Vous êtes sur la page 1sur 13

MAKALAH BIOLOGI

KLASIFIKASI VIRUS RNA

DISUSUN OLEH :

TONI JEFO ANGGARA


ANDI MALARANGENG
APRICION MESA
DIPRANO ABDI PUTRA
KEYLA
VRATIWI
WIWIK

MATA PELAJARAN : BIOLOGI

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


SMA NEGERI 1 DELANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul
“KLASIFIKASI VIRUS RNA” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran Biologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama ini sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa, dan kekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Kudangan, 24 Oktober 2023


Penyusun

Toni Jefo Anggara & Anggota


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Pertanyaan..........................................................................................
D. Hipotesis.............................................................................................
E. Tujuan dan Manfaat...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................
A. Metode................................................................................................
B. Populasi..............................................................................................
C. Waktu dan Tempat.............................................................................
D. Pelaksanaan........................................................................................
E. Jadwal.................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
A. Hasil...................................................................................................
B. Pembahasan........................................................................................
BAB V PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penemuan virus pertama kali dimulai tahun 1883 oleh Adolf Meyer. Saat itu
terdapat penyakit yang menyebabkan bintik-bintik kuning pada daun tembakau.
Penyakit ini kemudian dikenal dengan penyakit mosaik tembakau. Namun, Meyer
belum bisa mengidentifikasi patogen penyebab penyakit tersebut. Pada tahun 1892,
Dmitri Ivanosky menemukan bahwa penyebab penyakit tersebut adalah patogen yang
sangat kecil dan penghasil toksin atau racun.
Pada tahun 1897, seorang ilmuwan Belanda bernama Martinus Beijerinck meneliti
perkembangbiakan patogen ini. Namun, yang dia temukan adalah patogen ini tidak
dapat dikembangbiakan di cawan petri seperti bakteri. Patogen tersebut tetap
menyebabkan penyakit walau berkali-kali dipindahkan. Selain itu, patogennya tidak
mati walau telah disiram alkohol. Beijerinck menyimpulkan bahwa patogen tersebut
adalah partikel yang lebih kecil dan lebih sederhana dari bakteri.
Pada tahun 1935, ilmuwan asal Amerika bernama Wendell Meredith Stanley
berhasil mengkristalkan patogen pada tumbuhan tembakau tersebut. Patogen itu diberi
B. RUMUSAN MASALAH
Virus adalah mikroorganisme yang berukuran lebih kecil dari bakteri.
Mikroorganisme ini hanya terdiri atas inti materi genetik, yaitu DNA dan RNA, serta
lapisan pelindung berupa protein.
Berbeda dengan bakteri, virus bersifat parasit dan tidak bisa hidup tanpa inang,
seperti manusia, hewan, atau tumbuhan. Virus yang menyerang sel inang akan
bereproduksi dan membunuh sel inang tersebut. Virus dapat menyerang berbagai
jaringan atau organ dalam tubuh, seperti saluran pernapasan atau saluran pencernaan.
Meski demikian, tidak semua virus yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan
penyakit. Hal tersebut terjadi karena daya tahan tubuh yang bekerja dengan baik dapat
melawan virus yang masuk.
C. PERTANYAAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kelompok kami dapat merumuskan
suatu pokok masalah, yang kemudian merumuskannya sebagai berikut :
1. Apakah bisa virus menguntungkan?
D. HIPOTESIS
Bisa, dengan cara dibuat menjadi vaksin.
E. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan vaksin yang paling mendasar adalah sebagai upaya mencegah penyakit
menular. Hal ini karena vaksin dapat memberikan tubuh Anda pertahanan dan
perlindungan dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya. Vaksin adalah zat atau
senyawa yang berfungsi untuk membentuk daya tahan tubuh. Vaksin dapat
merangsang tubuh agar menghasilkan antibodi yang dapat melawan kuman penyebab
infeksi. Vaksin mengandung virus atau bakteri, baik yang masih hidup maupun yang
sudah dilemahkan. Vaksinasi dapat diberikan dalam bentuk suntikan, tetes minum,
atau melalui uap (aerosol).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penemuan virus pertama kali dimulai tahun 1883 oleh Adolf Meyer. Saat itu
terdapat penyakit yang menyebabkan bintik-bintik kuning pada daun tembakau.
Penyakit ini kemudian dikenal dengan penyakit mosaik tembakau. Namun, Meyer
belum bisa mengidentifikasi patogen penyebab penyakit tersebut. Pada tahun 1892,
Dmitri Ivanosky menemukan bahwa penyebab penyakit tersebut adalah patogen yang
sangat kecil dan penghasil toksin atau racun.
Pada tahun 1897, seorang ilmuwan Belanda bernama Martinus Beijerinck meneliti
perkembangbiakan patogen ini. Namun, yang dia temukan adalah patogen ini tidak
dapat dikembangbiakan di cawan petri seperti bakteri. Patogen tersebut tetap
menyebabkan penyakit walau berkali-kali dipindahkan. Selain itu, patogennya tidak
mati walau telah disiram alkohol. Beijerinck menyimpulkan bahwa patogen tersebut
adalah partikel yang lebih kecil dan lebih sederhana dari bakteri.
Pada tahun 1935, ilmuwan asal Amerika bernama Wendell Meredith Stanley
berhasil mengkristalkan patogen pada tumbuhan tembakau tersebut. Patogen itu diberi
nama Tobacco Mosaic Virus (TMV).
Ciri-ciri virus
 Ukurannya sangat kecil, yaitu hanya berkisar 0.02 mikron sampai 200 mikron
 Tubuhnya terdiri atas selubung proton (kapsid) dan bahan inti berupa RNA dan
DNA
 Tidak memiliki membran dan organel sel yang penting untuk kehidupan
 Hanya bisa bereproduksi jika berada di dalam sel hidup
 Dapat dihilangkan dengan sinar X
 Terdapat beberapa bentuk yang berbeda, seperti batang, bulat, filamen,
polyhedral, dan seperti huruf T
https:kompas.com/sejarah-virus
BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODE
1. Observasi
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yaitu penyakit yang menular
dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan yang terinfeksi penyakit
rabies. Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing,
kelelawar, kucing dan kera. Di Indonesia rabies atau yang dikenal dengan
“penyakit anjing gila” masih menjadi salah satu masalah yang mengancam
kesehatan masyarakat.
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit menular akut, menyerang
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Lyssavirus. Virus rabies bisa menular
melalui air liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan
yang terinfeksi rabies, hewan yang berisiko tinggi tinggi untuk menularkan rabies
umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan
vaksin rabies.
Gejala masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4 - 12 minggu, setelah masa
inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala mirip flu, demam
otot melemah, kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan, sakit atau nyeri
kepala, demam, mual dan muntah, merasa gelisah, bingung atau terancam tanpa
ada penyebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan
menelan ketika makan atau minum serta produksi air liur berlebih. Gejala rabies
pada manusia berkembang secara bertahap dimulai dengan gejala awal yang mirip
flu lalu berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Meski bisa
berakibat fatal, pasien tetap berpeluang sembuh asal segera diobati setelah
terpapar virus rabies.
Beberapa cara penanganan luka gigitan hewan penularan rabies pada manusia
cuci luka gigitan secepatnya dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit lalu
diberikan antiseptic, segera dibawa ke rumah sakit untuk kembali dilakukan
pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti
Rabies (SAR), penanganan luka sesegera mungkin efektif dapat mencegah
timbulnya gejala dan kematian.
2. Eksperimen
Belum ada pemeriksaan yang dapat mendiagnosis rabies sesaat setelah
seseorang digigit hewan yang diduga membawa virus rabies. Penyakit ini hanya
dapat dideteksi ketika gejalanya sudah muncul.
Untuk menegakkan diagnosis rabies, dokter akan melakukan tanya jawab
mengenai gejala yang dialami, jenis hewan yang menggigit atau mencakar pasien,
dan apakah pasien sudah pernah menerima vaksin rabies.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat luka
gigitan atau cakaran. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar
risiko terjadinya infeksi rabies pada pasien, seperti dijelaskan di bawah ini:
 Kategori luka risiko rendah, jika kontak hanya berupa sentuhan atau jilatan di
kulit yang tidak memiliki luka terbuka
 Kategori luka risiko sedang, jika kontak berupa gigitan kecil yang tidak dalam,
serta cakaran atau lecet yang tidak menyebabkan perdarahan
 Kategori luka risiko tinggi, jika kontak berupa gigitan atau cakaran ke mata,
mulut, atau luka terbuka yang sampai menembus kulit dan menyebabkan
perdarahan
Pada pasien yang telah menunjukkan gejala, dokter akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, seperti:
 Tes PCR, dengan menggunakan sampel air liur hingga cairan serebrospinal
 Tes antibodi, untuk mendeteksi antibodi yang melawan virus rabies dengan
mengambil sampel air liur atau darah pasien
 Biopsi kulit
Jika memungkinkan, pemantauan tanda-tanda rabies perlu dilakukan selama
10 hari pada hewan yang menggigit.

B. POPULASI
Rabies disebabkan oleh virus Lyssavirus dari golongan Rhabdoviridae. Virus ini
umumnya masuk ke tubuh manusia melalui cakaran atau gigitan hewan yang
terinfeksi virus rabies. Jilatan hewan yang terinfeksi ke mulut, mata, atau luka
terbuka, juga bisa menjadi cara virus rabies menular dari hewan ke manusia.
Semua virus rabies yang ada kemungkinan telah berevolusi dalam 1.500 tahun
terakhir. Terdapat tujuh genotipe virus rabies. Di Eurasia, kasus rabies dipicu oleh
tiga dari tujuh genotipe tersebut, yaitu genotipe 1 (rabies klasik) dan yang lebih jarang
muncul adalah genotipe 5 and 6 (lyssavirus kelelawar Eropa tipe-1 dan -2). Genotipe
1 berkembang di Eropa pada abad ke-17 dan kemudian menyebar ke Asia, Afrika, dan
Amerika akibat penjelajahan dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa.
Meski sebagian besar kasus rabies terjadi karena gigitan anjing, rabies juga bisa
ditularkan oleh kucing, kelinci, rakun, atau kelelawar lewat gigitan dan cakaran.

C. WAKTU DAN TEMPAT


 Pukul 14 : 30 Kamis, 19 Oktober 2023 di rumah Toni Jefo Anggara
 Pukul 13 : 21 Selasa, 24 Oktober 2023 di rumah Toni Jefo Anggara
D. PELAKSANAAN
Menggunakan prosedur kerja ilmiah dari awal-akhir.
E. JADWAL
 Pukul 14 : 30 Kamis, 19 Oktober 2023 di rumah Toni Jefo Anggara
 Pukul 13 : 21 Selasa, 24 Oktober 2023 di rumah Toni Jefo Anggara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada pemeriksaan yang dapat
mendiagnosis rabies sesaat setelah seseorang digigit hewan yang diduga
membawa virus rabies. Penyakit ini hanya dapat dideteksi ketika gejalanya sudah
muncul.

B. PEMBAHASAN
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yaitu penyakit yang menular dari
hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan oleh hewan yang terinfeksi penyakit rabies.
Hewan utama sebagai penyebab penyebaran rabies adalah anjing, kelelawar, kucing
dan kera. Di Indonesia rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih
menjadi salah satu masalah yang mengancam kesehatan masyarakat.
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit menular akut, menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh Lyssavirus. Virus rabies bisa menular melalui air
liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang luka oleh hewan yang terinfeksi
rabies, hewan yang berisiko tinggi tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah
hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.
Gejala masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4 - 12 minggu, setelah masa
inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami gejala mirip flu, demam
otot melemah, kesemutan atau merasa terbakar di area gigitan, sakit atau nyeri kepala,
demam, mual dan muntah, merasa gelisah, bingung atau terancam tanpa ada
penyebab, hiperaktif, halusinasi, insomnia atau gangguan tidur, kesulitan menelan
ketika makan atau minum serta produksi air liur berlebih. Gejala rabies pada manusia
berkembang secara bertahap dimulai dengan gejala awal yang mirip flu lalu
berkembang menjadi gangguan neurologis yang parah. Meski bisa berakibat fatal,
pasien tetap berpeluang sembuh asal segera diobati setelah terpapar virus rabies.
Beberapa cara penanganan luka gigitan hewan penularan rabies pada manusia cuci
luka gigitan secepatnya dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit lalu diberikan
antiseptic, segera dibawa ke rumah sakit untuk kembali dilakukan pencucian luka dan
mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR), penanganan
luka sesegera mungkin efektif dapat mencegah timbulnya gejala dan kematian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Rabies adalah infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf manusia. Virus
rabies yang bernama Lyssavirus menular ke manusia melalui gigitan hewan. Itulah
mengapa penyakit ini termasuk penyakit zoonosis. Di Indonesia, penyakit ini terkenal
dengan nama penyakit anjing gila. Hal ini karena hewan yang paling sering
menyebabkan rabies adalah anjing. Meski begitu, ada banyak hewan lain yang juga
bisa menyebabkan penyakit ini, seperti kucing, kelelawar dan kera. Hewan yang
terinfeksi bisa menularkan virus penyakit tersebut melalui air liur, gigitan, atau
cakaran dan jilatan pada kulit seseorang yang terluka. Biasanya, hewan yang berisiko
tinggi menularkan rabies adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak
mendapatkan vaksin rabies.
Penyebab rabies adalah infeksi virus Lyssavirus. Virus ini menyebar melalui air
liur hewan yang terinfeksi. Hewan yang terinfeksi dapat menyebarkan virus melalui
gigitan hewan atau orang lain. Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat
menyebar ketika air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam luka terbuka atau
selaput lendir, seperti mulut atau mata. Hal ini bisa terjadi jika hewan tersebut
menjilat luka terbuka di kulit kamu.
Semua hewan mamalia bisa menyebarkan virus rabies. Namun, berikut hewan
yang paling umum menularkan penyakit tersebut:
 Hewan peliharaan dan ternak, seperti kucing, sapi, anjing, musang, kambing,
kuda.
 Hewan liar, seperti kelelawar, berang-berang, rubah, monyet, rakun, sigung.

B. SARAN
Agar tidak terjangkit virus rabies sebaiknya melakukan pencegahan yang di
antaranya sebagai berikut :
 Vaksinasi hewan peliharaan, terutama anjing dan kucing.
 Hindari kontak hewan peliharaan dengan hewan liar, terutama yang menunjukkan
gejala. Kamu juga perlu menjaga jarak dengan hewan liar. Kamu bisa mewaspadai
hewan tersebut dengan mengetahui Ini Cara Mengenali Tanda Anjing Terkena
Rabies.
 Tutup semua celah dan lubang di rumah yang bisa jadi sarang hewan liar.
 Dapatkan vaksin rabies, terutama bila kamu ingin bepergian atau sering berada di
sekitar hewan-hewan yang mungkin terinfeksi.
 Bila kamu digigit atau dicakar binatang liar, segera temui dokter sesegera
mungkin.
Selain itu, pencegahan dan pemberantasan penyakit ini dapat kamu lakukan
dengan memberi vaksin rabies pada hewan peliharaan, setiap 1 tahun sekali.

Vous aimerez peut-être aussi