Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 9 :
4. Suriyani 2102111811
( Mengerjakan Makalah )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas
segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Kelompok
mengenai “Teori Struktur Modal”.
Dengan membuat makalah ini penulis diharapkan mampu untuk mengetahui
serta memahami teori-teori pada struktur modal. Penulis sadar, sebagai
mahasiswa, kami dituntut harus lebih banyak belajar dan lebih aktif. Dengan
demikian, penulisan makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar penulisan makalah di masa mendatang bisa menjadi lebih baik
lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi
yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi
pribadi yang berwawasan, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang
jangka panjang terhadap modal sendiri. Penentuan struktur modal bagi
suatu perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang
penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen
struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber
pembelanjaan permanen sedemikian rupa, sehingga mampu
memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada prinsipnya setiap
perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan bisnisnya.
Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal ataupun sumber
eksternal. Karena itu, para manajer keuangan dengan tetap memperhatikan
biaya modal (cost of capital) perlu menentukan struktur modal dalam
upaya menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan
modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal.
Struktur modal sering kali dikaitkan dengan masalah pembelanjaan
yang menyangkut keseimbangan finansial perusahaan. Dengan demikian,
pembelanjaan berarti keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang
dibutuhkan, beserta susunan aktiva dan pasiva dengan sebaik-baiknya.
Pemilihan susunan aktiva yang digunakan perusahaan akan menentukan
struktur kekayaan perusahaan.
Struktur modal merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek
langsung terhadap posisi keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Perencanaan struktur modal yang baik
akan memaksimalkan nilai perusahaan. Jika struktur modal perusahaan
meningkat maka tidak menutup kemungkinan para investor akan meilirik
perusahaan tersebut dan menanamkan modalnya pada perusahaan. Dan
1
sebaliknya, apabila struktur modal menurun maka para investor akan ragu
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang
penting pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan
antara memaksimalkan return atau menimalkan biaya modal dengan
kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang
kompetitif. Struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-
saham yang berbeda (saham biasa dan saham preferen) atau bauran
seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang
digunakan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendekatan Tradisional?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Modigliani dan Millier
(MM)?
3. Bagaimana Teori Trade-Off dalam Struktur Modal?
4. Apa itu Model Millier dengan Pajak Perusahaan dan Personal?
5. Apa itu Pecking Order Theory?
6. Apa itu Teori Asimetri Informasi dan Signaling?
7. Apa saja yang terdapat pada Struktur Modal lainnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pendekatan tradisional
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan Modigliani
dan Millier (MM)
3. Untuk mengetahui bagaimana Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
4. Untuk mengetahui apa itu Model Millier dengan Pajak Perusahaan
dan Personal
5. Untuk mengetahui apa itu Pecking Order Theory
6. Untuk mengetahui apa itu Teori Asimetri Informasi dan Signaling
7. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada Struktur Modal lainnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN TRADISIONAL
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal
yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal. Ilustrasi berikut ini
menggambarkan argumen tersebut.
3
𝑊𝐴𝐶𝐶𝐴 = [500/(500) x 20% ] = 20%
= 18,54%
= 26,79%
4
tersebut semakin meningkat. Bagan tersebut menggambarkan penggunaan
utang bisa mempengaruhi nilai perusahaan, yang berarti ada struktur
modal yang optimal.
%
ks
WACC
kb
Optimal B/S
5
Nilai perusahaan yang menggunakan utang akan sama dengan
nilai perusahaan yang tidak menggunakan ulang sebagai berikut ini:
VL = VU
Di mana VL = nilai untuk perusahaan yang menggunakan utang
(value for leveraged companies)
VL = VU
B/S
Utang Utang
Saham Saham
6
Dalam gambar tersebut, struktur modal hanya seperti
memotong roti yang besarnya sudah ditentukan. Bagaimana cara
memotong roti tersebut tidak akan mempengaruhi besar kecilnya roti
tersebut. Jika ada dua perusahaan dengan struktur modal yang
berbeda, tingkat keuntungan dan risiko keduanya sama, mempunyai
nilai yang berbeda, maka akan terjadi proses arbitrase. Arbitrase
tersebut akan terjadi sampai nilai kedua perusahaan tersebut sama.
A B
Laba 100 100
Bunga 0 40
Laba tersedia untuk pemegang saham 100 600
Ks 0.2 0.22
Vs 500 272,73
Kb 0 0,15
Vb 0 266,67
WACC 0.2 0,1854
Nilai total perusahaan (Vs + Vb) 500 539,40
7
sebesar 10% x 267 = 26,7 Karena nilai perusahaan A dengan B
berbeda, investor tersebut bisa melakukan langkah-langkah sebagai
berikut ini dalam proses arbitrase tersebut:
1. Jual 10% saham B sebesar 10% x 273 27,3 Dia akan memperoleh
kas masuk sebesar 27,3.
2. Pinjam sebesar 10% utang perusahaan B. Dia akan memperoleh
kas masuk sebesar 10% x 267 26,7
3. Membeli 10% saham A sebesar 10% x 500 50.
Alternatif 1: Alternatif 2:
Investasi pada 10% Perusahaan B Melakukan Proses Arbitrase
1. Modal yang diperlukan untuk
Membeli 10% saham A = 10% x 500 = 50
1. Modal yang diperlukan
Pinjaman 10% utang perusahaan B
10% x 273 = 27,3
= 10% x 267 = 26,7
Kas yang dikeluarkan = 23,3
2. Penghasilan yang diperoleh dari
2. Penghasilan yang diperolah Investasi perusahaan A : 10% X 100 = 10
10% x 60 = 6 Bayar bunga: 15% x 26 =4
=6
3. Risiko
3. Risiko
Menanggung 10% dari nilai
Menanggung utang sebesar 26,7 melalui
utang perusahaan B sebesar
pinjaman pribadi (home made leverage)
10% x 267 = 26,7
8
perbedaan tersebut, investor akan memilih alternatif 2, yang berarti
menjual saham A dan membeli saham B. Proses arbitrase semacam itu
akan terus berlangsung sampai nilai perusahaan A dengan nilai
perusahaan B sama. Pada situasi semacam itu proses arbitrase tidak
menghasilkan keuntungan lagi.
A B
Laba 100 100
Bunga 0 40
Laba tersedia untuk pemegang saham 100 60
Ks 0,2 0.2
Vs 500 300
Kb 0 0,2
Vb 0 200
WACC 0,2 0,2
Nilai total perusahaan (Vs + Vb) 500 500
Alternatif 1: Alternatif 2:
Investasi pada 10% Perusahaan B Melakukan Proses Arbitrase
1. Modal yang diperlukan 1. Modal yang diperlukan untuk
10% x 300 = 30 Membeli 10% saham A = 10% x 500 = 50
9
Pinjaman 10% utang perusahaan B
= 10% x 200 = 20
Kas yang dikeluarkan = 30
2. Penghasilan yang diperoleh dari
2. Penghasilan yang diperolah Investasi perusahaan A : 10% X 100 = 10
10% x 60 = 6 Bayar bunga: 15% x 26 =4
=6
3. Risiko 3. Risiko
Menanggung 10% dari nilai Menanggung utang sebesar 0 melalui
utang perusahaan B sebesar pinjaman pribadi (home made leverage)
10% x 200 = 20
10
besar. Penggunaan sumber modal yang murah yang semakin banyak
akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan
(WACC) tersebut, jika tingkat keun- tungan yang disyaratkan untuk
saham (ks) konstan. Tetapi dengan semakin meningkatnya utang,
tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) juga akan
meningkat. Dua efek yang saling berlawan tersebut menghasilkan
biaya modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai
perusahaan akan konstan
%
ks
WACC
kb
B/S
11
ks = 15% + (8.000/4.000) (15% - 10%)
= 15% + 10%
= 25%
= 25/3 + 20/3
= 15%
Saham
Pajak
Utang
Pajak
Saham Utang
Dibayarkan ke Pemerintah
(a) (b)
12
menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang
pajak. Dalam gambar (a), di mana utang yang digunakan lebih sedikit,
pajak yang dibayarkan menjadi lebih besar Karena aliran kas yang
keluar (melalui pajak) semakin besar, roti yang tersisa menjadi
semakin kecil. Gambar (b) menunjukkan penggunaan utang yang
semakin besar Pajak yang dibayarkan semakin kecil, yang berarti
perusahaan bisa menghemat aliran kas keluar Roti yang tersisa pada
gambar (b) nampak lebih besar dibandingkan dengan roti yang tersisa
pada (a). Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa dengan
memperhitungkan pajak, struktur modal bisa mempengaruhi nilai
perusahaan.
a. Proposisi 1 (dengan pajak)
Nilai perusahaan dengan utang akan sama dengan nilai
perusahaan tanpa utang plus penghematan pajak karena bunga utang
Formula untuk pernyataan tersebut ditulis berikut ini.
VL = VU + Tc B
𝐸𝐵𝐼𝑇 (1−𝑇𝑐) 𝑇𝑐 .𝑘𝑏 .𝐵
= + (3)
𝑘𝑜 𝑘𝑏
Di mana Tc = tingkat pajak (perusahaan)
B = besarnya utang
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
Kb = tingkat keuntungan utang (tingkat bunga)
Ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
perusahaan tanpa utang
EBIT = Earning Before Interest and Taxes (prndapatan
sebelum pajak dan bunga)
13
kas untuk pemegang utang). Bagan berikut ini menje laskan situasi
tersebut.
VL = VU +Tc.B
VU
B/S
14
berikut ini menunjukkan ilustrasi pro- posisi MM dengan
menggunakan pajak.
%
ks
𝑟 𝑊𝐴𝐶𝐶
kb
B/S
VL = VU + Tc.B
Nilai saham adalah Rp38 juta - Rp20 juta = Rp18 juta. Biaya modal
pemegang saham setelah menggunakan ulang bisa dihitung sebagai
berikut ini.
15
= 20 + (20/18) (0,6) (20 - 15) = 23.33%
= 15,79%
= 38 juta
16
membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberi pinjaman bisa
membangkrutkan perusa- haan jika perusahaan tidak bisa membayar utang.
Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di
luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai sekitar 20%
dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal:
1) Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya
administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya
yang sejenis.
2) Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi
kebang- krutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau
berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misal, supplier
barangkali tidak akan mau memasok barang karena
mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.
17
tingkat bunga. Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai
perusahaan di atas bisa diperluas sebagai berikut ini.
V
VL tanpa biaya kebangkrutan dan keagenan
VL = Vu + Tc.B
VL = Vu + Tc.B – (Biaya
kebangkrutan dan keagenan)
VU
B/S
Tingkat Utang Optimasi
18
saat ini teori belum berhasil memberikan penjelasan yang memuaskan
mengenai tingkat utang yang ideal.
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya
meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang
harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan
19
pajak atas pemegang utang). Melihat persamaan di atas mempunyai
beberapa implikasi. Jika (1 - tb) = (1 - Tc) (1 - ts), maka persamaan di atas
menjadi,
VL = VU + (1 - 1) B = VU
Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan utang
sama dengan nilai perusahaan tanpa utang. Tidak ada penghematan pajak
atas bunga utang. Pada situasi lain, di mana ts = tb, persamaan di atas
menjadi,
VL = VU + Tc . B
V
VL = Vu + Tc.B jika ts = tb
VL = VU
Jika (1 - tb) = (1 - Tc) ( 1- ts)
B/S
20
(1 − Tc) (1 − tp)
VL = VU + {1 − [ ]} B
(1 − tp)
[Tc (1 − Tc − t + Tc.tp )]
<=> B
[1 − Tc − t + Tc.tp]
<=> 𝐓𝐜. 𝐁
Misalkan tingkat pajak atas saham sama dengan atas bunga, yaitu sebesar
30%. Tingkat pajak perusahaan adalah 40%. Penghematan pajak bisa
dihitung menjadi:
(1 − 0,4) (1 − 0,3)
Penghematan Pajak = { 1 − [ ]} B = 0,4. B
(1 − 0,3)
(1 − 0,4) (1 − 0,2)
Penghematan Pajak = { 1 − [ ]} B = 0,31. B
(1 − 0,3)
21
E. PECKING ORDER THEORY
Teori trade-off mempunyai implikasi bahwa manajer akan berfikir
dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya
kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Seorang akademisi,
Donald Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku
struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Pengamatannya
menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi
ternyata cenderung menggunakan utang yang lebih rendah.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi
dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Pecking Order Theory
adalah sebagai berikut ini.
1. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan
perusahaan.
2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada
perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari
perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran
dividen diusahakan konstan atau, kalau berubah terjadi secara
gradual dan tidak berubah dengan signifikan.
3. Karena kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa
diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh
perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran
investasi pada saat-saat tertentu, dan akan lebih kecil pada saat
yang lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan membayar
utang atau membeli surat berharga. Jika kas tersebut lebih kecil,
perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual
surat berharga.
4. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan
mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu.
Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat
22
berharga campuran (hybrid) seperti obligasi konvertibel, dan
kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
23
sebagai signal oleh pihak luar (investor). Dua model asimetri informasi
dibicarakan berikut ini.
24
untuk saham. Dengan kata lain Biaya asimetri utang lebih kecil
dibandingkan dengan biaya asimetri saham.
Karena biaya asimetri saham cenderung paling besar, manajer akan
enggan untuk menerbitkan saham. Saham menjadi alternatif paling akhir
dalam upaya mencari dana. Dana internal praktis bebas dari biaya asimetri
informasi, karena itu dana internal akan dipilih pertama kali jika
perusahaan membutuhkan dana. Jika kebutuhan dana masih ada, maka
perusahaan akan menerbitkan uang. Jika kebutuhan dana masih ada, maka
langkah terakhir adalah menerbitkan saham.
Teori asimetri tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan teori
Pecking Order (Perusahaan memilih dana internal, dan menggunakan
penerbitan saham baru sebagai langkah terakhir). Dalam konteks asimetri
informasi, preferensi penerbitan saham yang paling kecil (urutan paling
rendah), disebabkan karena biaya asimetri saham adalah yang paling besar.
Utang mempunyai biaya asimetri yang lebih rendah dibandingkan saham.
Dana internal praktis terbebas dari biaya asimetri, karena itu dana internal
mempunyai biaya asimetri paling kecil. Karenanya, urut-urutan preferensi
penggunaan dana berdasarkan biaya asimetri adalah: dana internal, utang,
dan penerbitan saham. Dengan demikian model asimetri informasi bisa
dipakai menjelaskan perilaku struktur modal.
25
Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin
meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan
terhukum, misal reputasi dia akan hancur dan tidak bisa dipercaya menjadi
manajer lagi. Karena itu, perusahaan yang meningkatkan utang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di
masa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut
berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan
menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik Dengan demikian utang merupakan tanda atau signal positif.
26
banyak. Untuk mencegah situasi semacam itu, pemegang utang akan
membebani bunga yang semakin tinggi dengan meningkatnya utang.
Struktur modal dengan demikian merupakan kompromi antara
kepentingan pemegang saham dengan pemegang utang.
Dalam situasi kedua, jika manajemen tidak mempunyai saham di
perusahaan, maka keterlibatan manajer akan semakin berkurang. Dalam
situasi tersebut manajer akan cenderung mengambil tindakan yang tidak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Ada konflik antara
pemegang saham dengan manajer. Konflik tersebut bisa dipecahkan jika
manajemen mempunyai saham 100% di perusahaan. Dalam situasi
tersebut kepentingan manajer dengan pemegang saham akan menyatu.
Dalam kenyataannya pemegang saham ingin berbagi risiko (agar risiko
yang dihadapi tidak terlalu tinggi), dan akan terjadi kepemilikan
manajemen yang parsial (tidak 100%). Trade-off semacam ini akan
mengarah pada struktur modal yang optimal.
Erat kaitannya dengan konflik antara pemegang saham dengan
manajer adalah konsep free-cash flow (Jensen, 1985). Free-cash flow
dalam konteks ini didefinisikan sebagai aliran kas yang tersisa sesudah
semua usulan investasi dengan NPV positif didanai. Karena perusahaan
tidak mempunyai lagi kesempatan investasi yang menarik, free-cash flow
sebaiknya dibagikan ke pemegang saham dan pemegang saham sendiri
dibiarkan untuk menginvestasikan kelebihan kas tersebut. Tetapi ada
kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free-cash
flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. Utang bisa
dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free-cash flow
tersebut. Jika perusahaan menggunakan utang, maka manajer akan dipaksa
untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar bunga). Jika
manajer tidak membayar bunga tersebut, manajer bisa mengalami
kebangkrutan; sesuatu yang ingin dihindari oleh manajer. Dengan
demikian keputusan penggunaan utang bisa dilihat sebagai upaya untuk
mengatasi konflik keagenan atas free-cash flow.
27
2. Pendekatan Interaksi Produk/Input dengan Pasar
Ada dua kategori dalam pendekatan ini:
(1) Menjelaskan hubungan antara struktur modal perusahaan dengan
strategi. Contohnya, kesimpulan bahwa kapasitas utang akan berhubungan
positif dengan elastisitas permintaan dan negatif dengan discount rate.
Oligopoli cenderung mempunyai utang yang lebih banyak dibandingkan
dengan monopoli atau industri dengan persaingan sempurna.
(2) Menjelaskan hubungan antara struktur modal dengan karakteristik
produk atau input. Contohnya, perusahaan yang memproduksi barang yang
unik, atau membutuhkan reputasi khusus untuk memproduksi barang
tersebut, diperkirakan mempunyai utang yang lebih kecil, faktor lain
dianggap konstan. Perusahaan dengan serikat kerja yang kuat atau
perusahaan dengan ketrampilan karyawan yang mudah ditransfer, akan
mempunyai utang yang lebih tinggi. Dalam situasi tersebut, barang yang
unik konsisten dengan biaya kebangkrutan yang tinggi. Ketrampilan yang
mudah ditransfer juga konsisten dengan biaya kebangkrutan yang rendah.
Karena itu keduanya mempunyai hubungan dengan struktur modal.
28
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
b. Pada Pendekatan Modigliani dan Millier (MM) terdapat dua proposisi
yaitu proposisi MM tanpa pajak dan porosisi MM dengan pajak.
c. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal merupakan model struktur
modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan
merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang
dengan biaya financial distress (kesulitan keuangan) dan agency cost
(biaya keagenan).
d. Model Millier dengan Pajak Perusahaan dan Personal
mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan pajak.
Pada model ini, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya
meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak
yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham,
dan pajak atas pemegang utang).
e. Menurut Pecking Order Theory, manajer keuangan tidak
memperhitungkan tingkat utang yang optimal. Kebutuhan dana
ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi,
maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan
investasi tersebut.
f. Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori ini
mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan
tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko
perusahaan.
29
g. Yang terakhir adalah Teori Struktur Modal Lainnya. Pada teori ini
terdapat 3 (tiga) pendekatan yaitu: (1) Pendekatan Teori Keagenan
(Agency Approach), (2) Pendekatan Interaksi Produk/Input dengan
Pasar, (3) Kontes atas Pengendalian Perusahaan.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki dalam
penulisan makalah ini karena hanya sedikit sumber yang kami cantumkan
pada makalah ini, oleh karena itu mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dari penjelasan materi dan isi dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam memahami materi Teori Struktur Modal.
30
DAFTAR PUSTAKA
31