Vous êtes sur la page 1sur 10

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MDSM), PENDEKATAN

NORMATIF VERSUS KONTEKSTUAL

Siswanto1

ABSTRACT
7KHUH KDV EHHQ D QXPEHU RI KXPDQ UHVRXUFH PDQDJHPHQW +50 ERRNV RIIHULQJ SULQFLSOHV FRPSRQHQWV DQG VWHS
E\ VWHS RI +50 +RZHYHU WKHUH DUH QR ERRNV ZKLFK HODERUDWH KRZ WR SUDFWLFH +50 FRQWH[WXDOO\ LQ UHDOLW\ 7KLV DUWLFOH
DLPV DW HODERUDWLQJ +50 SUDFWLFH FRQWH[WXDOO\ HLWKHU LQ KHDOWK RUJDQL]DWLRQV RU QRQ KHDOWK RUJDQL]DWLRQV )URP DQDO\VLV
RI JHQHUDO PDQDJHPHQW DQG +50 UHIHUHQFHV D QXPEHU RI SRLQWV FDQ EH LGHQWL¿HG DV IROORZV )LUVW IURP WKH SHUVSHFWLYH
RI SKLORVRSK\ RI VFLHQFHV PDQDJHPHQW VFLHQFHV FDQ EH FDWHJRUL]HG LQWR WZR JURXSV L H LQVWUXPHQWDO YLHZ VWDUWLQJ WKH
DQDO\VLV IURP ³RUJDQL]DWLRQ´ DQG VRFLDO DFWLRQ YLHZ VWDUWLQJ WKH DQDO\VLV IURP ³DFWRUV¶ DFWLRQV´ 6HFRQG +50 PRGHOV
FDQ DOVR EH FDWHJRUL]HG LQWR WZR JURXSV L H KDUG PRGHO 0LFKLJDQ PRGHO IRFXVLQJ RQ ³RUJDQL]DWLRQ´ DQG VRIW PRGHO
+DUYDUG PRGHO IRFXVLQJ RQ ³KXPDQ QHHGV´ 7KLUG LQ UHDO +50 SUDFWLFH D PDQDJHU VKRXOG LQWHJUDWH KDUG PRGHO DQG
VRIW PRGHO WR IRUP D ORQJ VSHFWUXP LQ VXFK D ZD\ WKDW KH FDQ PRYH IURP RQH SROH WR DQRWKHU SROH WR DGMXVW ZLWK YDULDQFH
RI RUJDQL]DWLRQ DV DQ HQWLW\ DQG YDULDQFH RI RUJDQL]DWLRQ FRPSRQHQWV ZLWKLQ ZKLFK KH PDQDJHV ,W FDQ EH FRQFOXGHG WKDW
DQ HIIHFWLYH PDQDJHU LV WKH RQH ZKR LV PDVWHULQJ DOO RI +50 DSSURDFK PRGHOV WKHQ KH FDQ LPSOHPHQW WKHP LQ SURSHU
VLWXDWLRQV FRQWLQJHQF\ LQ FKDUDFWHULVWLFV

Key words: KXPDQ UHVRXUFH PDQDJHPHQW LQWUXPHQWDO VRFLDO DFWLRQ FRQWLQJHQF\

ABSTRAK
%DQ\DN EXNX EXNX PDQDMHPHQ VXPEHU GD\D PDQXVLD 06'0 PHQDZDUNDQ SULQVLS SULQVLS NRPSRQHQ GDQ ODQJNDK
ODQJNDK 06'0 1DPXQ GHPLNLDQ EHOXP DGD EXNX \DQJ PHPEDKDV EDJDLPDQD VHVXQJJXKQ\D 06'0 GLSUDNWLNNDQ
VHFDUD NRQWHNVWXDO 7XOLVDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHODERUDVL SUDNWLN 06'0 VHFDUD NRQWHNVWXDO EHUODNX EDLN RUJDQLVDVL
NHVHKDWDQ PDXSXQ QRQ NHVHKDWDQ 'DUL DQDOLVLV WHUKDGDS UHIHUHQVL PDQDMHPHQ VHFDUD XPXP GDQ MXJD 06'0 VHMXPODK
SRLQ SHQWLQJ GDSDW GLLGHQWL¿NDVL VHEDJDL EHULNXW 3HUWDPD VHFDUD ¿OVDIDW LOPX DQDOLVLV LOPX PDQDMHPHQ WHUEDJL GDODP
GXD NHORPSRN \DNQL FDUD SDQGDQJ LQVWUXPHQWDO LQVWUXPHQWO YLHZ \DQJ DQDOLVLVQ\D EHUWRODN GDUL ³RUJDQLVDVL´ GDQ FDUD
SDQGDQJ WLQGDNDQ VRVLDO VRFLDO DFWLRQ YLHZ \DQJ DQDOLVLVQ\D EHUWRODN GDUL ³WLQGDNDQ DNWRU´ .HGXD PRGHO 06'0 MXJD
WHUEDJL GDODP GXD NHORPSRN \DNQL KDUG PRGHO PRGHO 0LFKLJDQ \DQJ EHURULHQWDVL SDGD ³RUJDQLVDVL´ GDQ VRIW PRGHO PRGHO
+DUYDUG \DQJ EHURULHQWDVL SDGD ³NHEXWXKDQ PDQXVLD´ .HWLJD GDODP SUDNWLN 06'0 VHVXQJJXKQ\D VHRUDQJ PDQDMHU KDUXV
PHQJLQWHJUDVLNDQ KDUG PRGHO GDQ VRIW PRGHO GDODP VXDWX VSHNWUXP VHKLQJJD LD PDPSX EHUJHUDN GDUL VDWX NXWXE NH NXWXE
ODLQQ\D XQWXN PHQ\HVXDLNDQ GHQJDQ YDULDVL RUJDQLVDVL VHEDJDL VHEXDK HQWLWDV GDQ YDULDVL NRPSRQHQ GL GDODP RUJDQLVDVL
\DQJ LD SLPSLQ 'DUL WXOLVDQ LQL GDSDW GLVLPSXONDQ EDKZD VHRUDQJ PDQDMHU \DQJ HIHNWLI DGDODK VHVHRUDQJ \DQJ PHQJXDVDL
NHVHPXD PRGHO SHQGHNDWDQ 06'0 NHPXGLDQ LD PDPSX PHQHUDSNDQQ\D SDGD VLWXDVL \DQJ WHSDW EHUVLIDW NRQWLMHQVL

Kata kunci: PDQDMHPHQ VXPEHU GD\D PDQXVLD LQVWUXPHQWDO WLQGDNDQ VRVLDO NRQWLMHQVL

Naskah masuk: 9 Desember 2009, Review 1: 11 Desember 2009, Review 2: 11 Desember 2009, Naskah layak terbit: 21 Desember 2009

PENDAHULUAN preskriptif, atau generik, adalah terkait dengan “apa


yang seharusnya oleh para manajer lakukan dalam
Sebagaimana sudah banyak dituangkan
mengelola organisasi”. Domain normatif biasanya
dalam berbagai tulisan ilmiah bahwasanya ilmu
dibatasi oleh teori-teori yang sudah mapan dan bersifat
manajemen selalu dapat dilihat dalam dua perspektif,
linear-rasional, dikembangkan dengan pendekatan
yakni normatif dan realitas. Perspektif normatif,

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Jl. Indrapura 17 Surabaya.
Korespondensi: ...............................
E-mail: siswantos@yahoo.com

32
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

NXDQWLWDWLI YHUL¿NDWLI 6HPHQWDUD SHUVSHNWLI realita, Fenomena demikian, sudah barang tentu juga
profane, deskriptif, atau kontekstual, adalah terjadi pada ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia
pandangan yang terkait dengan “praktik sebenarnya (MSDM). Dalam buku-buku teks tentang MSDM kita
tentang manajemen di lapangan dalam mengelola biasanya akan dengan mudah menemukan fungsi-
organisasi”. Domain deskriptif, biasanya dikembangkan fungsi MSDM secara normatif (lihat Bernardin &
dari penelitian-penelitian yang bersifat kualitatif- Russell, 1993; Ivancevich, 1995). Buku-buku demikian
eskploratif. Pendekatan normatif versus deskriptif biasanya menguraikan dengan gamblang tentang
demikian tentunya juga berlaku pada organisasi ”apa yang seharusnya dikerjakan oleh manajer
kesehatan, misalnya, Dinas Kesehatan, Rumah terkait dengan manajemen sumber daya manusia”.
Sakit, dan Puskesmas. Strauss dkk. (1963), misalnya, Bahasannya biasanya menyangkut komponen
meneliti interaksi antar aktor (dokter, perawat, dan fungsi-fungsi MSDM berserta uraian ”KRZ WR GR” dari
manajemen) pada VHWWLQJ organisasi rumah sakit masing-masing komponen. Sebaliknya, manajemen
dengan pendekatan deskriptif kualiatif, menemukan deskriptif (kontekstual) tentang MSDM, biasanya kita
bahwa interaksi antar aktor di rumah sakit adalah ketemukan dalam tulisan jurnal, tesis, atau disertasi
berpola sebagai “QHJRWLDWHG RUGHU”. Artinya, yang yang bertujuan memperbaiki atau melengkapi teori
terjadi sesungguhnya dalam interaksi antar aktor yang sudah mapan, sebagaimana ditulis dalam buku-
di rumah sakit adalah jauh dari praktik manajemen buku teks.
instrumentalistik (POAC, atau POSDCORBE), namun Dalam rangka untuk memahami MSDM secara
lebih kepada proses negosiasi antar aktor (dokter, utuh dan komprehensif, kiranya perlu dibahas
perawat dan manajemen). komparasi antara pendekatan normatif dan kontekstual
Pengembangan ilmu manajemen dalam perspektif dalam MSDM. Tulisan ini bertujuan untuk membahas
realita ini dalam tiga dekade terakhir menjadi sangat manajemen sumber daya manusia dalam pandangan
berkembang. Sebut saja, tulisan Minzberg dengan normatif versus kontekstual, guna mendapatkan
judul: ”7KH 0DQDJHU¶V -RE )RONORUH DQG )DFWV” adalah pemahaman MSDM secara kritis dan analitis.
hasil dari pertanyaan sederhana yang diangkat oleh
Mintzberg, yaitu (i) apa yang sesungguhnya dikerjakan DUA CARA PANDANG DALAM ILMU
manajer?, (ii) bagaimana organisasi membentuk MANAJEMEN
struktur oleh dirinya sendiri?, (iii) bagaimana strategi
organisasi terbentuk? (Mintzberg, 2005). Untuk 5HDOLWDV VRVLDO \DQJ EHUQDPD µRUJDQLVDVL¶ WHODK
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Mintzberg dimaknai oleh berbagai pengemuka teori manajemen
melakukan observasi terhadap kegiatan manajer sesuai dengan latar belakang dari pengemuka teori,
(semacam WLPH DQG PRWLRQ VWXG\). Hasil pengamatan karena latar belakang seseorang akan mengarahkan
Mintzberg ini mampu menghasilkan cara pandang lain kepada objek formal ilmu (teropong) tertentu yang
tentang ilmu manajemen. Sebagaimana dimaklumi, digunakannya. Seorang HQJLQHHU akan melihat
pada perkembangan awal, ilmu manajemen sangat organisasi sebagai mesin, EHKDYLRULVW melihatnya
didominasi oleh cara pandang LQVWUXPHQWDOLVP, yakni sebagai sasana memenuhi kebutuhan manusia,
organisasi dilihatnya sebagai ”alat” (lihat POAC-nya ELRORJLVW melihatnya sebagai sistem organisme,
Taylor, POSDCORBE-nya Gulick, dan sebagainya). PDWHPDWKLFLDQ melihatnya sebagai entitas matematik,
Melalui metode pengelompokan secara tematik, SROLWLFDO VFLHQWLVW melihatnya sebagai wahana politik,
Mintzberg telah berhasil mengidentifikasi tiga dan akhirnya DQWKURSRORJLVW melihatnya sebagai entitas
peran utama manajer, yakni (i) interpersonal roles, budaya. Cara pandang (teropong ilmu) yang berbeda
(ii) LQIRUPDWLRQ UROHV, dan (iii) GHFLVLRQ UROHV, yang inilah yang melahirkan beragam teori manajemen.
mana dalam masing-masing jenis peran masih Lebih jauh, Morgan (1996) menyatakan bahwa
mengandung beberapa sub-jenis peran (Pugh, bermacam cara pandang dalam teori organisasi ini
1990). Hasil penelitian Minztberg ini menawarkan ibarat metafora. Dinamakan metafora karena setiap
”sesuatu yang berbeda” dibandingkan dengan para WHRUL PHQFRED PHOLKDW µRUJDQLVDVL¶ GDQ µPDQDMHPHQ¶
pendahulunya (Taylor, Gulick), yang terkesan sangat menurut kaca matanya (analogi) masing-masing,
normatif. tanpa melihat realitas praktek manajemen yang
senyata-nyatanya.

33
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Degeling (1997) membagi kesemua hiruk- yang bersifat dinamis, sesaat, dan berubah dari waktu
pikuk ilmu organisasi dan manajemen menjadi ke waktu. Karena cara pandang ini menjelaskan apa
dua kelompok cara pandang, yakni cara pandang yang sebenarnya dikerjakan oleh para aktor termasuk
instrumental (LQVWUXPHQWDO YLHZ) dan cara pandang manajer pada kehidupan nyata organisasi, maka
tindakan sosial (VRFLDO DFWLRQ YLHZ). Dalam cara cara pandang ini sering disebut dengan pemikiran
pandang instrumental, objek formal yang dilihat adalah manajemen deskriptif, profane atau realita.
organisasi (sekelompok orang dalam kelembagaan), Perdebatan cara pandang instrumental dengan
sehingga organisasi bersifat SUH H[LVWHQW (organisasi cara pandang tindakan sosial dalam ilmu manajemen
sudah ada lebih dulu sebelum tindakan para sesungguhnya analog dengan perdebatan panjang
anggotanya); manajemen dilihat sebagai aktivitas tentang terbentuknya struktur sosial dalam sosiologi.
yang rasional, sekuensial (urut), prediktif, dan bebas Pada sebagian teori, misalnya Durkheim, menyatakan
dari kepentingan manajer. Dengan kata lain, aktivitas bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh hukum
manajemen adalah penguasaan ilmu yang bersifat umum dari suatu struktur sosial; sementara teori
µWHNQLN¶ XQWXN PHQMDODQNDQ RUJDQLVDVL &DUD SDQGDQJ lainnya, Weber misalnya, menyatakan bahwa perilaku
ini sering disebut dengan manajemen normatif atau individu berawal dari motif-motif dan pemaknaan
preskriptif, karena berusaha menawarkan resep realitas yang berasal dari diri individu sendiri (Worsley,
yang bersifat generik. 1991). Dengan mencermati apa yang telah diuraikan
Sebaliknya, objek formal pada cara pandang diperoleh pemahaman yang semakin jelas, bahwa
tindakan sosial dimulai dari individu (aktor) yang semua teori manajemen telah menggunakan objek
ada dalam organisasi; dengan demikian diskursus formal (objek keilmuan) yang berbeda dalam melihat
dalam cara pandang ini adalah membahas “apa yang apa itu organisasi dan apa itu manajemen, yang
dikerjakan para aktor dalam membangun interaksinya berakibat pada pemaknaan parsial ketimbang
dengan aktor lain sehingga terbentuklah organisasi pemaknaan yang utuh. Perbandingan cara pandang
(JHWWLQJ RUJDQL]HG)”. Organisasi dilihatnya sebagai instrumental dan cara pandang tindakan sosial dapat
produk dari tindakan para aktor yang terlibat (QRQ SUH dideskripsikan pada Tabel 1.
H[LVWHQW), dan perilaku para aktor bukanlah semata- Kalau kita melihat Tabel 1, maka dalam praktik
mata produk manajer tapi lebih kepada produk manajemen yang sebenarnya tampaknya baik
individual masing-masing aktor dalam memaknai pendekatan normatif maupun pendekatan deskriptif
realitas dan untuk mengejar kepentingannya. harus tetap dijalankan secara bersama-sama.
Konsekuensinya, ’organisasi’ merupakan entitas Pertanyaannya adalah pada konteks apa harus

Tabel 1. Perbandingan Cara Pandang Instrumental Vs Cara Pandang Tindakan Sosial (hasil analisis oleh
penulis)
Cara Pandang Instrumental (intrumental Cara Pandang Tindakan Sosial
No Domain
view) (Social action view)
1 Asumsi Terdapat metoda dan prinsip-prinsip umum Terdapat metoda dan prinsip-prinsip umum
untuk mengelola organisasi (sekelompok untuk memengaruhi orang (individu) untuk
orang) untuk mencapai tujuan tertentu mencapai tujuan tertentu
2 Ontologi:
í 2EMHN Manusia Manusia
material
í 2EMHN Organisasi (sekelompok orang dalam Tindakan sosial individu (aktor)
formal kelembagaan)
3 Epistemologi Melihat dan menganalisis perilaku orang- Melihat dan menganalisis perilaku orang-
RUDQJ GL GDODP µRUJDQLVDVL¶ NHOHPEDJDDQ orang dalam berinteraksi sehingga
membentuk komunitas ’organisasi’ (JHWWLQJ
RUJDQL]HG)

34
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Cara Pandang Instrumental (intrumental Cara Pandang Tindakan Sosial


No Domain
view) (Social action view)
4 Konsekuensi
perbedaan
ontologi dan
epistemologi
(1) 'H¿QLVL WHQWDQJ Organisasi adalah alat untuk mencapai Organisasi adalah produk dari tindakan sosial
RUJDQLVDVL tujuan kelompok, yang keberadaannya tidak para anggota melalui negosiasi makna dan
tergantung dari persepsi, pemahaman, dan kepentingan, sehingga organisasi bersifat
kepentingan dari aktor di dalam maupun di dinamis dan sesaat
luar organisasi.
(2) 'H¿QLVL WHQWDQJ Aktivitas manajemen diasumsikan netral, Aktivitas manajemen adalah tidak netral,
PDQDMHPHQ rasional, dapat diprogramkan, dan bebas kadang irasional, tergantung persepsi dan
dari persepsi dan kepentingan manajer kepentingan manajer
(3) 'LVNXUVXV Diskursus mencakup tema: tujuan Diskursus mencakup tema: tata nilai, norma,
organisasi, tugas, wewenang, peran, ritual, seremoni, pemaknaan realitas,
fungsi, perencanaan, departemenisasi, kepentingan, kekuasaan (SRZHU), negosiasi,
penggerakan, motivasi, monitoring, evaluasi, kompromi, tawar- menawar, dan sejenisnya
HIHNWLYLWDV H¿VLHQVL GDQ VHMHQLVQ\D
(4) .RQVHS VWUXNWXU Struktur organisasi adalah bagan organisasi Struktur organisasi adalah pola hubungan
RUJDQLVDVL yang menggambarkan pembagian tugas perilaku antar anggota yang terlibat,
dan fungsi dari bagian-bagian organisasi yang bukan semata-mata sebagai produk
yang diasumsikan akan membentuk perilaku manajemen tapi lebih kepada hasil kontes
anggota organisasi, oleh karenanya perilaku pemaknaan realitas dan perebutan
anggota organisasi dianggap sebagai produk kepentingan antar aktor yang terlibat
manajemen
(5) .RQVHS WHQWDQJ Perilaku anggota organisasi dibentuk dan Perilaku anggota dalam organisasi adalah
SHULODNX DQJJRWD diarahkan oleh manajemen dalam bentuk hasil dari proses negosiasi kepentingan dan
GL GDODP aturan dan prosedur, guna pencapaian kontes pemaknaan yang dilembagakan oleh
RUJDQLVDVL tujuan organisasi aktor yang terlibat
5 Aksiologi Ilmu yang ditawarkan bersifat preskriptif Ilmu yang ditawarkan bersifat deskriptif
(normatif) tentang teknik dan prosedur (eksplanatif), kemudian aksiologinya bersifat
mePDQDJH organisasi taktik dan strategi memengaruhi orang lain

menjalankan manajemen normatif, dan pada konteks SDM, penggajian (FRPSHQVDWLRQ), kesehatan dan
apa harus menjalankan manajemen deskriptif. keselamatan kerja (RFFXSDWLRQDO KHDOWK DQG VDIHW\),
Hal ini tentunya memerlukan ”seni” dalam praktik dan hubungan industrial (HPSOR\HH DQG ODERXU
manajemen yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidak relation), serta fungsi pendukung lainnya dalam
dapat dipungkiri bahwa praktik manajemen adalah bentuk riset SDM (KXPDQ UHVRXUFH UHVHDUFK) (Masdar,
”kombinasi ilmu dan seni” untuk mengelola manusia Asmorowati & Irianto, 2009). Uraian dari fungsi-fungsi
dalam mencapai tujuan tertentu. MSDM dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk menjelaskan keterkaitan antar konsep
MODEL NORMATIF MSDM (konstruk) dalam ruang lingkup MSDM, para ahli telah
mengembangkan berbagai model MSDM. Banyak
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah model yang telah dikembangkan oleh para ahli,
penggunaan (utilisasi) sumber daya manusia namun dalam bahasan ini hanya dikemukakan dua
dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah model MSDM, yakni model 0LFKLJDQ dan +DUYDUG.
GLWHWDSNDQ 7HQWX VDMD LQL DGDODK GH¿QLVL QRUPDWLI Kedua model ini dibahas di sini karena kedua model ini
MSDM yang memberikan penekanan bahwa organisasi menggunakan pendekatan yang berlawanan, di mana
adalah alat untuk mencapai tujuan, yang merupakan model Michigan berorientasi pada “tujuan organisasi”
interpretasi organisasi secara normatif. sehingga sering disebut “KDUG PRGHO” sedangkan
Dalam MSDM terdapat berbagai fungsi, yakni model Harvard lebih berorientasi pada “manusia”
VWDIILQJ (rekrutmen dan seleksi), pengembangan sehingga sering disebut “VRIW PRGHO”. Dikaitkan dengan

35
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 2. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (Masdar, Asmorowati dan Irianto, 2009)

No Fungsi Kegiatan
1 6WDI¿QJ Analisis jabatan
Perencanaan SDM
Rekrutmen dan Seleksi
2 Pengembangan SDM (+XPDQ UHVRXUFH Pelatihan dan pengembangan
GHYHORSPHQW) Perencanaan karir
Penilaian kinerja
Pengembangan organisasi
3 Penggajian (FRPSHQVDWLRQ) Gaji pokok
Tunjangan fungsional dan struktural
Tunjangan lain
4 Kesehatan dan keselamatan kerja Jaminan kesehatan
(2FFXSDWLRQDO KHDOWK DQG VDIHW\) Jaminan keselamatan
5 Hubungan industrial ((PSOR\HH DQG ODERXU Serikat pekerja
relation)
6 Riset SDM (+XPDQ UHVRXUFH UHVHDUK) Riset pada semua fungsi MSDM untuk mendukung
organisasi dalam mengelola SDM

analisis bahwa cara pandang organisasi terdikotomi Pada Gambar 1, terlihat bahwa terdapat
menjadi cara pandang instrumental versus tindakan hubungan erat antara misi dan strategi organisasi
sosial, maka dapat dikatakan bahwa model Michigan dengan lingkungan (ekonomi, politik dan budaya),
merupakan interpretasi organisasi sebagai alat untuk yang selanjutnya misi dan strategi organisasi
mencapai tujuan (LQVWUXPHQWDO YLHZ), sedangkan akan memengaruhi penstrukturan organisasi dan
model Harvard merupakan interpretasi organisasi manajemen SDM. Selanjutnya pada Gambar 2,
sebagai produk tindakan sosial (VRFLDO DFWLRQ YLHZ). menggambarkan kerangka kerja sederhana tentang
Model Michigan terdiri dari dua perspektif, hubungan antara seleksi, kinerja, penghargaan,
yakni perspektif hubungan antara strategi dengan UHZDUG, dan pelatihan. Di sini tampak ada hubungan
lingkungan (Gambar 1) dan perspektif MSDM-nya timbal balik antara kinerja, penghargaan, UHZDUG dan
sendiri (Gambar 2) (Gill, 1999). WUDLQLQJ. Sebagaimana sudah disitir di depan, jelas

Political
Forces

Economic Cultural
Forces Forces

Mission and
Strategy

Organizational Organization Human Resource


Structure Management

Gambar 1. Perspektif Hubungan antara Strategi dengan Lingkungan Model 0LFKLJDQ

36
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Reward

Selection Performance Appraisal

Training

Gambar 2. Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia Model 0LFKLJDQ

Stakeholder
interests:
- Shareholders
- Management
- Employee groups
- Government
- Community
- Unions
HRM policy
HRM outcomes Long term
choices:
(4Cs): consequences:
- Employee
- Commiment - Individual well-
Situational LQÀXHQFH
- Competences being
falctors: - Human recource
- Congruence - Organizational
- workforce ÀRZ
- Labour market effectiveness
characteristics - Reward system
- Cost effectiveness - Societal well-being
- Business strategy - Work system
and conditions
- Management
philosophy
- Labour market
- Task technology
- Law and societal
values

Gambar 3. Kerangka Kerja MSDM Model +DUYDUG

sekali tampak bahwa model Michigan menekankan kebijakan manajemen SDM yang akan digunakan.
pada “kepentingan organisasi”, sehingga pendekatan Pilihan manajemen SDM untuk merespon kedua hal
ini sering disebut “KDUG PRGHO”. tersebut meliputi pengaruh pegawai, alur SDM, sistem
Sementara itu, model Harvard menggambarkan penghargaan, dan sistem pekerjaan.
kerangka kerja yang menghubungkan antara pilihan Dari upaya strategi organisasi dalam memilih
kebijakan MSDM dengan lingkungan internal dan pilihan kebijakan, selanjutnya akan diperoleh hasil
eksternal, serta keterkaitannya dengan RXWFRPH SDM manajemen SDM berupa 4 Cs, yakni &RPPLWPHQW
dan konsekuensi jangka panjangnya (lihat Gambar (komitmen), &RPSHWHQFH (kompetensi), &RQJUXHQFH
3) (Gill, 1999). (keselarasan), dan &RVW HIIHFWLYHQHVV (efektivitas
Pada Gambar 3, terlihat bahwa lingkungan biaya). Hasil jangka panjang yang diharapkan dari
eskternal (VWDNHKROGHU LQWHUHVWV) dan lingkungan pencapaian 4 Cs adalah kesejahteraan individu,
internal (VLWXDWLRQDO IDFWRUV) menentukan pilihan efektivitas organisasi dan juga kesejahteraan

37
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 3 3HUEDQGLQJDQ 0RGHO 0LFKLJDQ GDQ 0RGHO +DUYDUG GDODP 06'0 'LPRGL¿NDVL GDUL 0DVGDU $VPRURZDWL
& Irianto, 2009; Gill, 1999)
Aspek Model Michigan (Hard Model) Model Harvard (Soft Model)
Fokus Kinerja individu untuk mencapai tujuan Manusia (SDM) sebagai aset organisasi
organisasi
Dasar Kontrol organisasi terhadap SDM Pengembangan manusia (KXPDQ GHYHORSPHQW)
Konsentrasi Penyesuaian cara manajemen SDM dengan misi Peningkatan kompetensi dan komitmen untuk
dan strategi organisasi daya saing organisasi
Isi Siklus MSDM, manajemen strategis SDM Sistem MSDM, 2XWFRPH MSDM
Komponen Struktur organisasi, misi dan strategi organisasi,
Pilihan kebijakan MSDM (sistem pekerjaan,
MSDM yang terdiri dari seleksi, kinerja, imbalan, alur SDM, dan pengaruh karyawan),
penghargaan, imbalan dan pengembangan faktor situasional, faktor VWDNHKROGHUV, outcome
SDM, dan konsekuensi jangka panjang
Strategi í 3HQ\HODUDVDQ DQWDUD 6'0 GHQJDQ VWUDWHJL í 6'0 GLDQJJDS VHEDJDL ³KXPDQ DVVHWV”
bisnis í 0HQGRURQJ NRPLWPHQ GHQJDQ SHOLEDWDQ
í 6'0 GLDQJJDS VHEDJDL ELD\D partisipasi dan komunikasi
í 6'0 GLDQJJDS VHEDJDL IDNWRU GDODP SURGXNVL í 3HQJHPEDQJDQ GDQ SHODWLKDQ XQWXN PHPHQXKL
kebutuhan individu dan organisasi
.ODVL¿NDVL Pendekatan normatif Pendekatan analitis (deskriptif)

masyarakat secara lebih luas. Sebagaimana juga metafora mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sudah disitir di depan, bahwa model Harvard lebih masing-masing dalam menganalisis ilmu manajemen
menekankan pada “manusia” sebagai aset organisasi; (Morgan, 1996).
oleh karena itu model Harvard ini sering disebut Selanjutnya Quinn dkk. (2000) menawarkan
dengan ”VRIW PRGHO”. sebuah kerangka tunggal tentang kompetensi peran
Bila kedua model tersebut dibandingkan, maka dasar yang harus dikuasai oleh seorang manajer
secara umum perbandingan tersebut dapat dilihat agar dia mampu menjadi manajer yang efektif.
pada Tabel 3. Quinn menyatakan bahwa seorang manajer harus
mempunyai delapan kompetensi peran dasar secara
simultan dan menyeluruh guna merespon masalah
PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM MSDM
manajemen dari berbagai dimensi. Yang menarik dari
Sebagaimana telah diuraikan pada Tabel 3, model Quinn adalah bahwa ke delapan peran dasar
bahwasanya terdapat dua model MSDM, yakni tersebut bersifat ”bersaing”, artinya komponen peran
pendekatan KDUG dan pendekatan VRIW. Bila ditarik dasar tersebut bersifat paradoks (berlawanan) satu
benang merah dalam konteks pengembangan ilmu dengan yang lainnya, namun ke delapannya harus
manajemen, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan dikuasai dan dipraktikkan secara simultan. Dengan
KDUG adalah diturunkan dari falsafah Taylorism memainkan kedelapan peran bersaing tersebut secara
(VFLHQWLILF PDQDJHPHQW), yang lebih menekankan tepat waktu dan situasi, maka pengamat dari luar
pada ”rekayasa SDM” untuk kepentingan organisasi. akan melihat perilaku manajer sepertinya tidak logis,
Sedangkan, pendekatan VRIW diturunkan dari falsafah tidak konsisten dan kontradiktif. Namun demikian,
hubungan kemanusiaan (KXPDQ UHODWLRQV), yang bila dilihat secara utuh, perilaku yang kontradiktif itu
lebih menekankan pada komitmen dan keinginan menyatu dalam keseluruhan yang bersifat dinamis
SDM, sehingga misi organisasi merupakan komitmen dalam rangka menyesuaikan peran dan situasi, untuk
bersama. mencapai tujuan yang konsisten.
Dalam ilmu manajemen secara umum, sebenarnya Analog dengan model yang telah diusulkan oleh
juga terdapat setidaknya enam model (metafora) untuk Quinn, pendekatan VRIW dan KDUG dalam MSDM juga
menjelaskan fenomena manajemen, yakni 6FLHQWL¿F dapat dipergunakan sebagai kerangka tunggal dalam
0DQDJHPHQW, +XPDQ 5HODWLRQV, 6\VWHPV 2UJDQLF , manajemen SDM. Artinya untuk mempraktikkan
&RQWLQJHQF\, &XOWXUH dan 3ROLWLFV. Masing-masing MSDM yang efektif, manajer harus menggunakan

38
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Tabel 4. Delapan Peran Dasar Manajer Dalam Satu Kerangka Tunggal Menurut Quinn
)
Model/Metafora Peran Dasar Kecakapan Inti dari Masing-masing Peran Dasar
Model rasional Peran direktur Mengambil inisiatif
Penentuan sasaran
Mendelegasikan secara efektif
Peran produser Produktivitas dan motivasi pribadi
Memotivasi orang lain
Manajemen waktu dan stres
Model proses internal Peran koordinator Perencanaan
Pengelola
Pengontrolan
Peran pemantau Menerima dan mengelola informasi
Mengevaluasi informasi rutin
Berespon terhadap informasi rutin
Model hubungan manusia Peran mentor Memahami diri anda sendiri dan orang lain
Komunikasi antar pribadi
Mengembangkan bawahan
Peran fasilitator Pembentukan tim
Pengambilan keputusan yang partisipatif
0DQDMHPHQ NRQÀLN
Model sistem terbuka Peran inovator Hidup bersama perubahan
Pemikiran yang kreatif
Mengelola perubahan
Peran broker (politisi) Membangun dan mempertahankan sebuah pusat kekuasaan
Merundingkan kesepakatan dan komitmen
Menyajikan gagasan-gagasan (IUDPLQJ PHDQLQJV)
*) Adaptasi dari Quinn dkk. (2000), Menjadi Manajer yang Ahli, dengan sedikit perubahan oleh penulis.

kerangka integratif antara pendekatan KDUG dan VRIW VRIW) untuk mendapatkan kombinasi yang tepat sesuai
secara simultan dengan menyesuaikan pada ”kondisi kondisi/situasi. Determinan kondisi di sini meliputi
organisasi”. determinan organisasi sebagai ”sebuah entitas”
Secara praktis, pendekatan KDUG adalah dalam maupun ”variasi di dalam organisasinya sendiri”.
rangka memberikan arah yang jelas tentang strategi Determinan organisasi sebagai sebuah entitas,
manajemen SDM disesuaikan dengan misi dan misalnya lingkungan organisasi, SDM organisasi, dan
strategi organisasi. Sementara itu, pendekatan VRIW teknologi, sementara determinan di dalam organisasi,
juga harus dijalankan dalam rangka ”memanusiakan” misalnya variasi kompetensi SDM, variasi tempat dan
karyawan sedemikian rupa sehingga SDM dapat waktu kaitannya dengan peran ”OHDGLQJ”.
mengekspresikan ”aktualisasi dirinya” dalam Menurut Guest (1997), secara ideal tujuan
lingkungan organisasi. Menyeimbangkan antara (RXWFRPH) MSDM adalah quality (peningkatan VNLOO
keduanya merupakan ”seni” dalam manajemen dan DELOLW\), commitment (peningkatan motivasi dan
organisasi, termasuk MSDM. Terlalu menekankan HIIRUW), dan ÀH[LELOLW\ (peningkatan struktur peran
pada pendekatan KDUG, manajemen menjadi terlalu dan persepsi). Secara detail hubungan antara praktik
”mekanistik”, sementara terlalu menekankan pada MSDM dengan RXWFRPH MSDM dapat dilihat pada
pendekatan VRIW, juga membahayakan organisasi Tabel 5.
karena arah organisasi menjadi tidak jelas. Dalam Tabel 5, tampak bahwa fungsi MSDM
yang diidentifikasi oleh Guest (1997) merupakan
PRAKTIK MSDM SECARA KONTEKSTUAL integrasi dari pendekatan VRIW dan pendekatan KDUG.
Ketiga fungsi tersebut adalah dalam rangka mencapai
Te l a h d i j e l a s k a n b a h w a p r a k t i k M S D M tujuan (RXWFRPH) MSDM, yakni TXDOLW\, FRPPLWPHQW,
yang sebenarnya agar efektif adalah dengan dan IOH[LELOLW\. Namun demikian harus dipahami
mengintegrasikan berbagai pendekatan (KDUG dan bahwa ketiga fungsi tersebut bukanlah fungsi generik

39
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 5. Hubungan antara praktik MSDM dan 2XWFRPH 06'0 GLPRGL¿NDVL GDUL *XHVW
No Fungsi MSDM Pendekatan Outcome MSDM
1 6HOHFWLRQ Hard 6NLOO and DELOLW\ (4XDOLW\)
7UDLQLQJ dan GHYHORSPHQW
4XDOLW\ LPSURYHPHQW SURJUDPV
2 Single status 6RIW dan KDUG
Job security (IIRUW / PRWLYDWLRQ
Internal promotion (&RPPLWPHQW)
Individualized reward system
3 &RPPXQLFDWLRQ 6RIW
(PSOR\HH LQYROYHPHQW 5ROH VWUXFWXUH dan SHUFHSWLRQ
7HDP ZRUNLQJ ()OH[LELOLW\)
-RE GHVLJQ
)OH[LEOH MRE GHVFULSWLRQV

yang dapat diterapkan pada semua organisasi tanpa pendekatan KDUG (yang menekankan pada pencapaian
terkecuali. misi organisasi) haruslah dikedepankan. Sementara,
Pada konteks organisasi sebagai sebuah entitas, pada HYHQW organisasional ”training” maka pendekatan
maka organisasi dengan format pekerjaan yang jelas VRIW (yang menekankan pada WHDP dan komitmen)
dan mekanistik (misalnya perusahaan manufaktur, haruslah dikedepankan.
Mc Donald, dan sejenisnya) maka pendekatan KDUG Dengan demikian, sebagai kesimpulan adalah
akan lebih tepat. Namun demikian, pada organisasi bahwa praktik manajemen SDM yang sesungguhnya
yang menekankan pada keahlian (misalnya lembaga haruslah bersifat situasional (kontijensi) sesuai
riset, lembaga pendidikan tinggi, dan sejenisnya) dengan determinan organisasi, determinan SDM,
maka pendekatan VRIW akan lebih tepat. Tentu saja dan determinan HYHQW organisasional yang dihadapi.
pembagian ini bukanlah dua kutub yang terpisah, Oleh karenanya, agar seorang manajer menjadi efektif
tetapi keduanya merupakan dua ujung dari spektrum dalam MSDM, maka ia haruslah menguasai seluruh
yang sangat lebar, sehingga kebanyakan organisasi kerangka konsep dan teori terkait MSDM sehingga
haruslah dikelola di antara keduanya. Di sinilah ia mampu menggunakannya pada kondisi dan HYHQW
perlunya kejelian manajer dalam menemukan “seni” yang tepat. Ibarat seorang penyanyi klub malam,
yang tepat dalam mempraktikkan manajemen maka ia haruslah mampu melantunkan lagu sesuai
SDM secara kontekstual sesuai dengan kondisi dengan konteks suasana dan acara yang dihadapi,
organisasinya. termasuk juga dalam memenuhi UHTXHVW pengunjung
Selanjutnya dalam konteks bahwa di dalam yang hadir.
organisasi juga terdapat variasi, menyangkut SDM
dan “HYHQW organisasional”, maka seorang manajer KESIMPULAN DAN SARAN
SDM juga tidak boleh menggunakan resep generik
dalam mengelola SDMnya. Misalnya, dalam lembaga Kesimpulan
riset, tentunya manajer SDM haruslah mengelola Dari apa yang telah diuraikan dalam tulisan ini
secara berbeda antara “tenaga fungsional peneliti” maka dapat disimpulkan:
dibandingkan dengan “tenaga staf pendukung” 1. Analisis ilmu manajemen, termasuk ilmu MSDM,
dan struktural. Pendekatan VRIW lebih cocok untuk dapat berangkat dari ”organisasi” maupun
mengelola tenaga fungsional peneliti, sementara ”manusia” sebagai titik awal analisis; apabila
pendekatan KDUG lebih cocok untuk mengelola staf berangkat dari ”organisasi” akan menghasilkan
pendukung dan tenaga struktural. Demikian pula, LQVWUXPHQWDO YLHZ, sementara bila berangkat
pendekatan yang dipakai haruslah tepat (PDWFK) dari ”manusia” akan menghasilkan VRFLDO DFWLRQ
dengan HYHQW organisasional yang dihadapi. Misalnya, YLHZ.
pada saat “rapat evalusi kinerja organisasi” maka

40
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

2. M o d e l n o r m a t i f M S D M p a d a d a s a r n y a DAFTAR PUSTAKA
terkelompokkan menjadi pendekatan KDUG, Bemardin HJ & Russell JEA. 1993. +XPDQ 5HVRXUFH
berorientasi pada ”organisasi”, dan pendekatan 0DQDJHPHQW $Q ([SHUHQFLDO $SSURDFK McGraw-
VRIW, berorientasi pada kebutuhan ”manusia”. Hill Inc. New York.
3. Pendekatan integratif baik KDUG PRGHO maupun Degeling P. 1997. 0DQDJHPHQW DQG 2UJDQL]DWLRQ School of
VRIW PRGHO merupakan pendekatan yang efektif Health Service Management, UNSW.
dalam praktik MSDM yang sebenarnya. Gill C. 1999. 8VH RI +DUG DQG 6RIW 0RGHOV RI +50 WR
4. Untuk menjadi manajer yang efektif, pendekatan LOOXVWUDWH WKH JDS EHWZHHQ 5KHWRULF DQG 5HDOLW\ LQ
:RUNIRUFH 0DQDJHPHQW RMIT Business.
situasional (kontijensi) dalam aspek variasi
*XHVW ' µ+XPDQ 5HVRXUFH 0DQDJHPHQW DQG
organisasi sebagai sebuah entitas dan variasi di
Perforrmance: a Riview and Research Agenda’,
dalam organisasi itu sendiri merupakan suatu seni 7KH ,QWHUQDWLRQDO -RXUQDO RI +XPDQ 5HVRXUFH
yang harus dikuasai oleh praktisi MSDM secara 0DQDJHPHQW vol 8, no 3, pp 263–276. Ivancevich,
kontekstual. Irianto J. 2009. 0DQDMHPHQ 6XPEHU 'D\D 0DQXVLD %HUEDVLV
.RPSHWHQVL XQWXN 3HOD\DQDQ 3XEOLN Airlangga
Saran
University Press, Surabaya.
Untuk mempraktikkan MSDM yang efektif dalam Minztberg H. 2005. 'HYHORSPHQW 7KHRU\ $ERXW 7KH
suatu organisasi, baik organisasi kesehatan maupun 'HYHORSPHQW RI 7KHRU\ Oxford University Press,
organisasi non-kesehatan, maka disarankan agar Oxford.
setiap manajer mampu menguasai keseluruhan Morgan G. 1996. ,PDJH RI 2UJDQL]DWLRQ Sage Publication,
pendekatan dan model MSDM yang ada, kemudian California.
ia harus mampu meramunya secara tepat sesuai Pugh DS. 1990. 2UJDQL]DWLRQ 7KHRU\ Penguin Books,
London.
dengan situasi organisasi yang ia pimpin (pendekatan
Quinn GNN 2000. 0HQMDGL 6HRUDQJ 0DQDMHU \DQJ $KOL
kontijensi). 7HUMHPDKDQ Interaksara, Batam.
Worsley P. 1991. 7KH 1HZ 0RGHUQ 6RFLRORJ\ 5HDGLQJV
Penguin Books, London.
Strauss A. GNN 1963. 7KH +RVSLWDO DQG ,WV 1HJRWLDWHG
2UGHU Sage Publication, New York.

41

Vous aimerez peut-être aussi