Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HUKUM INTERNASIONAL
OLEH:
WIRINUS TABUNI
202302049
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan OPM dalam perspektif subjek
hukum internasional. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data (literature
buku, hasil penelitian, jurnal ilmiah, maupun publikasi resmi. Hasil yang diperoleh dari
penelitian menunjukkan bahwa instrumen hukum internasional yang mengatur tentang kaum
internasional adalah Konvensi Den Haag IV 1907 terkhusus dalam Pasal 1, 2, 3 tentang syarat-
syarat kaum pemberontak yang mendapatkan pengakuan internasional dan Konvensi Jenewa
1949, serta Protokol Tambahan II Konvensi Jenewa 1949 tentang perang dan pemberontakan,
Papua Merdeka (OPM) tidak termasuk sebagai subjek hukum internasional maupun sebagai
kaum pemberontak yang mendapatkan pengakuan internasional, karena OPM tidak memenuhi
kriteria-kriteria sebagai kaum pemberontak yang tertulis dalam Konvensi Den Haag IV 1907 dan
Konvensi Jenewa 1949. Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan bahwa diperlukan adanya
mendapatkan pengakuan sebagai subjek hukum internasional karena hingga saat ini kriteria-
kriteria kaum pemberontak hanya dilihat dari segi politis saja. Diperlukannya Memorandum of
Understanding (MoU) karena adanya keinginan yang kuat dari OPM untuk memisahkan diri dari
NKRI, sehingga melalui MoU tersebut diharapkan dapat memberikan kesepahaman dan
Pada zaman kolonial, Papua atau pada waktu itu bernama Nugini Belanda, merupakan
salah satu daerah jajahan Belanda. Selama Perang Dunia, Nugini Belanda dan Papua Nugini
bergabung menjadi sekutu pasukan Amerika Serikat menolak penjajahan Jepang di area Pasifik.
Setelah Perang Dunia berakhir, barulah belanda mulai mengadakan sistem pendidikan di Papua
yang menciptakan elit-elit lokal. Belanda bermaksud menjadikan Papua sebagai daerah untuk
Seperti di Indonesia, dari kaum terpelajar Papua inilah terbangun ide dan konsep nasionalisme
Papua, yang merupakan akar dari lahir nya gerakan/organisasi yang memperjuangkan
Dari sisi sosial, rakyat papua sendiri tidak pernah terlibat langsung dalam arus nasionalisme
Indonesia, baik dalam peristiwa proklamasi ataupun terlibat dalam pembentukan BPUPKI.
Disisi lain, Soekarno dan Muhammad Yamin sangat berkeinginan menjadikan Papua sebagai
bagian dari Indonesia, hal ini pernah ditentang oleh Bung Hatta, ia menyatakan bahwa Papua
merupakan bangsa sendiri, menurutnya Indonesia untuk beberapa dekade kedepan belum
siap untuk mengajari rakyat Papua. Namun dalam sidang BPUPKI suara Hatta menjadi
minoritas. Diputuskan bahwa wilayah Indonesia adalah bekas wilayah negara Hindia Belanda,
Setelah proklamasi kemerdekaan,1 Papua masih belum menjadi bagian dari Indonesia. Belanda
1Ibid.
3 Syamsuddin Haris, 1999, Indonesia Diambang Perpecahan, Erlangga, Jakarta, Hlm
Selama 11 tahun itu Indonesia telah mengusahakan penyelesaian bilateral dengan Belanda.
Namun, karena Belanda tak mengindahkannya, Indonesia membawa persoalan Irian Barat ke
forum PBB pada 1954, 1955, 1957, dan 1960. Namun selalu berakhir dengan tidak adanya kata
sepakat.
Akhirnya pada tahun 1961, Soekarno membentuk Tri Komando Rakyat alias Trikora.
Intinya, gagalkan pembentukan “negara boneka Papua” dan kibarkan Sang Merah Putih di Irian
Barat. Itu sekaligus penanda dimulainya kampanye militer merebut Irian Barat dari penguasaan
Belanda.
Konflik militer dalam skala besar nyaris pecah setelah RI mengerahkan pasukannya secara besar-
Belanda bahkan membentuk pasukan sukarelawan lokal bernama Papua Volunteer Corps ( PVC)
yang sudah terlatih baik dan sempat bertempur melawan pasukan RI ketika melancarkan Operasi
Trikora.
Karena takut Indonesia jatuh ke tangan komunis, Penasihat Keamanan Nasional McGeorge
Bundy melobi Presiden A.S. John F. Kennedy untuk menegosiasikan transfer pemerintahan
Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy dan ditandatangani oleh Belanda,
2
4 Taufik Tuhana, 2001, Mengapa Papua Bergolak, Gama Global Media, Yogjakarta, Hlm.
33 5 M. Fathoni Hakim, 2010, “Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka; Suatu Studi
Kasus Tentang Integrasi Politik di Irian Jaya dari tahun 1964-1984”, Tesis, Pascasarjana Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, Hlm. 145
Ditetapkan bahwa Indonesia akan mengurus Papua secara administratif, yang dilanjutkan dengan
referendum yang dinamakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) untuk menentukan apakah
Akan tetapi sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa
kurang puas karena secara fakta mereka masih marginal dan miskin. Papua yang
luasnya empat kali lipat pulau Jawa dan memiliki sumber daya alam yang sangat
Papua dan diskriminasi politik dan hukum. Dalam perspektif kekecewaan historis,
3
Yan Pieter Rumbiak, Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua, Menyelesaikan Pelanggaran Hak
Asasi Manusia dan Membangun Nasionalisme Di Daerah Krisis Integrasi, Jakarta, Papua
International Education, 2005, h.36
Deklarasi Republik Papua Barat
Bulan Juli 1998, OPM mengibarkan bendera mereka di menara air kota Biak di pulau Biak.
Mereka menetap di sana selama beberapa hari sebelum militer Indonesia membubarkan
mereka. Filep Karma termasuk di antara orang-orang yang ditangkap. TNI-Polri dikerahkan
membubarkan massa pada 6 Juli 1998. Perserta aksi ditangkap, ditembaki dan disiksa. Bahkan
warga yang diduga tidak terlibat dalam agenda itu juga menjadi korban. "Mayat korban sebagian
besar hilang dan belum diketahui oleh keluarganya. Dan diperigati sebagai peristiwa biak
berdarah
Tanggal 24 Oktober 2011, Dominggus Oktavianus Awes, kepala polisi Mulia, ditembak oleh
orang tak dikenal di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Kepolisian Indonesia menduga sang penembak
adalah anggota OPM. Rangkaian serangan terhadap polisi Indonesia memaksa mereka
Tanggal 8 April 2012, OPM menyerang sebuah pesawat sipil Trigana Air setelah mendarat yang
akan parkir di Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua. Lima militan bersenjata OPM tiba-tiba
melepaskan tembakan ke pesawat, sehingga pesawat kehilangan kendali dan menabrak sebuah
bangunan. Satu orang tewas, yaitu Leiron Kogoya, seorang jurnalis Papua Pos yang mengalami
luka tembak di leher. Pilot Beby Astek dan Kopilot Willy Resubun terluka akibat pecahan
peluru. Yanti Korwa, seorang ibu rumah tangga, terluka di lengan kanannya dan anaknya yang
4
berusia 4 tahun, Pako Korwa, terluka di tangan kirinya. Pasca-serangan, para militan mundur ke
4
George Junus Aditjonro, 2000, Cahaya Bintang Kejora: Papua dalam Kajian Sejarah,
Budaya, Ekonomi dan HAM, Elsham, Jakarta, Hlm. 35
7 John RG Djopari, 2003, Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka, Grasindo, Jakarta,
Hlm.1-2
8 Ibid.
9 Ibid.
Tanggal 1 Juli 2012, patroli keamanan rutin yang diserang OPM mengakibatkan seorang warga
sipil tewas. Korban adalah presiden desa setempat yang ditembak di bagian kepala dan perut.
Tanggal 9 Juli 2012, tiga orang diserang dan tewas di Paniai, Papua. Salah satu korban adalah
anggota TNI. Dua lainnya adalah warga sipil, termasuk bocah berusia 8 tahun. Bocah tersebut
Konflik Nduga, 263 Orang Tewas sejak 2018, Kebanyakan karena Kelaparan Mengungsi
ke Hutan. JAYAPURA, KOMPAS.com - Sebanyak 263 warga sipil tewas dalam konflik sosial
1 Desember 2018, Sebanyak 31 pekerja jembatan di Jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga
dibunuh kelompok kriminal bersenjata bagian dari faksi militer OPM. Pembunuhan itu dilakukan
Sejak awal 2021 setidaknya telah terjadi lima kali konflik antara KKB dan aparat keamanan yang
menewaskan dua prajurit TNI, serta menyebabkan seorang warga dan seorang anggota KKB
meninggal dunia5. Penembakan di Intan Jaya membuat sekitar 600 warga 'mengungsi
karena takut
5
Kejahatan terhadap keamanan negara diatur dalam Pasal 106 KUHP yang berbunyi:
“makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ketangan musuh
untuk memisahkan sebagian dari wilayah negara, diancam dengan pidana seumur hidup atau
pidana penjara sementara paling lama 20 tahun”. Lihat pula dalam Pasal 108 ayat (1): “Barang
siapa bersalah karena pemberontakan diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.
Ayat (2): “Para pemimpi dan pengatur pemberontakan diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau penjara 20 tahun”.
11Sumaryo Suryokusumo, 2007, Studi Kasus Hukum Internasional, PT Tatanusa, Jakarta,
Hlm. 126
B.RUMUSAN MASALAH
Tujuan penelitian :
yang lebih kuat dan mapan , opm bisa disebut sebagai kelompok yang sudah kuat ,karena
OPM sudah tersebar di seluruh papua kota maupun pedalaman papua dan OPM juga kuat
baik secara politik, organisasi dan militer, sehingga tampak sebagai satu kesatuan politik yang
mandiri. Kemandirian kelompok semacam ini tidak hanya ke dalam tetapi juga keluar.
Maksudnya adalah bahwa dalam batas-batas tertentu dia sudah mampu menampakkan diri
pada tingkat internasional atas keberadaannya sendiri. Belligerent pada awalnya muncul
sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu,
pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan
akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara- negara lain, maka salah satu
sikap yang dapat diambil adalah mengakui eksistensi atau menerima belligerent sebagai
pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak