Vous êtes sur la page 1sur 10

MAKALAH SOSIOLOGI

“SIKAP KRITIS DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI”

Disusun Oleh :

Kelompok III Kelas XII IIS4

TIA SAFITRI
INDRIANTI
MUTIA ERNAWATI
SALSABILA
DESMITA
MALENI
MOH. FACHRI AKBAR
MUHAMMAD ANUGRAH

SMA NEGERI 1 SIRENJA


DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................... i

Daftar isi ...............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

1. Menanggapi Ekspansi Pasar Hasil Produksi Negara Monopoli Ekonomi


Menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas dari bangsa Indonesia......2
2. Menumbuhkan Sikap Mencintai Terhadap Budaya Bangsa......................3
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).............................4
4. Berpegang Teguh pada Norma-norma Sosial............................................5

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 6

A. Kesimpulan ................................................................................................6
B. Saran .......................................................................................................... 6
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Tompe, 18 September 2022


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sikap Kritis Menghadapi Globalisasi dengan berbagai permasalahan sosial yang


disebabkan oleh pengaruh globalisasi dapat diselesaikan jika tiap-tiap pihak bersikap
kritis. Sikap kritis merupakan wujud kepedulian sosial terhadap berbagai permasalahan
ataupun fenomena dalam masyarakat. Menurut Jurgen Habermas (dalam Purwasih,
2015), kondisi kritis digambarkan seperti dunia medis. Krisis dianalogikan sebagai
kondisi sakit. Dalam kehidupan masyarakat kritis berarti kondisi penyimpangan/patologi
sosial. Jurgen Habermas menggambarkan penyimpangan merupakan pasien yang
harus segera diobati. Sementara itu, sosiologi berperan sebagai dokter yang bertugas
memeriksa dan mengobati pasien (pelaku penyimpangan dalam masyarakat).

Menurut Habermas (dalam Purwasih, 2015), krisis terjadi karena adanya sistem yang
mendominasi kehidupan sosial masyarakat. Akibat adanya krisis tersebut, muncul kritik
terhadap sesuatu yang bersifat dominatif. Kritik berperan sebagai antitesis dari keadaan
krisis, yaitu jalan keluar dari kondisi krisis. Adapun sikap kritis lahir sebagai tindakan
dan jalan keluar dari wujud kritik. Kritis berarti mengubah kegelapan menjadi
pencerahan atau mengubah ketidakberdayaan menjadi keberdayaan. Berikut beberapa
upaya kritis dalam menghadapi tantangan globalisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Menanggapi Ekspansi Pasar Hasil Produksi Negara Monopoli Ekonomi


Menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas dari bangsa Indonesia.
2. Menumbuhkan Sikap Mencintai Terhadap Budaya Bangsa.
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
4. Berpegang Teguh pada Norma-norma Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menanggapi Ekspansi Pasar Hasil Produksi Negara Monopoli Ekonomi

Menurut (Agus, 2011) fenomena globalisasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
globalisasi ekonomi (perdagangan, finansial, produksi) dan globalisasi nilai (atau
globalisasi informasi). Globalisasi perdagangan disebabkan oleh peningkatan luar biasa
dalam aktivitas perdagangan global yang kemudian menimbulkan saling
ketergantungan dari bagian-bagian ekonomi global. Secara ekonomi perkembangan ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan spesialisasi, kuatnya kompetensi antar
perusahaan atau antar negara, serta kemajuan dalam transportasi dan komunikasi
akhir-akhir ini. Bagi suatu negara akibat dari gejala ini adalah ketergantungan yang
semakin besar dari ekonomi negara tersebut terhadap aktivitas perdagangan.

Globalisasi produksi lahir karena aktivitas-aktivitas perusahaan multinasional (MNC)


yang melewati batas negara. Globalisasi ini dipicu oleh persaingan ekonomi yang
semakin tajam yang membuat setiap perusahaan berkepentingan untuk memperoleh
akses terhadap barang mentah atau buruh yang murah di dunia ketiga sebagai sumber
daya saing. Sementara itu aktivitas produksi di negara maju, kebanyakan didorong oleh
strategi menghindari hambatan perdagangan dan kedekatan pasar.

Dalam (Agus, 2011) terdapat mekanisme dan struktur ekonomi yang dikembangkan
selain forum perundingan dalam sistem globalisasi, yang sesungguhnya tidak ada
kaitannya dengan janjinya sebagai proses ekonomi global untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia secara global. Ada sejumlah elemen yang merupakan
anatomi dari globlalisasi. Pertama, adalah penciptaan mekanisme globalisasi sistem
dan proses produksi. Konsolidasi sistem fabrikasi dunia pada dasarnya merupakan
usaha penciptaan hirarki jaringan produksi dan perdagangan skala global dari
perusahaan-perusahaan transnasional (TNCs). Proses ekspansi ssistem produksi
global in dikembangkan melalui penciptaan dan pengalokasian Zone Proses Ekspor
(EPZs). EPZ adalah suatu wilayah Negara yang dikhususkan sebagai ekspor industri
dengan syarat mampu dan mau mengembangkan aturan dunia minimal yang
menyangkut aturan perburuhan dan pajak domestik sehingga menjadi daya tarik
Transantional Corporations (TNCs) untuk beroperasi.

Dengan demikian globalisasi sebagai proses pengintegrasian ekonomi nasional ke


dalam sistem ekonomi global pada dasarnya diperankan oleh aktor-aktor utama proses
tersebut. Menurut (Jhamtani, 2001) ada tiga aktor utama, pertama adalah TNCs, yakni
perusahaan multinasional yang besar yang dengan dukungan Negara-Negara yang
diuntungkan oleh TNCs tersebut membentuk suatu dewan perserikatan perdagangan
global yang dikenal dengan WTO yang menjadi aktor kedua. Ketiga, adalah lembaga
keuangan global IMF, dan Bank Dunia. Ketiga aktor globalisasi tersebut menetapkan
aturan-aturan seputar investasi, intelektual Property Rights dan kebijakan internasional.
Kewenangan lainnya adalah mendesak atau mempengaruhi serta memaksa Negara-
Negara melakukan penyesuaian kebijakan nasionalnya bagi kelancaran proses
pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam ekonomi global. Proses memperlicin jalan
pengintegrasian tersebut ditempuh dengan cara mengubah semua aturan kebijakan
yang menghalangi ketiga aktor-aktor globalisasi, terutama TNCs untuk beroperasi
dalam bentuk ekspansi produksi, pasar, maupun ekspansi investasi. Dengan demikian
sesungguhnya globalisasi tidak ada sangkut pautnya dengan kesejahteraan rakyat
ataupun keadilan sosial di Negara-Negara dunia ketiga, melainkan lebih didorong demi
motif kepentingan pertumbuhan dan akumulasi kapital berskala global.
Menurut (Gatut, 2009) Tindakan Indonesia dalam menghadapi globalisasi dengan
menciptakan ketahanan ekonomi dan perekonomian mandiri melalui cara:

1. Meningkatkan daya tawar dan kemampuan negosiasi dalam hubungan


internasional, mengurangi ketergantungan lembaga keuangan asing, mengurangi
hutang luar negeri dan intervensi asing.
2. Meningkatkan daya saing dengan menciptakan produk yang berkualitas standar
internasional, kreatif dan kompetitif.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan
tenaga asing.
4. Menciptakan kebijakan ekonomi yang terintegrasi dengan sektor strategis lainnya,
seperti sektor energi dan pangan.
5. Penguasaan teknologi, pembangunan infrastruktur dan melakukan efisiensi di
segala bidang.
6. Memperebutkan peluang pasar dan mengoptimalkan pemfaatan sumber-sumber
perekonomian nasional.

B. Menumbuhkan Sikap Mencintai Terhadap Budaya Bangsa

Menurut (Farid, 2016) dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada dalam
masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh seorang anggota masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda
dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal diantaranya
adalah :

1. Mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga
dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita.
2. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan,
misalnya : Mengikuti kompetisi tentang kebudayaan, misalnya tari tradisi atau
teater daerah. Ikut berpartisipasi dengan mementaskan budaya tradisonal pada
acara ataupun kegiatan tertentu, seperti pada saat perayaan hari ulang tahun
kemerdekaan bangsa, mengadakan pementasan ketoprak yang berbau
perjuangan, dan lain-lain.
3. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu
tidak musnah dan tetap dapat bertahan.
4. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain.
5. Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
budaya berbahasa.
6. Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita
miliki.
7. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme

Menurut Neala Agita (dalam Farid, 2016) seiring dengan perkembangan zaman, para
generasi bangsa sudah mulai melupakan serta meninggalkan kebudayaan-kebudayaan
Indonesia yang sangat kaya ini. Globalisasi juga berpengaruh kuat dalam menurunnya
tingkat kepedulian masyarakat dalam menjaga atau melestarikan budaya Indonesia.

Menurut (Neala, 2016) Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya
Indonesia terdapat empat poin penting :

1. Kenali Budaya : Mencari tahu tentang budaya Indonesia. Mengikuti kegiatan atau
komunitas tentang budaya, seperti tari tradisional, olahraga tradisional, dan lain-
lain.
2. Ajarkan Budaya Kepada Orang Lain       : Mengajar di sekitar lingkungan
dengan mengenalkan betapa indah dan kaya nya budaya Indonesia
3. Memperkenalkan budaya ke luar negeri   :Memposting kegiatan seni lokal di
media sosial, menggunakan produk lokal dan mengekspor barang hasil kesenian
budaya lokal.
4. Tidak terpengaruh dengan budaya asing  : Jadikan budaya sebagai identitas,
memilih serta memilah kebudayaan asing yang berdampak positif terhadap
kebudayaan lokal

Menurut (Dyah, 2011) Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh
yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam
kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-perlahan mulai pudar. Gencarnya serbuan
teknologi disertai nilai-nilai interistik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan
isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan
dunia. Cara penanganan agar semua pengaruh tersebut dapat diambil sisi positifnya
saja adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian
budaya bangsa. Dengan tertanamnnya jati diri bangsa pada setiap individu diharapkan
mampu menjadi filter bagi kebudayaan asing yang bisa masuk kapan saja dan dimana
saja. Strategi kebudayaan kedepan yang diperlukan bukan hanya menjadi tukang-
tukang teknologi, tetapi masyarakat diharapkan mampun untuk menjadi penemu,
dengan kata lain mendidik masyarakat untuk berfikir, berkata dan bertindak yang benar.

Dengan demikian masyarakat Indonesia mampu mengkolaborasikan antara produk


budaya dengan teknologi. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni
tradisional menjadi bagian dari kehidupanmodern, tentu akan terus berupaya
memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan
komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah
dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya
dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing.

C. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut (Purwasih dkk, 2015) Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna. Keunggulan manusia dibanding makhluk lainnya adalah akal pikiran
yang memiliki potensi luar biasa. Melalui akal yang dimiliki, manusia mampu
menciptakan benda dan mengupayakan cara memenuhi kebutuhan hidup. Terkait
tantangan dan kesempatan globalisasi, sumber daya manusia memiliki peran penting
untuk mampu bertahan menghadapi persaingan global. Sumber daya manusia
merupakan aset paling berharga yang dimiliki oleh suatu Negara, sebab sumber daya
manusia memiliki peran penting terhadap kelangsungan kemajuan pembangunan
Negara.

Dalam menghadapi tantangan globalisasi masyarakat Indonesia dituntut mampu


bersaing dengan sumber daya manusia Negara lain. Apabila sumber daya manusia
yang dimiliki suatu Negara rendah, akan timbul berbagai permasalahan sosial dalam
masyarakat. Masyarakat akan cenderung bersifat konsumtif. Masyarakat hanya
sekadar menerima pengaruh dari luar karena tidak mampu mengelola sumber daya
alamnya sendiri.

(Purwasih, 2015) berpendapat bahwa manusia merupakan aset terbesar yang dimiliki
suatu Negara. Tanpa kualitas sumber daya manusia yang baik Negara tidak dapat
berkembang ke arah yang lebih baik. nasib suatu bangsa sangat bergantung pada
sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan
globalisasi perlu upaya peningkatan sumber daya manusia. Adapun beberapa upaya
peningkatan sumber daya manusia menurut (Purwasih, 2015) sebagai berikut.

1. Membangun akses dan pemerataan pendidikan di berbagai wilayah.


2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik dari kependidikan.
3. Meningkatkan mutu wajib belajar 12 tahun.
4. Memperluas akses pelayanan kesehatan masyarakat.
5. Mengembangkan kapasitas kepemudaan dan olahraga berprestasi.
6. Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui berbagai pelatihan kerja.
D. Berpegang Teguh pada Norma-norma Sosial

Menurut (Purwasih dkk, 2015) pengembangan sumber daya manusia saja tidak cukup
untuk menghadapi tantangan globalisasi. Sumber daya manusia berkualitas tidak hanya
dalam aspek intelektualitas, tetapi juga aspek kepribadian dan spiritualitas. Norma-
norma sosial dibentuk untuk memelihara keharmonisan hubungan sosial masyarakat.
Baik hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan
manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Dengan berpegang teguh
padanorma-norma sosial, masyarakat dapat terhindar dari berbagai dampak negatif
globalisasi. Norma-norma sosial dalam masyarakat di antaranya norma agama,
kesopanan, kesusilaan, hukum, dan adat istiadat.

Menurut (Purwasih dkk,  2015) Norma merupakan aturan yang bersumber dari nilai
(Sesuatu hal yang dianggap penting bagi masyarakat). Norma dibentuk untuk
mengarahkan, mengatur, dan membatasi perilaku manusia agar sesuai dengan
harapan dan tujuan hidup bersama. Norma sosial di tiap daerah berbeda-beda. Kondisi
tersebut berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh setiap daerah.
Oleh karena itu, setiap individu hendaknya mampu beradaptasi dan mengedepankan
sikap saling menghargai dalam memandang suatu perbedaan. Selain itu, sikap disiplin
dan patuh terhadap norma-norma sosial menjadi kunci terwujudnya keteraturan sosial
dalam masyarakat. Dalam (Purwasih dkk, 2015) menghormati orang yang lebih tua
mencerminkan sikap budaya ketimuran yang perlu dipelihara. Nilai menghormati,
mengharagi, mengasihi, dan santun merupakan nilai-nilai yang berharga dalam
kehidupan sosial. Pengaruh globalisasi tidak seharusnya menyebabkan masyarakat
merlupakan nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, masyarakat perlu mematuhi norma
tersebut dan adat istiadat yang berlaku. Selain itu, terdapat norma agama yang mampu
mengajarkan para pemeluknya tata cara beribadah kepada Tuhan, hidup harmonis
antarsesama manusia, dan mengatur hubungan manusia dengan alam. Dengan
berpegang teguh pada ajaran agama, dapat membentengi diri dari berbagai pengaruh
negatif globalisasi. Agama mengajarkan kita untuk hidup harmonis dengan sesama
umat manusia, lingkungan, dan Tuhan. Selain norma agama, norma-norma sosial
sosial lainnya juga dapat mendorong masyarakat hidup dalam keselarasan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Era Globalisasi seperti sekarang ini telah banyak sekali penerapan-penerapan UUD
1945 dan Pancasila dalam bidang-bidang kehidupan, berbangsa dan bernegara mulai
dari waktu ke waktu. Perkembangan zaman inilah yang membuat bangsa Indonesia
mengalami kemajuan yang pesat dan kebaikan yang ditujukan untuk umum

Meskipun negara Indonesia tidak sepenuhnya dapat menghindar dari era Globalisasi
ini, namun masyarakat harus bisa menyesuaikan diri dan tetap beragama dan bermoral.
Tentunya era Globalisasi memiliki dampak negatif jika tidak disaring sesuai dengan nilai
Pancasila, parahnya lagi Globalisasi dapat menyebabkan kemunduran moral bagi
masyarakatnya.

B. Saran

Menurut pendapat saya, di era Globalisasi ini bangsa Indonesia perlu melakukan
berbagai perbaikan di segala bidang. Adapun bidang dasar yang cukup penting seperti
sosial dan budaya, politik, hukum serta bidang ekonomi. Hal ini perlu dilakukan agar
perubahan yang terjadi nantinya menjadi lebih baik lagi.

Kita juga perlu menanamkan penerapan nilai-nilai UUD 1945 dan Pancasila agar
bangsa Indonesia tetap maju dan ciri khas dari bangsa tersebut tetap terjaga meskipun
pengaruh era Globalisasi tidak dapat dihindarkan. Saya yakin bahwa bangsa ini akan
memiliki kehidupan yang lebih baik jika berpegang teguh pada pedoman yang ada,
walaupun jaman dan teknologi semakin canggih.
DAFTAR PUSTAKA

Purwasih, Joan Hesti, dkk. 2015. Sosiologi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Klaten: Intan
Pariwara
Suprijanto, Agus. 2011. Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap Perekonomian
Indonesia. Jurnal Ilmiah CIVIS. Volume 1, No 2.
Hira, Jhamtani. 2001. Ancaman Globalisasi Imperialisme Lingkungan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Budiono, Gatut L. 2009. Bisnis Internaisonal. Jakarta: FEBSOS.
Agustin, Dyah Satya Yoga. 2011. Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme
Generasi Muda Akibat Globalisasi. Jurnal Sosial Humaniora. Volume 4. No 2.
Purnama, Farid Yoga. 2016. Cara Menjaga Budaya Indonesia Tetap Lestari. Diakses
melalui https://www.dictio.id/t/bagaimana-cara-anda-untuk-menjaga-agar-budaya-
indonesia-tetap-lestari/1202/2 pada tanggal 24 Mei 2019.

Vous aimerez peut-être aussi