Vous êtes sur la page 1sur 23

SURVEILANS

TB PARU
KELOMPOK 2 – 4B KESEHATAN MASYARAKAT
POKOK
BAHASAN

Latar Belakang/Masalah Penyakit TB Paru

Rantai Penularan Penyakit TB Paru

Justifikasi Pelaksanaan Surveilans TB Paru

Pelaksanaan Surveilans

Indikator Utama Surveilans TB Paru


1
Latar Belakang/Masalah
Penyakit TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini

Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, dan dua-pertiga kasus
diperkirakan terjadi pada kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun

Tahun 2010 terdapat sekitar 8,8 juta insiden kasus TB dengan 1,1 juta diantaranya
meninggal dunia pada kasus HIV negatif dan 350.000 pada kasus HIV positif.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis


sehingga penyakit ini merupakan isu kesehatan global dan menjadi masalah kesehatan
prioritas terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Situasi TB di dunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak
berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara
dengan masalah TB terbesar (high burden countries)

Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB


sebagai kedaruratan dunia (global emergency)
2
Rantai Penularan
Penyakit TB Paru
seorang pasien Tuberkulosis batuk,
terhirup oleh orang
percikan ludah yang mengandung
lain saat bernapas
bakteri

bisa menyebar ke bagian tubuh lain


basil Tuberkulosis tersembur dan terhisap
melalui peredaran darah pembuluh
ke dalam paru orang sehat
limfe atau langsung ke organ terdekat

Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.


Masa inkubasinya selama 3-6 bulan

Pasien Tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan


lebih besar dari pasien Tuberkulosis Paru dengan BTA negatif. Setiap satu
BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular Tubekulosis adalah 17%.
Menurut Depkes RI pada tahun 2008 faktor risiko kejadian
Tuberkulosis, secara ringkas digambarkan pada gambar berikut:
3
Justifikasi Pelaksanaan Surveilans
Penyakit TB Paru
TB paru merupakan salah satu penyakit yang
berpotensi terjadi KLB. Surveilans TB paru terutama
ditujukan untuk deteksi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
monitoring program penanggulangan.

Setiap letusan KLB dilakukan penyelidikan epidemiologi dan


pemusatan penularan serta pengambilan dan pemeriksaan
spesimen.
4
Pelaksanaan Surveilans
Penyakit TB Paru
1 Tujuan

Memonitor kecenderungan (trends) penyakit.

Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi


dini outbreak.

Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit


(disease burden) pada populasi.

Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,


implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan.

Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan.

Mengidentifikasi kebutuhan riset.


2 Kriteria Kasus

Kasus Baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu)

Kasus Kambuh (Relaps)

Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah


dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).

Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out)

Pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
2 Kriteria Kasus

Kasus Gagal (Failure)

Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Kasus Pindahan (Transfer In)

Pasien TB yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya

Kasus Lain

Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
3 Sumber Data

Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan


yang merupakan data sekunder dan data primer yaitu hasil
wawancara dengan pemegang program penyakit Tuberkulosis.
4 Masalah atau Kendala Pelaksanaan Surveilans

Permasalahan dalam pencatatan data TB di rumah sakit

• Ketidakakuratan data

• Ketidaklengkapan data dikarenakan petugas harus mengumpulkan data dari


berbagai sumber

• Validasi data memerlukan waktu lama

• Tidak dapat memberikan informasi bulanan tepat waktu

• Kesulitan untuk monitoring pasien selama pengobatan

• Kesulitan jika ingin membuat laporan yang bervariasi dengan tampilan tabel,
grafik maupun peta
4 Masalah atau Kendala Pelaksanaan Surveilans

Permasalahan yang Berkaitan dengan Struktural dan Pendanaan


• Selama ini pelaksanaan surveilans masih bersifat vertikal, dan terpisah antar
satu program dengan program lainnya

• Perlu penguatan sistem surveilans di daerah dengan cara penguatan kedudukan


unit surveilans dalam tatanan struktural dinkes dan optimalisasi anggaran,
terutama dari APBD.

Permasalahan yang menjadi kekurangan dalam surveilens dilihat dari prosesnya


• Input, meliputi kurangnya sumber daya manusia

• Segi proses, dinyatakan bahwa jejaring surveilans selama ini tidak ada

• Output, kelengkapan dan ketepatan data masih rendah


5
Indikator Utama
Pelaksanaan Surveilans
Penyakit TB Paru
Indikator Surveilans TB Paru di wilayah Provinsi

Menurut Dinkes dalam MTTRO (2013) menyatakan bahwa distribusi


pasien TB yang tercatat berdasarkan fasyankes menunjukkan data
bahwa puskesmas masih mendominasi kontribusi pasien TB.

Indikator dalam MTTRO yang ditetapkan sesuai dengan


buku petunjuk teknis MTTRO, yaitu:

• Indikator Utama: Angka pengobatan pasien TB MDR (enrollment Rate) dan angka
keberhasilan pengobatan (success rate)

• Indikator Tambahan:
Angka Pemeriksaan suspek
Angka kultur positif
Angka MDR di antara kultur positif
Angka konversi sampai bulan ke-6
Indikator Surveilans TB Paru di wilayah Nasional

Target penurunan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 :

•Jumlah kasus TB per 100.000 penduduk mencapai 235 orang, sedangkan presentase
kasus baru TB paru (BTA posistif) yag ditemukan sebanyak 73 dan presentase kasus
baru TB paru (BTA posistif) yang disembuhkan sebanyak 85

•Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis(semua


kasus/100,000 penduduk/tahun) sebanyak 228 pada tahun 2009. Tingkat prevalensi
Tuberkulosis (per 100,000 penduduk) sebanyak 244 pada tahun 2009

•Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS
sebanyak 73,1% pada tahun 2009

•Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100,000 penduduk) sebanyak 39 pada


tahun 2009
Indikator Surveilans TB Paru di wilayah Internasional

Target yang ditetapkan Stop TB Partnership sebagai tonggak


pencapaian utama adalah:

• Pada tahun 2015, beban global penyakit TB (prevalensi dan mortalitas)


akanrelatif berkurang sebesar 50% dibandingkan tahun 1990, dan
setidaknya70% orang yang terinfeksi TB dapat dideteksi dengan
strategi DOTS dan 85%diantaranya dinyatakan sembuh.

• Pada tahun 2050 TB bukan lagi merupakan masalah kesehatan


masyarakatglobal.
Bagan The End Strategy Tb
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka

•Dinkes Jatim. 2013. Rencana Pengembangan Manajemen Terpadu Pengendalian TB


Resisten Obat. Jawa Timur

•World Health Organization. 2015. The End TB Strategy

•World Health Organization. 2014. Global Tuberculosis Report 2014

•Kemenkes. 2011. StopTerobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional


Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi