Vous êtes sur la page 1sur 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI : DHF

OLEH
KELOMPOK 4
MARYANA NOVALINDA RASMAD
MAKTILDE BAYO
FANTI KUSUMAWATI

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI NERS
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhage Fever (DHF) umumnya ditularkan melalui nyamuk yang
terinfeksi virus dengue. Pada pasien DHF dapat ditemukan beberapa gejala seperti
suhu tubuh tinggi serta mengigil, mual, muntah, pusing, pegal-pegal, bintik-bintik
merah pada kulit. Pada hari ke 2-7 demam dapat meningkat hingga 40-41 OC serta
terdapat beberapa perdarahan yang kemungkinan muncul berupa perdarahan dibawah
kulit (ptekia), hidung dan gusi berdarah, serta perdarahan yang terjadi didalam tubuh,
tanda dan gejala tersebut menandakan terjadinya kebocoran plasma (Centre of Health
Protection, 2018). Kien dengan DHF akan mengalami kekurangan volume cairan pada
tubuh yang disebabkan adanya kebocoran plasma. Tubuh mengeluarkan zat-zat
sikotin sebagai reaksi imun terhadap virus dengue. Kemudian zat-zat tersebut
berkumpul dipembuluh darah yang mengakibatkan kebocoran plasma. Kondisi lebih
lanjut pada pasien yang mengalami kekurangan volume cairan dapat menyebabkan
tubuh mengalami dehidrasi. Pada dehidrasi berat, akan terjadi penurunan kesadaran
(Musyayyadah, 2015).
World Health Orgnization (WHO) (2019) mencatat terjadi penurunan
signifikan pada kasus Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di Amerika pada tahun 2017
mencapai 584.263 kasus sedangkan pada tahun 2016 mencapai 2.177.171 kasus.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan Indonesia (2019), di
Indonesia pada bulan Januari 2019 terdapat 133 jiwa meninggal dunia dari 13.683
kasus DHF. Demikian pula pada bulan Februari 2019 kasus DHF terus mengalami
peningkatan yang mencapai 16.692 kasus, sedangkan pasien meninggal mencapai
169. Sementara itu kasus DHF di Provinsi NTT sepanjang tahun 2021 hingga 12
desember mencapai 2.092 kasus. Jumlah kasus ini tersebar di 22 kabupaten/kota,
diantaranya Kota Kupang 592 kasus, kabupaten kupang 60 kasus, TTS 26 kasus, TTU
58 kasus, malaka 28 kasus, kabupaten flores timur 13 kasus, lembata 92 kasus, ende
41 kasus, sikka 122 kasus, ngada 45 kasus, nagekeo 32 kasus, manggarai barat 533
kasus, manggarai timur 151 kasus dan manggarai 16 kasus, kabupaten sumba timur 46
kasus, sumba barat 35 kasus, SBD 79 kasus, sumba tengah 3 kasus, sabu raijua 61
kasus, rote 1 kasus, dan alor 8 kasus.
DHF disebabkan nyamuk Aedes Aegepty dan nyamuk Aedes Albopictus yang
terinfeksi atau membawa virus dengue. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit
manusia, nyamuk juga melepaskan virus. Virus dengue yang masuk kedalam tubuh
beredar dalam pembuluh darah bersama dengan darah. Virus bereaksi dengan
antibody yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5. Akibat
dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan sakit kepala.
Kemudian zat tersebut saling berikatan dengan darah dan berkumpul dipembuluh
darah yang kecil dan tipis yang mengakibatkan plasma bocor dan merembes keluar.
Plasma darah yang terdiri dari darah, air, protein, ion dan gula akan keluar ke
ekstraseluler yang mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan volume cairan.
Kondisi lebih lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan syok
hipovolemik yang kemudian mengarah pada kegagalan organ untuk melakukan
tugasnya hingga kematian (Kardiyudiana, 2019).
Tindakan yang diberikan pada pasien dengan masalah kekurangan volume
cairan yakni: memantau tanda-tanda vital, mengobservasi turgor kulit, memeriksa
hasil laboratorium, mendorong untuk meningkat masukan secara oral seperti
pemberian minum yang adekuat, jus, susu dan makanan ringan, memantau dan
mencatat masukan serta keluaran untuk mengetahui keseimbangan cairan. Seseorang
dapat dikatakan dehidrasi apabila terdapat tanda dan gejala berikut: menurunnya
turgor kulit, berat badan turun, mukosa mulut kering, frekuensi nadi meningkat, TD
menurun, pucat, nafas cepat, suhu tubuh meningkat (Renira,2019).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dari itu penulisan makalah ini menjadi
penting untuk Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Imun &
Hematologi : DHF.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu perawat
mengetahui gambaran penerapaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Ganguan Sistem Imun & Hematologi : DHF

2. TujuanKhusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
a. Membantu perawat dalam mengetahui Konsep Teori DHF
b. Membantu perawat untuk mengetahui Konsep Pengkajian Asuhan
Keperawatan (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi) pada pasien dengan gangguan
Sistem Imun & Hematologi: DHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori DHF
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama ( www. ppni-klaten.com )
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue
yang disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dengan
virus dengue tersebut. (Riyadi Sujono dan suharsono . 2010 )
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aedypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi virus yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti, yang masuk kedalam tubuh melalui gigitannya

2. Etiologi dan Cara penularannya


Dengue Hemoragic Fever (DHF) diketahui disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan
dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok
arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus
yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang
terselubung, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o C, famili Flaviviridae dan genus
Flavavirus (Hadinegoro SRH, dkk, 2004). Virus dengue mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN 1, DEN2, DEN3, DEN4. vektor penularan nyamuk ini adalah Aedes
aegypti. Di Indonesia virus ini telah berhasil diisolasi dari darah penderita. Di
Jakarta, daerah endemis tinggi, dari sebagian besar penderita DHF derajat berat
maupun yang meninggal dapat diisolasi virus dengue tipe 3 (Hadinegoro SRH,
dkk, 1999).
Selain virus terdapat 2 faktor lain yang berperan pada penularan infeksi virus
dengue yaitu manusia dan vektor perantara. Vektor utama dengue di Indonesia
adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes albopictus betina (Hadinegoro
SRH, dkk, 2004).
Aedes Sp. telah lama dikenal sebagai penyebar virus Dengue penyebab
penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini sekarang ditemukan di negara-
negara yang terletak di antara garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350
Lintang Selatan, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000
meter di atas permukaan laut.
Nyamuk Aedes Sp. dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosa lengkap,
sebagaimana serangga lainnya dalam ordo Diptera. Stadium yang dialami
meliputi stadium telur, larva, pupa dan dewasa (Gerald D. Schimt, 2001).
a. Telur Aedes aegypti

Stadium telur memakan waktu beberapa hari (1 – 2 hari). Telur nyamuk


Aedes aegypti berbentuk lonjong berwarna hitam, terdapat gambaran anyaman
seperti sarang lebah. Telur ini diletakkan oleh nyamuk betina secara terpisah-
pisah di tengah atau di tepi permukaan air jernih dan tenang. Telur nyamuk
Aedes aegypti dalam keadaan kering dapat bertahan dalam waktu 6 bulan
meskipun dalam lingkungan tanpa air (Depkes.RI., 1995a ).
b. Larva Aedes aegypti

Stadium larva biasanya berlangsung 6 – 8 hari (Depkes.RI., 1992a). Dalam


perkembangannya stadium larva memerlukan tingkatan – tingkatan. Selama
ini stadium larva dikenal memiliki empat tingkatan larva yang masing –
masing tingkatan dinamakan instar.
Adapun sifat dari larva nyamuk Aedes aegypti diantaranya ukuran 0,5
sampai 1 cm, gerakannya berulang – ulang dari bawah ke atas permukaan air
untuk bernapas kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya serta pada
waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air
(Depkes.RI., 1995a).
Ciri – ciri yang khas dari larva Aedes aegypti yaitu adanya corong udara
pada sigmen terakhir, pada corong udara terdapat pectin dan sepasang rambut
serta jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya yang
penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada
tidaknya binatang lain yang merupakan predator.
c. Pupa Nyamuk Aedes aegypti

Pupa nyamuk juga bersifat akuatik (hidup di air) dan sangat aktif, namun
tidak makan. Walaupun demikian mereka harus ke permukaan air untuk
mengambil nafas melalui terompet pernapasan yang dimilikinya. Pupa Aedes
aegypti mempunyai morfologi yang khas yaitu mempunyai terompet
pernafasan berbentuk segitiga. Bentuk tubuhnya seperti koma, bersifat aktif
dan sensitive terhadap gerakan dan cahaya. Biasanya pupa terbentuk pada sore
hari dan berumur hanya 1-2 hari untuk segera menjadi nyamuk dewasa (Tri
Wulandari, 2001).
d. Imago Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti dewasa memiliki ciri morfologi yang khas yaitu berukuran
lebih kecil daripada nyamuk rumah, dengan warna dasar hitam berbelang-
belang putih pada bagian tubuh dan kaki dan adanya gambaran lyre berwarna
putih dengan senarnya yang berwarna kuning pada bagian dorsal thoraksnya.
Nyamuk dewasa betinalah yang menghisap darah manusia untuk keperluan
pematangan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti betina ini adalah nyamuk yang
cerdas ia tidak berdengung ketika terbang sehingga orang yang akan
digigitnya tidak akan sadar bahwa ia akan digigit. Nyamuk ini menyerang
manusia dari bagian bawah atau belakang tubuh mangsanya. Biasanya pada
tungkai kaki atau pada bagian pergelangan kaki. Dalam menghisap darah,
nyamuk ini bersifat intermitten (berulang) sebelum ia merasa kenyang. Sifat
seperti inilah yang menyebabkan dalam saat yang sama dapat menginfeksi
beberapa orang dalam suatu keluarga Umur Aedes aegypti di alam bebas
sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini mengembangbiakkan
Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak dalam tubuhnya (Tri
Wulandari,2001).
Tempat perindukan nyamuk ini adalah tempat penampungan air yang
mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi,
drum, tangki air dan tempayan. Spesies nyamuk ini aktif menghisap darah
pada siang hari (Hadinegoro SRH, dkk, 2004).
Nyamuk ini dapat menularkan virus dengue kepada manusia yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia (2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul). Virus kemudian berkembang biak dalam
tubuh nyamuk yang terutama ditemukan dalam air liurnya dalam 8-10 hari
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Pada
manusia, virus memerlukan waktu 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit.

3. Manifestasi Klinik
a. Demam tinggi selama 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
d. Trombositopenia <100.000/ul
e. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
f. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
g. Sakit kepala
h. Pembengkakan sekitar mata
i. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
j. Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah, melena,
hematuria masif (Renira, 2019).

4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegipty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Rennjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersama dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolic, kematian.
5. PATHWAY DHF Gigitan nyamuk aedes aegpty yang mengandung virus dengue
Masuknya virus dengue dalam tubuh
Kontak dengan antibody 4
Virus bereaksi dengan antibody
Terbentuk kompleks virus antibody
Kurang
DHF MRS stress hospitalisasi informasi Ansietas

Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone


virus masuk ke Aktivasi
Aktivasi komplemen C3 Aktivasi C3 dan C5 Reaksi syok
Aktivasi dalam pembuluh Pelepasan mediator Aktivasi C3 factor
Syok
dan C5 factor darah kimia(histamine, Hageman(f hipovolemik
hipovolemik dan C5
Pelepasan Agregasi bradikinin,
Hageman(fa Menstimulasi sel actor XII)
anafilatoksikC3a,C5a) trombosit prostaglandin) Pe↑
ctor XII) Penurunan oksigen dalam yang Penurunan
host inflamasi Berikatan permeabilitas
(seperti mikrofag, jaringan diproduksi oksigen
Mengakaktif Melepas dengan membrane
Sel mast melepaskan oleh hepar dalam
kan sistem ADP neutrofil) reseptor kapiler
histamin Pe↓ oksigen jaringan
kinin Memproduksi nyeri (IP-3) Kebocoran
Thrombosit endogenus pirogen dalam jaringan plasma
P↑ Permeabilitas P↑ sensasi Penurunan
dinding pembuluh Resiko mengalami (IL-1, IL-6) P↑ nadi, metabolisme
nyeri Perfusi ke
darah ketidakseimba kerusakan P↑ TD, Volume plasma jaringan
ngan cairan Sintesis prostaglandin ginjal menurun (albumin) ↓
Kebocoran plasma (metamorfosis) diaforesis Lemah,
dalam hipothalamus
Pe ↑ kerja hepar pusing,
Perdarahan, Trombosit yang Nyeri akut Pe↓ GFR
Volume plasma demam, mual rusak dimusnahkan Prostaglandin berikatan dengan frekuensi
neuron prepiotik di hipotalamus Hepatomegali nadi dan
berkurang muntah oleh RES Produksi urine menurun
(oliguria) Gangguan metabolism pernapasan
Reaksi syok P↓ kadar O2 dalam Meningkatkan thermostat “set
Trombositopenia lemak, protein, & meningkat
hipovolemik jaringan point” pada pusat termoregulator Resiko perfusi renal karbohidrart Intoleransi
Pe↑ suhu tubuh, tidak efektif aktivitas
Faktor Pe ↑ SGOT & SGPT
Kompensasi CRT > 3 detik, Produksi takikardi, takipnea Mual, muntah, anoreksia
koagulasi me↓
tubuh: akral dingin, warna panas me↑
hiperventilasi kulit pucat
Hipertermia Masukan nutrisi ↓ Defisit Nutrisi
P↓ kadar TC,
Dispnea, Kehilangan cairan
P↑suhu tubuh,
takikardi, Perfusi perifer melalui evaporasi
Nadi lemah
sianosis, gelisah tidak efektif
Pe↑ suhu tubuh, Resiko
Gangguan Resiko keringat berlebihan ketidakseimbangan
pertukaran gas Perdarahan
6. Klasifikasi DHF
Ada 4 derajat klasifikasi penyakit DHF menurut WHO (1997 ) : (Hassan R,
Alatas H. Dengue, 1985)
a. Derajat I
Demam tinggi yang disertai gejala klinis yang tak khas dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adalah uji rumple leed positip.
b. Derajat II
Seperti derajat I tetapi disertai pendarahan spontan di kulit dan atau
pendarahan nyata lain (petekie, pendarahan gusi, pendarahan hidung,
hematemesis, melena).
c. Derajat III
Seperti derajat II yang disertai tanda – tanda adanya kegagalan sirkulasi yaitu
denyut nadi yang cepat dan kecil, tekanan nadi menurun atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit menjadi dingin dan lembab, penderita tampak
gelisah.
d. Derajat IV
Sudah terjadi syok dimana nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur.

7. PemeriksaanPenunjang
a. Darah lengkap :
-    Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20 % / lebih ),
-    Trombositopenia 100.000/mmᶾ atau kurang .
-    Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
-    Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
-    Masa perdarahan memanjang.
-    Protein rendah (hipoproteinemia)
-    Natrium rendah (hiponatremia)
-    SGOT/SGPT bisa meningkat
-    Astrup : Asidosis metabolic
b. Serologi : Uji hemaglutinasi inhibisi, Uji komplemen fiksasi, Uji neutralisasi,
IgM, IgG
c. Rontgen thoraks : Efusi pleura, hepatomegali, kardiomegali
d. Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria)
8. Penatalaksanaan
a. Pada kasus DHF derajat I dan II
1. Tirah baring
2. Asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi
Asupan makanan berupa diet makanan lunak. Pasien dianjurkan untuk
banyak minum, 2-2,5 liter dalam 24 jam. Pemberian cairan oral bertujuan
untuk mencegah dehidrasi. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus
buah, teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak
dapat diberikan karena penderita muntah , tidak mau minum, atau nyeri
perut yang berlebihan sebaiknya diberikan secara intravena.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin dan dipiron.
Paracetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu dibawah 39o
C dengan dosis 10-15 mg / kgbb / kali. Hindari pemberian salisilat
(aspirin, asetosal) karena dapat menimbulkan pendarahan saluran cerna
dan asidosis. Selain pemberian obat-obatan juga dilakukan pemberian
kompres dingin.
4. Monitor tanda- tanda vital (suhu, nadi. Tekanan darah, pernafasan).
Jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap jam. Periksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari, terutama saat dimana
periode febris berubah menjadi afebril. Monitor tanda-tanda rejatan dini
meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk. Bila penderita terus muntah
atau keadaan semakin memburuk perlu diberkan cairan per intravena
dengan Ringer laktat atau Dekstrosa 40 % dalam NaCL 0,9 %.
b. Pada kasus DHF derajat III dan IV
1. Prinsipnya mengatasi syok yang terjadi dengan memberikan cairan
pengganti yang adekuat dalam waktu yang cepat. Pada syok yang berat,
sering tetesan yang terjadi dengan klem dibuka masih kurang cepat karena
kolapnya pembuluh darah perifer. Untuk itu perlu diberikan cairan secara
intravena dengan tekanan yaitu menyuntikkan sejumlah 200 cc cairan dari
semprit dan setelah agak lancar baru dilanjutkan dengan tetesan infus.
Tetesan dapat diberikan dengan dosis 20 ml/kgbb/jam, sampai 30-40
ml/kgbb/jam. Secara praktis diberikan 1-2 liter secepat mungkin dalam
waktu 1-2 jam.
2. Bila dengan cairan ringer laktat tak memberikan respon yang baik, maka
cairan diganti dengan plasma dengan dosis 15-20 ml/kgbb/jam. Dosis
dapat dinaikkansampai 30-40 ml/kgbb/jam. Pada beberapa kasus mungkin
perlu dilakukan pemeriksaan tekanan vena sentral.
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi tiap 1-2 jam, Hb dan HCT tiap
4 jam. Observasi hepatomegali, pendarahan, efusi pleura, gejala edema
paru, produksi urin dan suhu badan.
4. Koreksi keseimbangan asam dan basa
5. Transfusi darah, sebaiknya darah segar. Indikasinya pendarahan nyata
seperti hematemesis, melena, epistaksis terus menerus
6. Pemberian antibiotik bila diperkirakan adanya infeksi sekunder.
7. Oksigen pada setiap pasien syok
8. Trombosit konsentrat. Pemberian ini masih kontroversial
c. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit > 50.000 / ul
7. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis)

9. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan
terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan
saluran cerna, hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik
vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung,
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan
integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel
secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga
pasien meninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
d.  Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada DHF
1. Pengkajian
Dalam pengkajian yang dikaji pada pasien yaitu, identitas pasien, riwayat
keperawatan yang meliputi keluhan utama (Keluhan utama saat masuk rumah sakit
dan keluhan saat pengkajian), riwayat penyakit (riwayat penyakit terdahulu, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial dan spiritual), dan
pengkajian fisik
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam lebih dari
tiga hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Catatan tentang penyakit yang pernah dialami pasien sebelum masuk
rumah sakit (Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit
kepala, tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan, lemah,
nyeri otot dan persendian, konstipasi dan bisa juga diare, mukosa mulut
kering, perdarahan gusi, lidah kotor, mata terasa pegal, sering
mengeluarkan air mata(lakrimasi), foto fobia, ruam pada kulit(kemerahan)
Perdarahan pada kulit ptekie,ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain
(epitaksis, hematemesis, hematuria, melena)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penderita DHF pada keluarga, karena penyakit DHF adalah
penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
3. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Catatan tentang lingkungan sekitar (Biasanya lingkungan kurang bersih,
banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air
minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan)
5. Pengkajian Per Sistem
a) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
b) Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS
c) Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade
IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f) Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
g) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya keluhan nyeri otot dan sendi terutama bila
sendi dan otot perut ditekan, pusing dan pegal-pegal seluruh tubuh.
Akibatnya akan ditemukan gangguan rasa nyaman

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus DHF berdasarkan phatway, diagnosa
yang mungkin muncul yaitu
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus (D.0130)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
c. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler ,
perdarahan (D.0036)
d. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (trombositopenia)
(D.0012)
e. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi (D.0077)
f. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan perdarahan (D.0009)
g. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit dan tindakan
perawatan yang dilakukan (D.0080)
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah (D.0056)

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermi Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen
berhubungan dengan selama …. jam, termoregulasi membaik Hipertermi I.15506
proses infeksi virus dengan kriteria hasil: (SIKI hal. 181)
yang ditandai dengan  Menggigil menurun 2. Edukasi dehidrasi
suhu tubuh diatas nilai  Kulit merah menurun (SIKI hal. 53)
normal (>37,5oC),  Pucat menurun
kulit merah, takikardi,  Takikardi menurun
takipnea, kulit terasa
 Bradikardi menurun
hangat
 Takipnea menurun
 Suhu tubuh mambaik
 Tekanan darah membaik
Deficit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen nutrisi,
kurangnya asupan selama …… jam, status Nutrisi membaik I.03120 (SIKI hal.200).
makanan d.d berat dengan kriteria hasil:
badan menurun, nafsu  Porsi makanan yang dihabiskan
makan menurun, meningkat
membrane mukosa  Pengetahuan tentang pilhan makanan
pucat, sariawan. yang sehat meningkat
 Pengetahuan tentang standar asupan
nutrisi yang tepat meningkat
 Nyeri Abdomen menurun
 Sariawan menurun
 Frekuensi makan membaik
 Nafsu makan membaik
 Bising usus membaik
Resiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen Cairan
ketidakseimbangan selama …… jam, keseimbangan cairan I.03098 (SIKI, Hal 159)
cairan berhubungan meningkat dengan kriteria hasil: 2. Pemantauan ciaran
dengan permeabilitas  Asupan cairan meningkat I.03121 (SIKI, hal 238)
kapiler , perdarahan  Haluaran urin meningkat
ditandai dengan  Dehidrasi menurun
kurangnya asupan  Denyut nadi radial membaik
cairan, keringat yang  Turgor kulit membaik
berlebihan, suhu tubuh
meningkat
Resiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Pencegahan
berhubungan dengan selama …. jam, resiko perdarahan perdarahan, I.02067
gangguan koagulasi menurun dengan kriteria hasil: (SIKI, hal 283)
(trombositopenia),  Kelembapan kulit meningkat
ditandai dengan  Hematemesis meningkat
penurunan kadar  Hematuria meningkat
trombosit dalam  Distensi abdomen meningkat
darah, suhu tubuh  Hemaglobin membaik
meningkat, denyut  Trombosit meningkat
nadi lemah(D.0012)  Suhu tubuh membaik
 Denyut nadi apikal membaik
Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen nyeri
injuri fisik (DHF), selama …… jam maka tingkat nyeri I.08238(SIKI
viremia, nyeri otot menurun dengan kriteria hasil: hal.201-202)
dan sendi ditandai  keluhan nyeri menurun, 1. Pemberian
dengan pasien  meringis menurun analgesic, I.08243
mengeluh nyeri,  gelisah menurun, (SIKI hal. 251-252)
tampak meringis,  frekuensi nadi membaik,
gelisah, frekuensi  kesulitan tidur menurun.
nadi meningkat, sulit
tidur.
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Perawatan sirkulasi,
efektif b.d penurunan selama ….. jam maka perfusi perifer I.02079 (SIKI hal.
kadar O2 dalam meningkat dengan kriteria hasil: 345)
jaringan ditandai  warna kulit pucat menurun, 2. Manajemen
dengan pengisian  pengisian kapiler membaik, specimen darah,
kapiler >3 detik, akral  akral membaik. I.02047 (SIKI
teraba dingin, warna hal.219-220).
kulit pucat. 3. Pemantauan tanda
vital, I.02060 (SIKI
hal248-249).
4. Pemantauan hasil
laboratorium,
I.02057 (SIKI hal.
242)
5. Terapi oksigen,
I.01026 (SIKI hal.
430-431).
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Reduksi ansietas
dengan ketidaktahuan selama ….. jam maka tingkat kecemasan I.09314 (SIKI hal.
tentang penyakit dan menurun dengan kriteria hasil: 387)
tindakan perawatan  Verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dilakukan yang dihadapi menurun
 Perilaku gelisah menurun
 Perilaku tegang menurun
 Anoreksi menurun
 Konsentrasi membaik
 Pola tidur membaik
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen energy
berhubungan dengan selama ….. jam maka toleransi aktivitas I.05178 (SIKI hal. 176)
kondisi tubuh yang meningkat dengan kriteria hasil: 2. Terapi aktivitas
lemah  Keluhan lelah menurun I.05186 (SIKI hal. 415)
 Dispnea saat aktivitas dan setelah
menurun
 Perasaan lemah menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi nafas membaik
 Saturasi oksigen membaik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien
(Perry, 2009).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telahditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang
terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul
masalah baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aedypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010). Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
Penatalaksanaan pada kasus DHF yang harus diperhatikan adalah tirah
baring, asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi, medikamentosa yang bersifat simtomatis
dan monitor tanda- tanda vital (suhu, nadi. Tekanan darah, pernafasan).

B. Saran
1. Bagi institusi
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa memberikan
asuhan keperawatan yang professional untuk pasien, khususnya asuhan
keperawatan dengan DHF
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan pembaca terkait
Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan system imun dan
hematologi: DHF
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013. aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : Yogyakarta
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Salemba Medika :
Jakarta
Riyadi, Sujono dan Suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit . Yogyakarta :
Gosyen publishing
Brunner &Suddarth. (2013).Keperawatan MedikalBedah. Jakarta: EGC.
Kozier, dkk. (2010), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik,
Edisi 7, Vol 2. EGC : Jakarta
Potter & Perry, 2009, Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses dan Praktik,
edisi 4, volume 1, EGC, Jakarta
PPNI. (2018). StandarIntervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. Pokja S.D.K.I (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Indikasi dan
indikatorDiagnostik(Cetakan II). Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi