Vous êtes sur la page 1sur 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPHOID DAN DENGUE HAEMORRAGIC FEVER ( DHF )

I. PENGERTIAN DEMAM TYPHOID DAN DENGUE HAEMORRAGIC FEVER (DHF)

1. Pengertian Demam Typhoid

Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usu halus yang disebabkan
oleh salmonella thypii yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut, atau minuman
yang terkontaminasi(Hidayat, 2006). Menurut Sodikin. (2011:240) “Demam Typhoid
(entric fever) adalah infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala
demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran”.

Demam typhoid atau typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
menyerang saluran cerna (usus halus) dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa typhoid abdominalis atau demam
typhoid adalah infeksi bakteri akut yang disebabkan oleh salmonella typhii yang menyerang
usus halus dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu yang dapat menimbulkan gangguan
pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.

2. Pengetian DHF ( Dengue Haemorragic Fever )

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina
(Hidayat, 2006).

Kesimpulan dari DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi.

II. MANIFESTASI KLINIS DEMAM TYPHOID DAN DHF

a. Manifestasi Klinis Demam Typhoid

Masa tunas 7-14 hari (rata -rata 3 -30 hari) selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodomal berupa rasa tidak enak badan. Pada kasus terdekat demam remiten pada minggu
pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan biasannya meningkat pada sore hari dan malam
hari. Minggu selanjutnya minggu kedua pasien terus dalam keadaan demam, yang kemudian
turun secara berangsur - angsur pada minggu ketiga. Lidah ujung tampak kotor dan tepi tampak
kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar dan nyeri jika diraba. Biasanya
terdapat tipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat terjadi diare (Mansjor, 2000).
b. Manifestasi Klinis DHF

Pada kasus DHF derajat ringan (1) dapat ditemukan gejala klinis seperti pendarahan
spontan dengan uji torniquet positit, trombositopenia, dan hemokosentrasi. Apabila disertai
dengan pendarahan spontan pada kulit atau tempat lain termasuk derajat sedang (II); apabila
terjadi kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah, adanya
sianosis termasuk derajat berat (III); dan apabila terjadi kegagalan sirkulasi dan nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak terukur maka termasuk derajat sangat berat (IV) (Hidayat, 2006).

Sedangkan kriteria diagnosis DHF menurut (WHO, 1997) dengan pemeriksaan


laboratorium klinis: Demam tinggi mendadak terus menerus selama 2-7 hari, manifestasi
perdarahan setidaknya uji torniquet (+), hepatomegali, syok, trombositopenia ( <100.000/mmᶟ ),
hemokosentrasi lebih 20% dari normal.

III. ETILOGI DEMAM TYPHOID DAN DHF

a. Etiologi Demam Typhoid

Penyebab Dari Penyakit Demam Typhoid Adalah Salmonella Typhosa Yang Memeliki
Ciri-Ciri Kuman Bergerak Dengan Bulu Getar Dan Tidak Berspora Basil Gram Negatif Dan
Mempunyai 3 Jenis Antigen Paling Sedikit Yaitu Antigen H (Hegella), Antigen O (Somatik
Yang Terdiri Atas Zat Kompleks Lipopolisakarida), Dan Antigen Vi (Sodikin, 2011).

b. Etiologi DHF

Faktor Utama Dengue Adalah Nyamuk Aedes Aegypti Yang Mana Virus Dengue
Tergolong Dalam Family/Suku/Grup Flaviviridae Dan Dikenal Ada 4 Serotipe. Dengue 1 Dan 2
Ditemukan Di Irian Ketika Berlangsungnya Perang Dunia Ke – Iii, Sedangkan Dengue 3 Dan 4
Ditemukan Pada Saat Wabah Di Filiphina Tahun 1953-1954. Virus Dengue Berbentuk Batang,
Bersifat Termobil, Sensitif Terhadap Inaktivasi Oleh Dietileter Dan Natrium Dioksikolat, Stabil
Pada Suhu 700 C. Keempat Serotif Telah Ditemukan Pula Di Indonesia Dengan Serotif Ke 3
Merupakan Serotif Yang Paling Banyak. Dengue Merupakan Serotype Yang Paling Banyak
Beredar (Hendarwanto, 1996).

IV. PATOFISIOLOGI DEMAM TYHPHOID

a. Pathofisiologi Demam Typoid

Salmonella thypi masuk dan merusak tubuh manusia melalui makanan yang tercemar,
sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi diserap melalui usus,
melalui pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai ke organ-organ lain,
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembangbiak dalam hati dan limpa
sehingga organ -organ tersebut akan membesar disertai dengan rasa nyeri pada perabaan,
kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bacterima) dan menyebar kesuluruh tubuh
terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa diatas plak nyeri ; tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi
usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus (Sodikin, 2011).
b. Pathofisiologi DHF

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler. Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal - pegal diseluruh tubuh, ruam
atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,


terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena.

V. KLASIFIKASI DEMAM TYPHOID DAN DHF

1. Menurut WHO, ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala klinis :

a. Demam tifoid akut non komplikasi

Demam tifoid akut non komplikasi di karakteristikkan dengan adanya demam


berkepanjangan abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak
anak), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal
penyakit selama peride demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya rose spot pada dada,
abdomen dan punggung.

b. Demam tifoid dengan komplikasi

Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi parah.
Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat
mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi usus dan peningkatan ketidaknyamanan
abdomen.

c. Keadaan karier

Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier tifoid
bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi difeses. (Fitrianggraini,A., 2012).

2. Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DEMAM TYPHOID DAN DHF

a. Pemeriksaan Diagnostik Demam Typhoid

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, umfositosis relatif, dan
aneosinopsis pada permukaan sakit (Sodikin, 2011)

2) Kultur empedu (+) : darah minggu I, tinja minggu II, air kemih minggu III (Leksana, &
Mirzanie, H, 2006).

3) Pemeriksaan widal, yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O. Titer yang
bernilai 1/200 atau lebih merupakan kenaikan yang progesif, atau pada titer sepasang terjadi
kenaikan 4 kali titer aglutinin H (flagella) infeksi pasca lampu atau pasca imunisasi (Sodikin,
2011 ; Leksana, & Mirzanie, 2006).

b. Pemeriksaan Diagnostik DHF

1) Darah lengkap : Haematokrit meningkat 20%, trombositopeni ( <100.000/mmᶟ ) Hemoglobin


meningkat 20%, leukosit menurun pada hari ke 2 – 3.

2) IgM terdeteksi hari ke - 5, meningkat sampai minggu ke III, menghilang setelah 60 – 90 hari.

3) IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder mulai hari
ke 2

4) Serologi : Uji HI (Hemaglutinin Inhibition Tet), Dengue Blot.

5) Uji tourniquet (+)

6) Rontgen Thorac : Effusi Pleura

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS DEMAM TYPHOID DAN DHF

a. Penatalaksanan Medis Demam Typoid

Menurut leksana dan Mirzanie, (2006) ; Sodikin (2011), penatalaksanaanya adalah :

1) Tirah baring dengan alih baring

2) Diet tinggi kalori tinggi protein selama masih demam

3) Medikamentosa

a) Kloramfenikol 74 mg/kgBB/hr dibagi 4 dosis, maksimal 2 gr/hr diberikan sampai 3


hari bebas demam, minimal selama 7 hari.

b) Kotrikmosazol 6 mg, trimetoprim 30 mg, sulfametoksazol /kgBB/hr dalam 2 dosis


sampai 3 hari bebas demam minimal 7 hari.

c) Antipiretik (bila perlu) paracetamol 10 mg/kgBB/hr

d) Pada demam typoid berat deksametason dosis tinggi 1-3 mg/kgBB/hr.


b. Penatalaksanaan DHF

Menurut (leksana, & Mirzanie, 2006;Soedarmo, 2010) penatalaksanaan pokok DHF adalah :

1) Larutan kristaloid yang direkomendasikan oleh WHO adalah larutan RL, dekstros 5 % dalam
(D5/RL), ringer asetat (RA), dekstrosa 5% dalam (D5/ RA), nacl 0,9 %,

2) Larutan kiloid dekstran 40 dan plasma darah

3) Istirahat / tirah baring

4) Makanan lunak, bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, jus buah, sirup, teh manis, oralit)

5) Bila suhu >38,50 C beri parasetamol

6) Diet TKTP

7) Monitor gejala klinis dan laboratorium (Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

8) Perhatikan tanda syok, ukur dieresis

VIII. PATHWAY

a. Pathway Demam Typhoid


b. Pathway Dengue Haemorragic Fever ( DHF )
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
2. Pengkajian
a. Identitas diri
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, ststus
perkawinan, dan identitas penanggung jawab
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan saat masuk rumah sakit dan keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi apakah dahulu mempunyai riwayat penyakit menular atau tidak
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi apakah keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit menular atau
keturunan
f. Riwayat obstetric dan gynekologi
Meliputi apakah pasien pernah melakukan persalinan atau mempunyai penyakit
yang berhubungan dengan alat reproduksi
g. Riwayat kontrasepsi
Meliputi apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi atau tidak
h. Aktifitas sehari-hari
Meliputi kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh klien
i. Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari kepala sampai kaki yang meliputi :
(inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
 Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah
 Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah sklera ikterus
 Leher
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah ada kelenjar
tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jungularis
 Thoraks
- Payudara
Terdapat perubahan payudara, payudara membesar, puting mulai
erektil
- Jantung
Volume darah yang menurun karena kehilangan darah dan kembali
normal 3-4 minggu
 Abdomen
Memeriksa bising usus pada 4 kuadran
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada kasus kolik abdomen adalah :
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan
kontraksi organ)
 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaphoresis
 Resiko cedera berhubungan dengan orientasi efektif, penurunan
hemoglobin, trombositopeni, hipoksia jaringan
 Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. Intervensi keperawatan dan implikasi keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Pain level Manajemen nyeri
Pain control Definisi : mengurangi nyeri dan
Comfort level menurunkan tingkat nyeri yang
Kriteria hasil : dirasakan pasien
 Mengenali faktor penyebab Intervensi :
 Mengenali onset (lamanya  Lakukan pengkajian nyeri
sakit) secara komprehensif termasuk
 Menggunnakan metode lokasi, karakteristik, durasi,
pencegahan frekuensi, kualitas dan faktor
 Menggunakan metode presipitasi
nonanalgetik untuk  Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri terapeutik untuk mengetahui
 Menggunnakan analgetik pengalaman nyeri pasien
untuk sesuai kebutuhan  Kaji kultur yang
 Mencari bantuan tenaga mempengaruhi respon
kesehatan  Evaluasi pengalaman nyeri
 Melaporkan gejala pada masa lampau
tenaga kesehatan  Kontrol lingkungan yang
 Menggunakan sumber-sumber dapat mempengaruhi nyeri
yang tersedia seperti suhu ruangan,
 Mengenali gejala-gejala nyeri pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

Vous aimerez peut-être aussi