Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
H. Komplikasi....................................................................................................9
I. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................11
J. Pencegahan..................................................................................................12
K. Penatalaksanaan..........................................................................................12
STATUS KLINIS.............................................................................................13
BAB IV PENUTUP 31
A. Simpulan............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
C. Tujuan
TINJAUAN TEORI
3
4
Mycobacterium TB
TBTuberculosis
Perubahan nutrisi
E.
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari
udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal
saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh
makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh
makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh
makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag itu. Dari proses ini,
dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik monosit atau makrofag dari aliran
darah membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus
diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T.
Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama.
Ada makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh, pencerna bakteri, dan
perangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease, elastase,
koleganase, setra coloni stimulating factor untuk merangsang produksi
monosit dan granulosit pada sumsum tulang. Bakteri TB menyebar melalui
saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional (hilus) membentuk
epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed hipersensitivity) terhadap bakteri
TB. Hal ini terjadi sekitar 2 sampai 4 minggu dan akan terlihat pada tes
tuberkulin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari
limfosit dan makrofag.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk lokus lokal (fokus
ghon), sedangkan fokus inisial bersama – sama dengan limfadenopati
bertempat di hilus dan disebut juga dengan TB primer. Fokus primer paru
biasanya bersifat unilateral dengan subpleura terletak diatas atau di bawah
fisura interlobaris, atau dibagian basal dari lobus inferior. Bakteri menyebar
lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan tersangkut pada
berbagai organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
7
diliputi oleh produksi yang tebal berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas
yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada
kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus yang
menumbuhkan mycetoma.
2. Gejala:
a. Demam yang menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi
kuman TBC yang masuk.
b. Batuk karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
c. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
e. Malaise dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan
turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
H. Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru
umum sering tampak. Dipsnea, nyeri dada, dan hemoptisis adalah juga temuan
yang umum (Asih, dkk., 2004).
I. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas, dan
kematian. TB yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan galur lain
yang resisten obat dapat terjadi. Penyakit TBC bisa menimbulkan komplikasi,
yaitu menyerang beberapa organ vital tubuh, di antaranya:
1. Tulang
TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di
paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri
TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru. Waktu yang
dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi. Ada yang
singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC
biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang
lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan
tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya.
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul,
panggul dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari
bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke
kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat
penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,
kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika
kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa
dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong
karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup.
2. Usus
Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita
mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa
menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan
membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah
10
3. Otak
Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan
orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan
kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau
sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani perawatan yang
lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak bisa
kembali ke kondisi normal.
.4. Ginjal
Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses
pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin
bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara lain mual-
muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan sejenisnya. Gagal
ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang
tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat disembuhkan.
Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Ziehl Neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
2. Kultur sputum: Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.
3. Tes Kulit Mantoux (PPD, OT): Reaksi yang signifikan pada individu yang
sehat biasanya menunjukan TB Dorman atau infeksi yang disebabkan oleh
mikrobakterium yang berbeda.
4. Rontgen Dada: Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru,
deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu
11
5. Biopsi Jarum Jaringan Paru: Positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel
raksasa menunjukan nekrosis.
6. AGD: Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan
paru residual.
7. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara
residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim.
K. Pencegahan
L. Penatalaksanaan
mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan
meningkatkan kemungkinan eradikasi basis total.
Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau di bawah
pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah (Elizabeth Corwin, 2009).
13
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Kondisi/kasus : FT Respirasi
Nama : Tn W
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Brontowiryan RT 6/1, Ngabeyan Kartasura
No. CM : 116401
II. DATA MEDIS RUMAH SAKIT
(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, radiologi, dll)
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Hipertensi : -
Diabetes Mellitus : +
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Suhu : 37oC
Berat badan : 65,5kg
Tinggi badan : 165cm
2. Inspeksi / Observasi
a) Inspeksi statis:
- Kondisi pasien tampak baik
- Postur tubuh tampak kifosis
- Bahu kanan tampak lebih tinggi
- Sangkar thoraks tampak tidak mengembang maksimal
b) Inspeksi dinamis :
- pasien mampu berjalan sendiri dan tidak tampak terengah-engah
- pasien cenderung menggunakan pernapasan dada
3. Palpasi
Tidak dilakukan
6. Neurological Test
Tidak dilakukan
17
- Lingkungan aktivitas :
Pasien tinggal dirumah dengan 2 anggota keluarganya sebagai perokok
aktif dan lingkungan sekitar yang banyak asap kendaraan bermotor.
8. Pemeriksaan Spesifik
4) Auskultasi
- Ronkhi basah dan kasar pada lobus atas dan basal medial paru kanan dan
kiri
- Crackles pada lobus atas paru kanan
5) Perkusi
18
- Sonor : (+/+)
C. UNDERLYING PROCCESS
(terlampir)
D. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
- Adanya sesak napas
- Adanya batuk berdahak
- Adanya penurunan ekspansi thoraks
- Adanya spasme otot trapezius dan sternocleidomastoideus
- Bahu tampak asimetris
- Postur tampak kifosis
2. Functional Limitation
- Pasien tidak mengalami kesulitan dalam pekerjaan sehari-harinya. Tetapi saat
terpapar asap dan debu yang banyak akan terasasesak dan batuk seperti saat
menyapu atau bersih-bersih rumah
3. Disability/Participation restriction
- Pasien tidak mengalami kesulitan pada interaksi dilingkungan sosial
E. PROGRAM FISIOTERAPI
Pasien rileks tidur di bed dan lutut di tekuk. Kemudian terapis memberikan
instruksi kepada pasien untuk menarik nafas panjang melalui hidung (dengan
mengembangkan perut) dan mengeluarkannya pelan-pelan melalui mulut
(mengempiskan perut). Lakukan pengulangan 2-5 kali.
Pasien terlentang dengan posisi kepala agak tinggi, atau posisi lain yang sesuai
dengan kenyamanan pasien. Kemudian mengajarkan pasien menghirup napas
perlahan dan dalam melalui mulut dan hidung, sampai perut terdorong maksimal
atau mengembang. Tahan selama 8 hitungan (semampu pasien), selanjutnya
menghembuskan udara secara hemat melalui mulut dengan bibir terkatup secara
perlahan.
3. Infra Red
Posisikan pasien senyaman mungkin, pada area yang diterapi harus bebas dari
kain. Posisi lampu IR tegak lurus dengan area yang diterapi (dada dan punggung)
dengan jarak ± 30-45 cm, kemudian atur waktu 10-15 menit. Setelah terapi selesai
IR dimatikan dan rapikan kembali seperti mula
20
(1) Breathing control: Responden diposisikan duduk rileks diatas tempat tidur
atau di kursi, kemudian dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
teratur dan tenang, yang diulang sebanyak 3 –5 kali olehresponden. Tangan
peneliti diletakkan pada bagian belakang toraks responden untuk merasakan
pergerakan yang naik turun selama responden bernapas.
(2) Thoracic Expansion Exercises: masih dalam posisi duduk yang sama,
responden kemudian dibimbing untuk menarik napas dalam secara perlahan lalu
menghembuskannya secara perlahan hingga udara dalam paru-paru terasa kosong.
Langkah ini diulangi sebanyak 3 –5 kali oleh responden, jika responden merasa
napasnya lebih ringan, responden dibimbing untuk mengulangi kembali dari
kontrol pernapasan awal.
Pre Post
2 1
(sangat ringan) (sangat ringan)
Pre Post
11 9
(sangat ringan) (sangat ringan)
Pre Post
Tekanan darah 130/70mmHg 120/70mmHg
Denyut nadi 83x/menit 81x/menit
Pernapasan 22x/menit 24x/menit
-
Edukasi :
- Deep Breathing exercise
- Thoracic Expansion Exercise
23
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-
pada.html
Rumah Sakit Pelabuhan Palembang Tahun 2013”. Jurnal HArapan BAngsa Vol.1
No.2 Desember 2013