Vous êtes sur la page 1sur 3

2.

3 Fisiologi Respirasi

Proses respirasi dibagi atas tiga tahap utama yaitu ventilasi, difusi dan

perfusi. Ventilasi berkaitan dengan masuk dan keluarnya udara antara alveolus dan

atmosfer. Difusi berhubungan dengan perpindahan oksigen dan karbondioksida

melalui membran kapiler alveolus. Perfusi berkaitan dengan transportasi oksigen

dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel. Dampak

menyelam pada fungsi paru tergantung faktor paparan menyelam individual.

Peningkatan PO2 selama penyelaman dapat menyebabkan kerusakan epitel jalan

napas. Peningkatan usaha napas dan densitas gas akibat penyelaman akan

menyebabkan peningkatan kerja otot napas dan kapasitas vital (KV).

Gambar 2.1 Perubahan Tekanan Oksigen selama proses Respirasi

Sumber : Indonesian journal of Anesthesiology and Reanimation hal. 58-63

Oksigen dihirup dari udara bebas dan dikirimkan ke mitokondria dalam

melalui sistem ventilasi dan sirkulasi tubuh. Tekanan parsial oksigen di udara bebas

akan secara perlahan menurun hingga mencapai mitokondria. Selama inhalasi


udara bebas, tekanan oksigen sekitar 160 mmHg akan turun menjadi lembab hingga

sekitar 150 mmHg. Setelah melewati saluran napas, tekanan parsial oksigen

kembali turun di alveolus karena ada komponen karbon dioksida di alveolus sekitar

100 mmHg. Kemudian oksigen akan mengalami difusi, meningkatkan tekanan

parsial oksigen dari vena, yang awalnya sekitar 40-45 mmHg, di arteri tekanan

parsial oksigen akan menjadi 90-95 mmHg. Oksigen akan dikirimkan bersama darah

ke arteriol, ke sel-sel interstitial, tekanan oksigen menjadi 40-45 mmHg. Di dalam

plasma sel, tekanan oksigen menjadi sekitar 20-25 mmHg dan tekanan parsial

oksigen di mitokondria menjadi 1-10 mmHg. Di sistem darah vena, tekanan parsial

oksigen adalah sekitar 40-50 mmHg yang akan kembali ke paru-paru dan memulai

proses difusi dan kembali ke siklus awal.

Gambar 2.2 Transportasi Oksigen dan Karbondioksida

Sumber : Indonesian journal of Anesthesiology and Reanimation hal. 58-63

CO2 sebagai hasil metabolisme memiliki tekanan parsial sekitar 40-45 mmHg

yang dikirimkan ke paru-paru dan akan mengalami difusi dan diekskresikan melalui
udara yang dikeluarkan sekitar 35-40 mmHg. Transportasi oksigen dalam darah

terjadi dalam dua bentuk, yaitu terikat pada hemoglobin/Hb dan terlarut. Sementara

itu, transportasi karbon dioksida dalam darah terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: ion

karbonat (yang paling banyak), terlarut, dan terikat pada Hb. Sebagian besar

oksigen yang berdifusi akan terikat oleh Hb, dan setiap molekul Hb mengikat 4

molekul O2. Jumlah/fraksi dalam persentase oksigen yang terikat pada Hb diwakili

dalam saturasi oksigen, jika seluruh hemoglobin mengikat 4 molekul menyebabkan

saturasi menjadi 100%.

Di paru-paru, oksigen (O2) lebih mudah terikat pada hemoglobin (Hb) karena

terjadi pengambilan H+ oleh HCO3- untuk membentuk kembali CO2 (yang

dikeluarkan pada saat exhalation/penyemburan), yang menyebabkan alkalemia.

Proses ini menyebabkan peningkatan pengambilan oksigen dan penurunan afinitas

terhadap CO2, sehingga CO2 lebih mudah untuk dikeluarkan. Proses ini dikenal

sebagai efek Haldane. Sebaliknya, di jaringan-jaringan, sel-sel memproduksi CO2

yang bereaksi dengan H2O, kemudian terurai menjadi H+ dan HCO3-, sehingga

membuat kondisi sedikit bersifat asidosis, yang menyebabkan kurva disosiasi

oksigen bergeser ke kanan (oksigen lebih mudah dilepaskan oleh hemoglobin).

Selain itu, CO2 yang terikat pada hemoglobin mengurangi afinitas hemoglobin

terhadap oksigen, sehingga oksigen lebih mudah dilepaskan ke dalam jaringan.

Proses ini dikenal sebagai efek Bohr.

Abbas,KA. 2019. Indonesian Journal of Anesthesiology and


ReanimationTransportation and the use of Oxygen. Vol1 (2),2019:58-53

Vous aimerez peut-être aussi