Vous êtes sur la page 1sur 8

EXAMEN DE FIN DE SEMESTRE

Cours : Analisis Wacana

Professeur : Marliza Arsiyana

Durée de l’épreuve : 90 minutes

Date : lundi, 4 décembre 2023

Carilah berita terkini di media online berbahasa Prancis, kemudian analisis lah dengan menggunakan
salah satu model AWK yang sudah kalian pelajari!
A. TEKS BERITA
L'Afrique du sud célèbre les dix ans de la mort de Nelson Mandela

LE 05 DÉC. 2023 À 08H20 (TU) Par TV5MONDE AFP

Son sourire s'affiche toujours en grand, peint sur plusieurs immeubles du centre de Johannesburg.
L'Afrique du Sud marque mardi les dix ans de la mort de Nelson Mandela, entre nostalgie de son intégrité
et déception de ce qui a suivi.
Le président sud-africain, Cyril Ramaphosa, ne prévoit pas de s'exprimer. Mais en fin de journée, la
Pakistanaise Malala Yousafzai, prix Nobel 2014 pour son combat pour l'éducation, a été choisie pour
prononcer le discours anniversaire dans un grand théâtre de Johannesburg.

L'anniversaire a un goût doux-amer pour l'Afrique du Sud. Avec d'un côté le souvenir de Madiba, celui
qui leur a apporté la démocratie, l'ex-bagnard de Robben Island devenu le premier président noir du pays
après avoir défait le régime raciste de l'apartheid, une star mondiale qui s'est éteinte à 95 ans le 5
décembre 2013.

Et de l'autre, en miroir, la situation actuelle du pays, toujours dirigé par son parti de l'ANC mais plombé
par la corruption et les pannes d'électricité, et devenu le plus inégalitaire au monde selon la Banque
mondiale.

"On aime ce qu'il (Mandela) a fait, on apprécie la liberté qu'il nous a offerte. J'aimerais juste que son
héritage puisse se prolonger", confie à l'AFP Prosper Nkosi, qui vit près de l'ancienne maison de
Mandela à Soweto, l'immense township collé à Johannesburg, témoin et acteur de la lutte contre
l'apartheid.
Mais "en dix ans, pas grand chose n'a changé ou ne s'est amélioré", ajoute-t-il.
Nelson Mandela est mort entouré des siens après un long crépuscule et des mois d'agonie, et d'angoisse
pour les Sud-Africains et ses admirateurs du monde entier, au cours desquels son entourage se contentait
de répéter que le vieux sage était dans un état "critique mais stable".

Nostalgie et symbole

La Fondation Mandela a organisé ce mois-ci dans la capitale économique sud-africaine une modeste
exposition interactive intitulée "Mandela est mort", pour que les visiteurs puissent y laisser des messages,
leurs critiques et espoirs, dix ans après.

Le visage de Madiba, son nom de clan, reste très présent : sur les billets de banque, sur de nombreuses
peintures murales dans les villes et townships et plus officiellement par la présence de dizaines de statues.
Dont celle, de plain-pied et de neuf mètres de haut, qui le représente les bras ouverts et trône devant le
bâtiment où siège le gouvernement à Pretoria.

Pour Njabulo Mngadi, un habitant de Johannesburg, l'"Afrique du Sud doit redécouvrir "l'esprit de
Mandela" pour mieux changer. "On devrait continuer son oeuvre", car "il y a toujours des choses qui ne
vont pas en Afrique du Sud".

Verne Harris, président par intérim de la fondation Mandela et qui a longtemps été l'archiviste de Madiba,
reconnaît qu'une "nostalgie profonde" reste palpable chez nombre de Sud-Africains.

Mais il redoute qu'en "s'accrochant à ce symbole", le pays ne fasse du surplace : "Il est peut-être temps de
le laisser partir, et de nous trouver de nouveaux modèles", estime-t-il.

B. MODEL

Model yang saya gunakan adalah pernyataan Ruth Wodak tentang Discourse-Historical Approach
(DHA) dapat dikorelasikan dengan teks mengenai peringatan sepuluh tahun kematian Nelson Mandela.
Dalam konteks ini, DHA dapat digunakan untuk menganalisis cara bahasa dan praktik semiotika lainnya
dalam teks tersebut membangun hubungan antara ideologi dan institusi sosial, serta bagaimana ideologi
diproduksi dan dipertahankan dalam berbagai institusi.

1. Konsep – konsep Kunci DHA

 Ideologi: Teks ini mempresentasikan ideologi yang dipengaruhi oleh representasi


mental, keyakinan, opini, sikap, evaluasi terhadap Nelson Mandela. Terlihat bahwa
Mandela dianggap sebagai sosok yang membawa demokrasi dan kebebasan bagi Afrika
Selatan
 Kekuasaan: Ada indikasi kekuasaan dalam teks melalui pembahasan situasi saat ini di
Afrika Selatan. Meskipun masih diperintah oleh partai ANC, teks menyoroti masalah
korupsi dan ketidaksetaraan, menunjukkan bahwa posisi kekuasaan tidak selalu
mencerminkan keadaan yang adil atau positif.
 Kritis: Teks memberikan elemen kritis dengan merinci dualitas antara warisan Mandela
yang positif dan kenyataan negatif saat ini di Afrika Selatan. Kritik terhadap
ketidakberubahannya seiring berjalannya waktu menjadi jelas melalui pernyataan seperti
"en dix ans, pas grand chose n'a changé ou ne s'est amélioré" ("dalam sepuluh tahun,
tidak banyak yang berubah atau membaik").
 Sejarah: Pemahaman konteks sejarah diperlihatkan dalam teks, terutama dengan merujuk
pada peran Mandela dalam mengakhiri rezim apartheid. Relevansi sejarah terlihat dalam
pembahasan tentang warisan Mandela dan bagaimana perubahan sosial dan politik terkait
dengannya.

2. Metodologi DHA

 Strategi 1: Penentuan Subjek

Teks mengkonstruksi wacana tentang Nelson Mandela sebagai pahlawan nasional dan simbol
demokrasi. Penggunaan bahasa figuratif seperti "Madiba" sebagai nama klan dan referensi
terhadap perjuangan melawan apartheid.

 Strategi 2: Penentuan Predikat

Ada kualifikasi wacana tentang kondisi saat ini di Afrika Selatan, dengan referensi terhadap
korupsi dan ketidaksetaraan.

 Strategi 3: Argumentasi

Teks mencoba membenarkan pandangan bahwa meski Mandela dihormati, masih ada
kekecewaan terhadap perkembangan negara setelahnya. Ada referensi terhadap korupsi dan
ketidaksetaraan sebagai bukti bahwa tidak banyak yang berubah.

 Strategi 4: Pembentukan Perspektif atau Representasi Wacana

Wacana diposisikan antara nostalgia terhadap Mandela dan kekecewaan terhadap kondisi saat
ini. Penampilan fisik Mandela masih hadir dalam bentuk patung dan lukisan, menciptakan
representasi visual warisan sekaligus kontrast dengan kenyataan.

 Strategi 5: Intensifikasi, Peredaan

Pemakaian kata-kata seperti "nostalgie" dan "symbole" menciptakan intensitas emosional.


Pemilihan kata yang merujuk pada keadaan kritis Mandela sebelum kematiannya menekankan
momen tersebut.
3. Triangulasi dan Langkah – Langkah DHA

 Co-tekstual dan Co-wacana: Teks mencerminkan hubungan antara konteks sejarah sosial-
politik yang lebih luas dan situasi saat ini di Afrika Selatan. Penggunaan bahasa, penempatan
kutipan, dan pemilihan kata-kata dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari co-wacana yang
mencerminkan pandangan terhadap Mandela dan situasi saat ini.

 Variabel Social di Luar Bahasa: Teks menyoroti perbedaan antara masa pemerintahan Mandela
dan kondisi saat ini, termasuk korupsi dan ketidaksetaraan di Afrika Selatan. Variabel sosial di
luar bahasa seperti situasi ekonomi dan politik menjadi bagian dari analisis.

 Konteks Sejarah Sosial-Politik yang Lebih Luas: Teks mengaitkan perayaan sepuluh tahun
kematian Mandela dengan evaluasi terhadap perkembangan negara selama periode tersebut,
menciptakan konteks sejarah sosial-politik yang lebih luas.

Langkah-Langkah DHA dalam Analisis Teks:

1. Mengaktifkan dan Mengonsultasikan Pengetahuan Teoretis Sebelumnya

Dalam teks yang memperingati sepuluh tahun kematian Nelson Mandela di Afrika Selatan,
peristiwa saat ini menciptakan kerangka analisis yang mencerminkan sejarah dan warisan
Mandela. Kesamaan dengan masa lalu tergambar dalam konteks politik dan sosial negara
tersebut. Nelson Mandela, sebagai pemimpin yang membawa demokrasi dan mengakhiri
rezim apartheid, masih dihormati sebagai simbol perubahan positif. Namun, saat ini, kendati
negara tetap dipimpin oleh partai ANC, masalah korupsi dan ketidaksetaraan ekonomi
menggambarkan perubahan yang belum sepenuhnya positif. Masyarakat menyatakan
harapannya agar warisan Mandela terus diperjuangkan, meskipun kekecewaan terhadap
kurangnya perubahan yang signifikan dalam sepuluh tahun terakhir juga terungkap. Analisis
terhadap kondisi politik dan sosial saat ini di Afrika Selatan diposisikan dalam konteks
sejarah dan warisan Mandela, mencerminkan upaya untuk mengenang nilai-nilai masa lalu
sambil menghadapi tantangan dan perubahan masa kini. Ini sejalan dengan prinsip triangulasi
dalam analisis diskursus kritis, di mana berbagai sumber dan konteks digunakan untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap situasi yang kompleks.

2. Pengumpulan Data dan Informasi Konteks:

Warga Afrika Selatan mengekspresikan perasaan campuran terkait peringatan sepuluh tahun
kematian Nelson Mandela. Di satu sisi, terdapat nostalgia yang mendalam terhadap Madiba,
sebutan akrab untuk Mandela, sebagai tokoh yang membawa demokrasi dan mengakhiri
apartheid. Wajahnya yang terpampang di berbagai tempat, termasuk di gedung-gedung dan
uang kertas, menjadi simbol perjuangan dan kebebasan. Meskipun begitu, ada juga rasa
kekecewaan dan frustrasi terhadap situasi saat ini di Afrika Selatan. Meskipun negara masih
dipegang oleh partai ANC, masalah korupsi dan ketidaksetaraan ekonomi menjadi pukulan
tersendiri. Warga menyampaikan harapan agar warisan Mandela terus diperjuangkan, namun
beberapa mengungkapkan ketidakpuasan karena kurangnya kemajuan yang nyata dalam
sepuluh tahun terakhir. Sebagian merasa bahwa nilai-nilai dan cita-cita Mandela mungkin
perlu dihidupkan kembali untuk menghadapi tantangan masa kini. Pendapat beragam ini
menciptakan gambaran bahwa peringatan sepuluh tahun kematian Mandela menciptakan
refleksi dan perasaan kompleks di kalangan warga Afrika Selatan.

3. Seleksi dan Persiapan Data untuk Analisis Khusus:

Peringatan sepuluh tahun kematian Nelson Mandela di Afrika Selatan menyoroti fokus
analisis pada dua aspek utama: pernyataan warga lokal dan evaluasi situasi negara. Warga
lokal mengekspresikan perasaan nostalgia terhadap Mandela sebagai pahlawan demokrasi
dan pelopor pembebasan dari kekuasaan apartheid. Namun, dalam pandangan mereka,
perasaan kekecewaan muncul karena sedikitnya perubahan positif yang terjadi dalam dekade
terakhir. Meskipun Mandela tetap menjadi simbol yang hadir dalam berbagai bentuk, mulai
dari lukisan hingga patung, analisis situasi negara menunjukkan bahwa meski masih
diperintah oleh ANC, Afrika Selatan dihadapkan pada tantangan korupsi dan ketidaksetaraan
ekonomi yang signifikan. Dengan demikian, fokus analisis ini mencerminkan dinamika
kompleks antara penghargaan terhadap warisan Mandela dan kekhawatiran terhadap kondisi
saat ini, menciptakan gambaran yang nuansa tentang perkembangan negara setelah kepergian
ikon demokrasi tersebut.

4. Spesifikasi Masalah Riset dan Rumusan Asumsi:

Riset yang muncul dari peringatan sepuluh tahun kematian Nelson Mandela di Afrika Selatan
adalah bagaimana perasaan nostalgia dan kekecewaan masyarakat lokal mencerminkan
dinamika sosial dan politik negara, serta dampaknya terhadap persepsi terhadap
perkembangan saat ini. Perasaan nostalgia muncul dari asumsi bahwa masa pemerintahan
Mandela dianggap sebagai periode yang lebih ideal dan bersejarah, dibandingkan dengan
kondisi sekarang. Sebaliknya, kekecewaan timbul karena perbandingan antara harapan positif
yang ditanamkan oleh Mandela dan realitas yang dihadapi oleh masyarakat dalam sepuluh
tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai perasaan ini
dan bagaimana perbandingan antara masa lalu dan sekarang memengaruhi pandangan
masyarakat terhadap arah yang diambil oleh negara.
5. Analisis Kualitatif Penuntun:

Pandangan masyarakat tercermin dalam kutipan dari warga setempat seperti Prosper Nkosi,
yang mengakui penghargaan terhadap apa yang telah dilakukan Mandela, namun merasa
bahwa sedikit hal yang berubah atau membaik dalam sepuluh tahun terakhir. Ada harapan
agar warisan Mandela dapat terus hidup, tetapi realitasnya terkadang tidak sesuai dengan
impian tersebut.

Teks juga mencatat bahwa dalam peringatan sepuluh tahun kematian Mandela, tidak ada
pidato dari Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, tetapi Malala Yousafzai, seorang
aktivis pendidikan asal Pakistan, dipilih untuk memberikan pidato di acara tersebut. Hal ini
mungkin mencerminkan pengakuan terhadap perjuangan global untuk hak pendidikan,
sementara dalam konteks Afrika Selatan, masih ada tantangan dan kebutuhan untuk
melanjutkan perjuangan Mandela.

6. Studi tentang Kasus-kasus secara Mendetail:

Prosper Nkosi, seorang penduduk yang tinggal di dekat rumah Mandela di Soweto,
menyuarakan pandangannya terhadap kondisi negara dalam sepuluh tahun setelah kematian
Nelson Mandela. Nkosi mengungkapkan rasa penghargaan terhadap kebebasan yang dibawa
oleh Mandela, mengakui peran pentingnya dalam membawa demokrasi dan mengakhiri rezim
apartheid di Afrika Selatan. Meskipun demikian, Nkosi juga mengekspresikan keinginan agar
warisan Mandela dapat berlanjut. Dalam pandangannya, meskipun telah berlalu sepuluh
tahun sejak kepergian Madiba, tidak banyak perubahan atau kemajuan yang terlihat di negara
tersebut. Pernyataan ini mencerminkan rasa kekecewaan terhadap fakta bahwa harapan akan
perubahan positif yang mungkin terjadi setelah Mandela tidak sepenuhnya terwujud dalam
perkembangan selama dekade tersebut.

7. Perumusan Kritik:

Pernyataan kekecewaan terhadap perkembangan setelah kematian Mandela yang


diungkapkan oleh beberapa warga Afrika Selatan dapat dianggap sebagai bentuk kritik
terhadap pemerintahan saat ini. Meskipun presiden Cyril Ramaphosa tidak merencanakan
untuk memberikan pidato dalam peringatan sepuluh tahun kematian Nelson Mandela,
keputusan untuk memilih Malala Yousafzai sebagai pembicara utama menunjukkan bahwa
ada pengakuan akan ketidakpuasan terhadap arah yang diambil oleh pemerintahan saat ini.
Pernyataan kekecewaan ini tercermin dalam pernyataan seorang warga, Prosper Nkosi, yang
mengungkapkan bahwa meskipun mereka menghormati warisan Mandela dan menghargai
kebebasan yang dia berikan, mereka merasa sedikit kemajuan atau perbaikan yang signifikan
terjadi dalam sepuluh tahun terakhir.
Kekecewaan tersebut tidak hanya merujuk pada ketidakpuasan terhadap kurangnya
perkembangan, tetapi juga mencakup isu-isu seperti korupsi dan masalah kelistrikan yang
merugikan perekonomian negara. Dengan merinci bahwa negara tetap dikuasai oleh partai ANC
namun terhantui oleh korupsi dan masalah energi, teks tersebut menyiratkan bahwa ada
ketidakcocokan antara impian demokrasi yang diwakili oleh Mandela dan realitas politik yang
dihadapi oleh Afrika Selatan saat ini.

Pernyataan bahwa "en dix ans, pas grand chose n'a changé ou ne s'est amélioré" ("dalam sepuluh
tahun, tidak banyak yang berubah atau membaik") mencerminkan ketidakpuasan terhadap
kurangnya progres. Sementara masih ada rasa nostalgia terhadap Mandela sebagai simbol
perjuangan dan kebebasan, beberapa individu, seperti Verne Harris dari Fondation Mandela,
menunjukkan kekhawatiran bahwa terlalu memegang erat pada simbol tersebut dapat
menghambat kemajuan dan mungkin waktunya untuk mencari model baru.

Dengan demikian, melalui ekspresi kekecewaan terhadap keterbatasan perkembangan pasca-


kematian Mandela, warga Afrika Selatan secara tidak langsung mengkritik pemerintahan saat ini
yang dianggap belum mampu menghasilkan perubahan yang signifikan sesuai dengan harapan
dan nilai-nilai yang diwariskan oleh Mandela.

8. Penerapan Hasil Analisis secara Detail: Melalui pernyataan warga dan tanggapan terhadap
kondisi saat ini, terlihat adanya perasaan campuran antara nostalgia terhadap integritas Nelson
Mandela dan kekecewaan terhadap arah yang diambil oleh Afrika Selatan setelah kematiannya.
Meskipun warga tetap memuja Mandela sebagai tokoh yang membawa demokrasi dan kebebasan,
banyak yang merasakan bahwa warisan yang ditinggalkannya belum sepenuhnya terwujud dalam
perkembangan negara. Pemimpin saat ini, Cyril Ramaphosa, tidak merencanakan pidato, dan
pemilihan Malala Yousafzai sebagai pembicara dalam acara peringatan menunjukkan upaya
untuk menghadirkan perspektif global dalam memandang perjalanan Afrika Selatan pasca-
Mandela.

Dalam wawancara dengan seorang warga, Prosper Nkosi, terungkap bahwa meskipun mereka
menghargai kebebasan yang dibawa oleh Mandela, mereka juga menyaksikan stagnasi dan
kurangnya perubahan positif dalam sepuluh tahun terakhir. Masalah korupsi dan pemadaman
listrik menjadi sorotan negatif, menjadikan Afrika Selatan salah satu negara paling tidak setara di
dunia menurut Bank Dunia.
Pertemuan antara kenangan akan Madiba (julukan Mandela) dan realitas saat ini menciptakan
rasa getir di kalangan warga. Meskipun ada dorongan untuk melanjutkan warisan Mandela,
beberapa berpendapat bahwa mungkin saatnya bagi negara ini untuk mencari model baru dan
menghindari pengkultusan yang dapat menghambat kemajuan. Nostalgia terhadap Mandela masih
terasa kuat, tetapi ada kekhawatiran bahwa terlalu bersandar pada simbolisme tersebut dapat
menghambat perubahan yang lebih substansial. Dalam konteks ini, pandangan Verne Harris, yang
menyatakan bahwa mungkin sudah waktunya untuk melepaskan Mandela sebagai simbol dan
mencari model baru, mencerminkan keinginan untuk melihat transformasi lebih lanjut di masa
depan.

Analisis ini mencoba menggambarkan cara prinsip triangulasi dan langkah-langkah DHA dapat
diaplikasikan dalam pemahaman teks mengenai perayaan sepuluh tahun kematian Nelson
Mandela di Afrika Selatan.

Vous aimerez peut-être aussi