendah karena belum banyak warga sekolah
yang mendapatkan pelatihan kurikulum ini. Penyebab utama rendahnya
dukungan sekolah karena kurangnya pemahaman warga sekolah tentang
kurikulum baru ini, terutama kepala sekolah dan pengawas sekolah.
d. Keempat, Pemerintah Daerah sudah memberikan dukungan dalam bentuk
anggaran pelatihan, anggaran pendampingan, anggaran pengadaan buku,
dan mengirimkan para guru-kepala sekolahpengawas sekolah mengikuti
pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, namun kurang optimal hasilnya.
e. Kelima, kurang matangnya perencanaan dalam implementasi Kurikulum
merdeka ini akan menjadi faktor penghambat. Koordinasi yang lemah antara
berbagai jenjang pemerintahan yang bertanggungjawab terhadap
implementasi kurikulum juga mendaji kelemahan lain.
f. Keenam, manajemen implementasi kurikulum harus diperbaiki mulai dari
penentuan target implementasi, penganggaran, pengadaan sarana
pendidikan, pelatihan, implementasi dan pendampingan, serta evaluasi
keberhasilan dan kegagalannya. Di era desentralisasi mestinya implementasi
kurikulum juga dilakukan secara desentralistik. Kunci utamanya koordinasi
yang baik antar berbagai jenjang pemerintahan dari pusat, provinsi, hingga
kabupaten atau kota.

7. Penelitian Terdahulu
a. Avivah Rahma Dini, Deti Novianti, Farid Setiawan (2023). Mini Riset:
Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas X SMA Negeri 1
Lendah, Kulon Progo. Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan
peneliti di SMA Negeri 1 Lendah khusunya kelas X sudah menggunakan
kurikulum merdeka. Dalam 3 bulan berjalan menggunakaan kurikulum
merdeka ini dikatakan efektif karena terdapat perubahan-perubahan yang
dirasakan. Menurut hasil wawancara pun mengatakaan bahwa ketika
menggunakan kurikulum merdeka terdapat banyak peningkatan yang terjadi
didalam diri peserta didik, terutama dalam segi kreatifitas. Di SMA Negeri 1
Lendah juga mencoba membuat projek-projek sesuai ketentuan yang ada
pada kurikulum merdeka yaitu P5. Dukungan dari orang tua pun sangat baik
sehingga memperlancar penerapan kurikulum merdeka di SMA Negeri 1
Lendah tersebut. Ada juga beberapa kendala yang dirasakan oleh SMA
Negeri 1 Lendah ketika menerapkan kurikulum merdeka ini, namun melalui
wawancara, kendala –kendala tersebut dapat dicarikan solusi dengan sharing
ketika melalukan MGMP dengan sekolah-sekolah yang sudah menerapkan
kurikulum merdeka tersebut.
b. Emy Yunita Rahma Pratiwi, Ratih Asmarani, Lina Sundana, Desty Dwi
Rochmania, Claudya Zahrani Susilo, Anggara Dwinata (2023). Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pemahaman P5 bagi
Siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil analisis, menjadi tugas berat dari
Kemendikbud ristek, Balai Besar Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur,
Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Timur, Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kab/Kota serta Satuan Pendidikan agar bersinergi berkesinambungan,
sehingga implementasi kurikulum merdeka belajar di sekolah dasar seluruh
Provinsi Jawa Timur mampu terealisasi menjadi Kurikulum Nasional di
Tahun 2024 nanti. Mempunyai kewajiban dalam menyediakan akses luas dan
layak, khususnya anggaran pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan agar menuntaskan pengenalan dan penegasan pada program
pembelajaran tentang Kurikulum Merdeka Belajar secara lebih detil dan
komprehensif di tahun 2023 sebelum menjadi Kurikulum Pendidikan
Nasional pada tahun 2024. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam instansi
pendidikan harus memberi berbagai kebijakanyang efektif. Pemberlakuan
desentralisasi pendidikan di SDN Kepanjen 1 Jombang Jawa Timur sesuai
prosedur dan bisa dinyatakan cukup baik. Profesionalitas guru SDN
Kepanjen 1 Jombang sepenuhnya diwujudkan secara optimal, jika dinilai
berdasarkan kompetensi tiap guru mencakup pedagogik, sosial hingga
kepribadian.
c. Ahmad Syafi’i (2023). Analisis Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka Belajar di MTs As’adiyah Uloe. Berdasarkan data dan
informasi dapat disimpulkan bahwa guru di MTs As’adiyah Uloe belum siap
(masih setengah hati) untuk menerapkan kurikulum Merdeka Belajar.
Ditinjau dari segi perangkat pembelajaran yang meliputi CP, TP, ATP, dan
modul ajar, guru belum siap. Hal ini terlihat sangat sedikit yang
menyelesaikan administrasinya. Ditinjau dari segi projek pembelajaran,
nyatanya belum ada guru yang menyerahkan modul projeknya. Ditinjau dari
segi buku ajar, pihak madrasah telah menyiapkannya, sehingga guru sangat
siap. Dirinjau dari segi desain pembelajaran berdeferensiasi, guru belum
merencanakan desain pembelajaran, sehingga dapat dikatatakan bahwa
hampir semua guru belum siap. Ditinjau dari asesmen, hanya sebagian kecil
guru melakukan asesmen diagnostik kognitif dan non diagnostik non-
kognitif. Secara komprehensif, dapat dikatakan bahwa guru di MTs
As’adiyah Uloe belum siap sepenuhnya mengimplementasika kurikulum
Merdeka.
d. Dindin Alawi, Agus Sumpena, Supiana, Qiqi Yuliati Zaqiah. Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Pasca Pandemi Covid-19
(2022). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa program studi
mandiri yang tersedia di kampus mandiri, antara lain: pertukaran
mahasiswa, penempatan kerja/praktik, pengajaran di lembaga pendidikan,
proyek desa, penelitian/penelitian, kegiatan kewirausahaan,
penelitian/proyek mandiri dan proyek kemanusiaan. Capaian MBKM di
beberapa perguruan tinggi saat ini sudah baik, namun tidak sedikit juga
perguruan tinggi yang masih mempunyai kendala yang harus di atasi
bergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing perguruan tinggi.
5. Endang Pujiarti, Amiruddin, Ratnasari, Friska Deliana Purba, Kartika Dewi
Ahmadi, Sri Mulya (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka dalam
Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme Guru di SMKS 2 Taman siswa
Pematang siantar. Hasil penelitian menyimpulkan bawah untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar, guru memerlukan
pelatihan yang sesuai. Pelatihan kompetensi guru saat ini dapat diakses di
mana saja Kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Merdeka belajar merupakan salah satu program
inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekarang yang ingin
menciptakan suasana belajar yang bahagia. Tujuan merdeka belajar adalah
agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang
bahagia, tanpa dikekang dengan aturan-aturan yang sangat kaku. Pokok-
pokok kebijakan Merdeka Belajar adalah Ujian Sekolah Berstandar Nasional,
Ujian Nasional, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Peraturan Penerimaan
Peserta Didik Baru Zonasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan.

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Data yang telah
diperoleh dari hasil pengamatan kemudian akan di analisis dengan penelitian
Kualitatif dengan pendekatan studi kasus, Instrumen yang sudah ada divalidasi
dan diujikan untuk mengumpulkan data. Data yang telah terkumpul dianalisis
dan diolah untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian. Menurut Sugiyono
(2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut
Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi
pada saat sekarang atau masalah aktual.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Rabbani di Jl. Sentosa RT 01 RW 04
Sidomulyo 1 Tanjung Enim Kec. Lawang Kidul, Kab Muara Enim Sematera
Selatan. Waktu Penelitian yang digunakan untuk megumpulkan informasi
penelitian ini dilakukan pada hari Sabtu 23 Desember 2023.

3. Responden dan Subjek Penelitian


Responden dan subjek pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti
proses pembelajaran, Guru yang terlibat dalam implementasi kurikulum
merdeka belajar dan kepala sekolah sebagai pimpinan utama dalam pelaksanaan
kurikulum

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti
memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah
mendalam, jelas dan spesifik. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012:225)
bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Sugiyono
(2009:224) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data”. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang
dihasilkan berdasarkan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan manajemen
di sekolah tersebut, selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan memaknai atau menarik kesimpulan dari kejadian atau peristiwa
yang diamati.
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Observasi ini
dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian,
yaitu Kepala Sekolah melalui wawancara dan observasi akan lebih kuat dan
dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen-dokumen yang bisa berupa
catatan masa lalu, tulisan, gambar, atau karya-karya seseorang.“Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiyono 2009:240).

5. Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini ialah penelitian deskriptif.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi
pada saat sekarang atau masalah aktual

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Manajemen Kurikulum
James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. 36 Manajemen merupakan
suatu sciences (ilmu) dan art (seni) sehingga dalam pelaksanannya disesuaikan

36
Stoner, James A.F. Management, prentice/ hall International. Inc,New York: Englewood Cliffs, (1982).
dengan situasi dan kondisi yang paling sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
di tujuan awal (Hidayat dkk., 2023).
Secara bahasa Kurikulum berasal dari bahasa Yunani (curiryang) yang
artinya pelari dan curare yang bisa diartikan sebagai tempat berpacu. Kata
kurikulum berasal dari istilah yang dipakai di dalam dunia olahraga di Yunani
pada zaman Romawi Kuno, yang memiliki arti jarak tempuh yang harus dilalui
oleh pelari dari mulai start hingga finish. Jarak tempuh yang harus dilalui disini
mempunyai makna bahwa kurikulum adalah segala muatan isi maupun materi
pelajaran yang dijadikan jangka waktu untuk ditempuh oleh siswa dalam
memperoleh ijazah. S.Nasution (1989) menyatakan bahwa kurikulum adalah
suatu rencana yang disusun secara matang guna memperlancar proses
pembelajaran di bawah tanggung jawab dan bimbingan lembaga/sekolah
pendidikan dan seluruh tenaga pendidik.37 (Ledia & Bustam, 2023).
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Manajemen Kurikulum adalah
ilmu yang mempelajari tentang aktivitas organizing (pengorganisasian),
actuating (pelaksanaan), planning (perencanaan), controling (pengendalian)
dalam penyelesaian segala sesuatu perangkat/materi yang akan dijadikan
pedoman kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan semua sumber daya
manusia (pendidik dan tenaga kependidikan) yang ada sehingga tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengertian kurikulum merdeka


Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pilihan yang dapat
diterapkan di satuan pendidikan mulai tahun 2022/2023 dan sebagai
pengembangan kurikulum yang telah ada sebelumnya yaitu kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka memiliki model pembelajaran intrakurikuler yang memiliki
banyak macam dan peserta didik akan memiliki waktu yang cukup untuk
mendalami materi-materi tersebut. Untuk pendidik pun memiliki kebebasan
dalam memilih alat penunjang pembelajaran yang dapat diselaraskan dengan
minat dan kebutuhan belajar peserta didik di sekolah (Ledia & Bustam, 2023). 38
Kurikulum merdeka bertujuan untuk menjadikan peserta didik mandiri
dalam cara berpikir, bertindak, menghormati, dan beradaptasi terhadap
perubahan. Kurikulum merdeka ini juga akan menciptakan lingkungan belajar
yang lebih nyaman, Karena mereka dapat berbincang lebih mendalam dengan
gurunya, menimba ilmu dari karyawisata, serta mengembangkan sifat-sifat
siswa/siswi yang berani, pandai, mandiri, suka berteman, santun, kompeten,
dan tidak bergantung pada sistem point. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengaku terinspirasi untuk
mengembangkan kurikulum otonom guna membawa perubahan positif dalam
lingkungan pembelajaran tanpa memberikan tekanan yang tidak semestinya
pada guru dan siswa dengan tetap menjaga persyaratan minimal untuk
37
Nasution, A. F., Ningsih, S., Silva, M. F., Suharti, L., & Harahap, J. P. (2023). Konsep Dan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Journal of Education, 2(3).
38
Ledia, S. L., & Bustam, B. M. R. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Reslaj :
Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6(1), 790–816. https://doi.org/10.47467/reslaj.v6i1.2708
penyelesaiannya (Indriani dkk., 2023).39 Kurikulum merdeka menggeser
pendekatan pembelajaran yang sejak dahulu dilakukan di dalam kelas menjadi
pembelajaran menyenangkan melalui outing class. Siswa memiliki kesempatan
yang sangat baik untuk terlibat dalam percakapan dengan guru mereka ketika
mereka belajar di luar kelas. (Nasution dkk., 2023).40

3. Karakteristik kurikulum merdeka


Kurikulum merdeka memiliki beberapa karakteristik atau. Karaktersistik
dalam kurikum merdeka ini juga menggambarkan keunggulan-keunggulan
yang dimiliki. Karakteristik kurikulum merdeka meliputi; Materi yang diajarkan
lebih mendalam dan sederhana, peserta didik dapat melakukan pembelajaran
dengan lebih menyenangkan dan tidak terburu-buru karena peserta didik
mempunyai alokasi waktu tersendiri untuk menyelesaikan apa yang sedang
dikerjakan, Lebih merdeka yang mempunyai arti bahwa kurikulum merdeka ini
para siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memilih mata pelajaran
yang diminati sesuai dengan minat dan bakatnya, untuk tenaga pendidik pun
bisa memberikan materi yang disesuaikan dengan prestasi dan perkembangan
siswa, sekolahpun dapat berwenang untuk mengelola dan mengembangkan
kurikulum maupun pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan satuan pendidikan. Karakteristik kurikulum merdeka yang terakhir
yaitu lebih interaktif dan relevan (Agustina & Ismail, 2023).
Di dalam jurnal yang lain juga disampaikan bahwasannya karekteristik
utama dari kurikulum merdeka ini ada 3 yaitu pembelajarannya sendiri berbasis
projek dengan tujuan agar sesuai dengan karakter pelajar pancasila dan untuk
mengembangkan soft skill, berfokus pada mata pelajaran inti agar tersedia
waktu pembelajaran yang cukup terutama pendalaman kompetensi dasar
numerasi dan literasi, dan terakhir guru dapat melaksanakan pembelajaran
dengan fleksibilitas yang sesuai dengan kemampuan siswa/siswinya.
(Idhartono, 2020).

4. Implementasi kurikulum merdeka di SDIT Rabbani Lawang Kidul Muara


Enim
SDIT Rabbani Lawang Kidul Muara Enim merupakan salah satu lembaga
formal swasta yang sangat diminati oleha masyarakat yang akan
menyekolahkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan Dasar yang
berbasis islam moderasi, yaitu kolaborasi antara basis kurikulum umum dengan
kurikulum islam serta kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang
berada dibawah naungan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sekolah
ini mempunyai Akreditasi B dan letak sekolah ini berada di kecamatan Lawang
Kidul Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Sekolah ini berdiri sejak tahun
2014. Berdasarkan hasil mini riset yang dilakukan para peneliti mengenai
39
Indriani, N., Suryani, I., & Mukaromah, L. (2023). IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR. 1 Maret 2023.
40
Nasution, A. F., Ningsih, S., Silva, M. F., Suharti, L., & Harahap, J. P. (2023). Konsep Dan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Journal of Education, 2(3).
implementasi kurikulum merdeka di SDIT Rabbani Lawang Kidul Muara Enim,
pada tanggal 23 Desember 2023 dengan informannya adalah Kepala Sekolah
SDIT Rabbani Lawang Kidul Bapak Ichwan Hatril, terdapat beberapa hal yang
ditemukan peneliti yaitu sebagai berikut :
a. SDIT Rabbani Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim ini menggunakan
kurikulum merdeka baru pada kelas 1 hingga kelas 4 SD saja dan baru
berjalan selama semester Ganjil Tahun 2023 yaitu kurang lebih 6 bulan.
Untuk kelas 5 hingga kelas 6 masih menggunakan kurikulum K13. Di SDIT
Rabbani ini menggunakan kurikulum merdeka dikarenakan secara kesiapan
Saran dan Prasarana serta Sumber Daya Manusia baik Guru maupun siswa di
anggap sudah mampu untuk menerapakan kurikulum baru selain dari pada
instruksi dari pemerintah untuk mulai mengimplemtasikan kurikulum
merdeka pada setiap jenjang sekolah.
b. Berkaitan dengan Persiapan dan Pemahaman. Kurikulum merdeka
merupakan kurikulum baru sehingga dibutuhkan penyesuian. Diawal
penerapan, pihak sekolah khususnya guru masih banyak mengalami
kebingungan pada proses implementasi pembelajaran, administrasi hingga
memahami prinsip kurikulum dan tujuan daripada kurikulum merdeka.
Maka dari itu pihak sekolah berkordinasi aktif dengan dinas pendidikan dan
kebudayaan kabupaten muara enim sehingga diadakan pelatihan khusus
untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapan sekolah maupun guru dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka khusunya di SDIT Rabbani
Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim. Setelah diadakannya pelatihan
khusus yang intensif guru dan sekolah semakin memahami prinsip, tujuan
dan khusunya implementasi kurikulum merdeka, ditambah dengan adanya
PMM (Platform Merdeka Mengajar) memberikan kemudahan pihak sekolah
khsusnya Guru untuk meningkatkan pemahaman, wawasan dan berbagai
topik dalam pengimplementasi kurikulum merdeka.
c. Dalam pengimplementasian langkah-langkah penggunaan kurikulum
merdeka pihak sekolah melakukan beberpa hal. Pertama, pihak sekolah
membentuk tim untuk pengembangan kurikulum dengan tujuan agar fokus
dalam pembagian tugas serta pemanfaatan kurikulum, tim ini juga terlibat
dalam kolaborasi dengan KKG serta guru-guru penggera sekabupaten Muara
Enim. Kedua, perancangan kurikulum baru yang selaras dengan tujuan
kurikulum merdeka belajar dan kurikulum sekolah. Ketiga, mengirimkan
perwakilan guru-guru dalam berbagai pelatihan khusus yang di adakan
komunitas maupun pihak dinas kabupaten Muara Enim dan yang keempat
mensosialisasikan kurikulum merdeka dengan wali murid agar terbangun
kolaborasi dan kerja sama yang baik dalam penerapan implementasi
kurikulum merdeka belajar. Tantangan terberat dalam pengimplemebtasi
kurikulum merdeka ini adalah pada kelengkapan administrasi yang harus di
siapkan oleh dewan guru sedangkan beban dan kegiatan sekolah yan cukup
padat, sehingga dibeberapa kasus banyak guru yang akhinya mengabaikan
kelengkapan adminitarsi dikarenakan beban mengajar yang sudah terlalu
banyak.
d. Peran dan Keterlibatan Guru dalam penyusunan dan pelaksanaan kurikulum
di SDIT Rabbani Lawang Kidul dalam perancangan pembelajaran selalu
mengarahkan guru untuk bekerjasama dengan KKG kelas. Hal ini
dilakukakn agar setiap rombel kelas (A, B dan C) mempunyai kesamaan
materi yang akan diajarkan kepada anak-anak dan dalam pembagian
tugasnya di tentukan oleh ketua KKG kelas. Peran kepala sekolah dalam
pengimplementasian kurikulum ini adalah dengan memberikan motivasi
kepada guru-guru untuk selalu belajar dan terus mencari pengetahuan
tentang kurikulum merdeka dan pengimplementasiannya di sekolah. Baik
dalam bentuk pelatihan offline ataupun dalam pelatihan Online. Selain itu
kepala sekolah berkordinasi secara intens dengan seluruh kepala sekolah
jenjang SD dalam pengimplementasin kurikulum merdeka, agar setiap
sekolah mendapatkan informasi dan pengetahuan yang sama serta berbagi
ilmu tentan pengimplementasian kurikulum. Kepala sekolah juga berusahan
menyediakan setiap keperluan yang dibutuhkan guru dalam
pengimplementasian pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka dengan
pembiayaan yang di sediakan oleh pihak sekolah secara mandiri.
e. Dukungan dan Sumber Daya yang didapatkan pihak sekolah adalah dari
dinas pendidikan dan kebudayaan, mereka mendukung secara penuh
khususnya dalam pengembangan Guru sekolah melalui berbagai pelatihan
yang diadakan pihak sekolah maupun luar, selain itu teman-teman guru
penggerak juga mendukung dan membantu percepatan pemahaman guru-
guru terhadap kurikulum merdeka. Orang tua siswa juga mendukung penuh
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak di sekolah contohnya
adalah kegiatan P5, pihak wali murid antusias dalam mempersiapka
kebutuhan anak-anak mereka dalam melaksanakan projek P5 yang diadakan
pihak sekolah. Sumber Daya khususnya kebutuhan keuanga, sarana dan
prasaran yang digunakan dalam pengimplementasi kurikulum merdeka ini
bersal dari pihak sekolah melalui pengelolaan SPP bulanan anak-anak karena
SDIT Rabbani ini merupakan Sekolah Swasta. Untuk kebutuhan lain mulai
dari SAPRAS dan Kebutuhan narasumber pihak sekolah terus bekerja sama
secara baik dengan berbagai sekolah lain dan satkholder lainnya.
f. Evaluasi dan Perbaikan yang dilakukan SDIT Rabbani Lawang Kidul selama
kurang lebih 6 bulan pelaksanaan kurikulum merdeka masih terdapat hal-hal
yang belum maksimal, salah satunya adalah dampak dari implemntasi
kurikulum baru ini terhadap anak-anak, hal ini disebabkan salah satunya
adalah kemampuan guru dalam penerapan diferensiasi belajar yang belum
maksimal pada akhirnya dibeberapa kasus dewan guru kembali
menggunakan sistem kurikulum K13. Perbaikan yang dilakukan dengan
mengevaluasi guru secara intens pada pelaksanaan rapat rutin mingguan dan
evaluasi personal dengan memberikan masukan dan motivasi tentang
pentingnya inovasi dalam implementasi kurikulum merdeka agar tujuan
kurikulum dapat tercapai.
g. Pengaruh Terhadap Siswa dalam penerapan kurikulum merdeka di seolah ini
belum begitu besar anak-anak masih menikmati proses pembelajaran sama
seperti penerapan sistem kurikulum K13 selain itu siswa masih belum
memahami tentang perubahan kurikulum disekolah meskipun selalu
berusaha untuk diingatkan, namun hal baru yang dirasakan oleh siswa dan
siswi SDIT Rabbani adalah adanya pelajaran baru yaitu P5, kegiatan yang
sering dilakukan di luar membuat anak-anak lebig bersemangat. Untuk
perubahan akademik anak-anak masih sama seperti penerapan kurikulum
K13 namun pada motivasi dan keterlibatan belajar siswa dan siswi
mengalami kenaikan karena adannya pelajaran baru yaitu P5.
h. Pengalaman Orang Tua selam peingimplementasian kurikulum merdeka
condong masih sama karena penerapan yang belum begitu maksimal karena
penerapannya yang baru beberpa bulan. Namun untuk dukungan dalam
pengembangan kegiatan sekolah melalui kurikulum baru ini pihak wali
murid sangat mendukung termasuk komite sekolah. Hal ini dapat
disimpulkan karena pihak orang tua belum ada yan komplai terkait dengan
kegitan dan kurikulum yang digunak pihak sekolah sejauh ini.
i. Peluang dan Tantangan di Masa Depan yan dilihat pihak sekolah khsusnya
SDIT Rabbani Lawang kidul dalam pengembangan Kurikulum Merdeka ini
adalah inovasi guru dalam proses pembelajaran dilakaukan lebih kaya dan
inovatif, karena pada saat ini guru-guru lebih banyak mengenal media yang
bisa digunakan dalam proses pembelajaran dan banyak aplikasi yang bisa
menunjang pembuatan media pembelajaran yang menarik. Pelatihan-
pelatihan yang dilakukan juga mengajarkan banyak ilmu baru untuk guru-
guru agar dapat menciptakan pembelajaran yang menarik. Di samping itu,
ketika siswa diberikan pembelajaran yang menarik mereka lebih semangat
untuk belajar. Selain itu peluang untuk memasukkan pendidikan karaketer
dan etika kepada siswa juga semakin mudah dengan adanya difrensiasi
materi pembelajaran yang di terima oleh siswa. Untuk tantangan yang di
antisipasi pihak sekolah adalah penggunaan gadget yang berlebihan. Karena
disamping guru yang diminta untuk kreatif dalam pembuatan media
pembelajatran dengan menggunakan teknologi, siswa juga diminta kreatif
dalam pembelajaran. Ujian sekolahpun sudah berbasis google form. Namun
hal itu bisa diantisipasi dengan komuikasi dan kolaborasi secara intens
dengan orang tua murid serta membuat beberapa aturan untuk penggunaan
gadget.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitain sederhana yang dilakukan penelitian di SDIT Rabbani
Lawang Agung muara enim sumatera selatan khususnya kelas 1 hingga kelas 4 yang
sudah menggunakan kurikulum merdeka. Dalam penyusunan kurikulum dilakukan
secara mandiri dengan tetap melibakan dewan guru serta tetp menyesuiakan dengan
kondisi lingkungna sekolah dan kesiapan siswa serta sarana prasarana sekolah. Untuk
kelas 1 hingga 4 penerapan kurikulum merdeka baru berjalan satu semester yaitu 6
bulan berjalan. Dalam penerapan kurikulum merdeka selama kurang lebih 6 bulan ini
dikatakan belum begitu berjalan secara maksimal, hanya terjadi beberapa perubahan
khususnya semangat dan partisipasi siswa dalam mengikuti program P5 (Projek
Penguatan Pancasila Profil Pelajar Pancasila).
Namun pada aspek pembelajaran di kelas belum mengalami perubahan yang
signifikan cenderung sama seperti penerapan kurikulum K13. Hal ini disebabkan
karena guru dan pihak sekolah belum memahami secara baik konsep pembelajaran
kurikulum merdeka yang berbasis pembelajaran berdiferensiasi, namun untuk
meningkatkan pengetahuan konsep pembelajaran kurikulum merdeka, pihak sekolah
berkolaborasi dengan berbagai komunitas, guru penggerak dan dinas pendidikan
kabupaten untu mengadakan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas dan
pengetahuan tentang kurikulum merdeka. Dukungan dari pihak orang tua murid
sangat baik sehingga memperlancar pengimplementasian program kurikulum
merdeka dengan konsep kolaborasi. Selain beberapa kendala di atas, melalui
wawancara dapat dicarikan solusi melalui rapat kordinasi mingguan, pertemuan rutin
pihak sekolah atau dewan guru dengan orang tua murid serta sharing dan kolaborasi
dengan sekolah lain yang sudah menerapakn kurikulum merdeka.

DAFTAR PUSTAKA
Alawi, Dindin, Agus Sumpena, Supiana Supiana, dan Qiqi Yuliati Zaqiah.
“Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka Pasca Pandemi
Covid-19.” EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 4, no. 4 (3 Juli 2022): 5863–
73. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3531.

Dini, Avivah Rahma, Deti Novianti, dan Farid Setiawan. “Mini Riset:
Pengimplementasian Kurikulum Merdeka Belajar Di Kelas X SMA Negeri 1
Lendah, Kulon Progo,” t.t.

Haque, Aaisha, dan Solomon Arulraj David. “Effective Curriculum Implementation for
Optimal Teaching and Learning Experience: A Study from a Private School in
Dubai,” 2022.

“Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme


Guru di SMKS 2 Tamansiswa Pematangsiantar.” Jurnal Penelitian, Pendidikan dan
Pengajaran: JPPP 4, no. 1 (28 April 2023).
https://doi.org/10.30596/jppp.v4i1.13586.

Law, Mei Yuan. “A Review of Curriculum Change and Innovation for Higher
Education.” Journal of Education and Training Studies 10, no. 2 (13 Januari 2022): 16.
https://doi.org/10.11114/jets.v10i2.5448.
Nadhiroh, Syifaun, dan Isa Anshori. “IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,” t.t.

Pratiwi, Emy Yunita Rahma, Ratih Asmarani, Lina Sundana, Desty Dwi Rochmania,
Claudya Zahrani Susilo, dan Anggara Dwinata. “Analisis Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar terhadap Pemahaman P5 bagi Siswa Sekolah
Dasar.” Jurnal Basicedu 7, no. 2 (22 Mei 2023): 1313–22.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i2.4998.

Rahayu, Restu, Rita Rosita, Yayu Sri Rahayuningsih, Asep Herry Hernawan, dan
Prihantini Prihantini. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Penggerak.” Jurnal Basicedu 6, no. 4 (22 Mei 2022): 6313–19.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237.

Rambung, Olan Sulistia. “TRANSFORMASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN MELALUI


IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR,” t.t.

Supriani, Yuli, Fitri Meliani, Asep Supriyadi, Supiana Supiana, dan Qiqi Yuliati Zaqiah.
“The Process of Curriculum Innovation: Dimensions, Models, Stages, and
Affecting Factors.” Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (18 Mei 2022): 485–
500. https://doi.org/10.31538/nzh.v5i2.2235.

Syafi’i, Ahmad. “Analisis Kesiapan Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum


Merdeka Belajar di MTs As’adiyah Uloe.” Az-Zakiy: Journal of Islamic Studies 1,
no. 01 (8 November 2023): 9–14. https://doi.org/10.35706/azzakiy.v1i01.9965.

Hardianto, R., Suryani, A. I., & Tanamir, M. D. (2023). Persepsi guru geografi terhadap
Kurikulum Merdeka di Sekolah Menegah Atas (SMA) Kabupaten Solok
Selatan. Jurnal Horizon Pendidikan, 3(2), 197-208.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R dan D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif dan R&D.” Bandung : Alfabeta, 2009

Arikunto, S. (2005). MANAJEMEN PENELITIAN. Jakarta Rineka Cipta

Vous aimerez peut-être aussi