Vous êtes sur la page 1sur 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. R G1P0A0 PRIMIMUDA DENGAN PRE EKLAMPSIA DIRUANG VK


BERSALIN KALA I INPARTU
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Maternitas :
Dosen Pembimbing : Ns. Happy Dwi Aprilina, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

GHANDIS WULANDARI SUBIYANTO


2211040007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit
(Depkes RI, 2012).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakan kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2016).
2. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormon.
1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon
progesterone dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron menurun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus


franterhauss). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecah ketuban, oksitosin drip
yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
3. Manifestasi Klinis
Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu
sebelum persalinan adalah:
a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir
kehamilan, sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari
uterus.
e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun
akan bertambah bisa bercampur darah (Depkes RI, 2012).

Sedangkat tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat


sebelum persalinan adalah :

a. Terjadinya his persalinan yang bersifat :


1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya
semakin besar.
3) Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban
pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan
telah ada (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2014).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan :
a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).
Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan
kontraksi otot rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri
dari 2 faktor, yaitu :
1) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
2) Tenaga mengejan.
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal (serupa tenaga
mengejan sewaktu BAB namun lebih kuat). Setelah kepala
sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien
menutup glotisnya, mengkontraksikan otot–otot perutnya
dan menekan diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada
kontraksi.
b. Passage (jalan lahir).
Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak
(serviks dan vagina).
c. Passanger (janin).
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu
panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang.
Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pintu atas
panggul yang dapat berupa kepala, bokong, bahu atau muka.
d. Psikologi
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan
mengalami kondisi yang tidak baik, karena saat stress dapat
menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat menghambat
aktifitas miometrial sehingga mengakibatkan tidak
terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut
sang calon ibu harus diberikan support dan dukungan, karena
berdasarkan penelitian bahwa support emosional dan fisik
mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat persalinan
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2014).
5. Tahap Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu:
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10
cm). Secara klinis partus dimulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase,
yaitu :
1) Fase laten Berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3
cm his masih lemah dengan frekuensi jarang, pembukaan
terjadi sangat lambat.
2) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap Perbedaan fase yang dilalui antara
primigravida dan multigravida :
- Primigravida Serviks mendatar (effacement)
dulu baru dilatasi, Berlangsung 13-14 jam.
- Multigravida Serviks mendatar dan membuka
bisa bersamaan, Berlangsung 6-8 jam.

Waktu pencatatan kondisi ibu dan bayi pada fase aktif adalah
DJJ tiap 30 menit, Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus tiap 30
menit, Nadi tiap 30 menit ditandai dengan titik, Pembukaan serviks
tiap 4 jam, Tekanan darah setiap 4 jam ditandai dengan panah,
Suhu setiap 2 jam, Urin, aseton, protein tiap 2-4 jam, catat setiap
kali berkemih (Lailiyana, 2012).
Pemantauan kondisi kesehatan ibu dan bayi dengan
menggunakan partograf. Pencatatan partograf (Marmi, 2012)
1) Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks : Pembukaan serviks dinilai pada saat
melakukan pemeriksaan vagina dan ditandai dengan huruf
(X). Penurunan kepala janin : Penurunan dimulai melalui
palpasi abdominal yang bisa dipalpasi diatas sinfisis pubis,
diberi tanda (O) pada setiap melakukan pemeriksaan
vagina. Kontraksi uterus : Periksa frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus setiap jam fase laten dan tiap 30 menit
selama fase aktif dan nilai frekuensi dan lamanya kontraksi
selama 10 menit.
2) Keadaan janin
DJJ Warna/jumlah cairan/air ketuban (AK)
U : Ketuban utuh
J : Air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur mekonium
D : Air ketuban bercampur darah
K : Air ketuban tidak ada (kering).
3) Molase tulang kepala janin
Molase berguna untuk memperkirakan seberapa jauh kepala
bisa menyesuaikan dengan bagian keras panggul. Kode
molase:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura mudah
dilepas
1 : Tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang saling tumpang tindih dan tidak bisa
dipisahkan.
4) Keadaan ibu
Nadi, TD, suhu, Urine: Volume, protein, Obatobatan/cairan
IV. Catat banyaknya oxytocin pervolume cairan IV dalam
hitungan tetes permenit setiap 30 menit bila dipakai dan
catat semua obat tambahan yang diberikan.
b. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Kala ini
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses
ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multi-
gravida (Marmi, 2012). Tanda dan gejala kala II yaitu : Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,
ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau
vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani
membuka, meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Menurut Ilmiah (2015), Mekanisme persalinan normal
adalah sebagai berikut:
1) Fiksasi (Engagement) : merupakan tahap penurunan pada
waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk
panggul ibu.
2) Desensus : merupakan syarat utama kelahiran kepala,
terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan
langsung
pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan
pelusuran badan janin.
3) Fleksi : sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2
agar bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan
majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar.
Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
4) Putaran paksi dalam/rotasi internal : pemutaran dari bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar kedepan ke bawah sympisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun- ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam
tidak terjadi sendiri, tetapi selalu kepala sampai ke hodge
III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul.
5) Ekstensi : setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai
didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari
kepala. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan
bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik
poros.
6) Rotasi eksternal (putaran paksi luar) : terjadi bersamaan
dengan perputaran interrior bahu. Setelah kepala lahir, maka
kepala anak memutar kembali kearah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putan
paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi yang
artinya perputaran kepala sejauh 45° baik kearah kiri atau
kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti
perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya
putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah
gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena
ukuran
bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior
dari pintu bawah panggul.
7) Ekspulsi : setelah putaran paksi luar bahu depan sampai
dibawah sympisis dan menajdi hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul
dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir mengikuti lengkung carrus (kurva jalan
lahir).
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 menit
sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan
plasentanya pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim
(Marmi, 2012). Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, maka harus
diberi penanganan yang lebih atau dirujuk (Marmi, 2012).
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda:
1) Uterus menjadi bundar
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah Rahim
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi perdarahan
d. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan
pernapasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadi perdarahan (Marmi, 2012).
6. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang
dapatmenyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot
rahim, penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan
prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiridari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasiinternal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi
menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkanterjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksirahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian
akan berkontraksi lagi. Kontraksi akanmengurangi area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas
secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara
lainmengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat
invasi bakteri secaraasending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif
dan produksi laktasi dimulai.
7. Pathways
8. Komplikasi
Risiko komplikasi asuhan persalinan normal dapat terjadi pada tiap
kala persalinan. Komplikasi dapat terjadi dipengaruhi oleh kondisi selama
kehamilan, kondisi ibu, dan kondisi janin.
a. Komplikasi Kala I
Komplikasi yang dialami ibu melahirkan kala I adalah:
1) Partus lama, biasanya terkait kontraksi uterus yang tidak adekuat
atau dilatasi serviks yang tidak sempurna
2) Ketuban pecah dini (KPD), yaitu pecahnya ketuban sebelum ada
tanda inpartu

Komplikasi kala I juga dapat terjadi pada janin, sehingga penting bagi
petugas kesehatan untuk memastikan keselamatan dan kondisi janin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:

1) Asfiksia, yang dapat menyebabkan intrauterine fetal death (IUFD)


2) Sepsis neonatorum, dapat terjadi karena infeksi akibat KPD
b. Komplikasi Kala II
Komplikasi pada ibu melahirkan kala II adalah distosia atau
persalinan kala II yang memanjang. Di mana waktu persalinan pada
primipara lebih dari 2 jam, atau pada multipara lebih dari 1 jam, tanpa
anestesi epidural anestesi. Kondisi ini dapat menyebabkan
risiko korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan retensi
urin.
Distosia dapat terjadi akibat lilitan tali pusat atau bayi
besar/makrosomia. Setelah lahir, kepala bayi perlu diperiksa apakah ada
lilitan tali pusat di leher, karena dapat menyebabkan komplikasi pada janin
seperti hipovolemia, anemia, syok hipoksik-iskemik, bahkan ensefalopati.
Janin makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu.[1,2,4,7]
c. Komplikasi Kala III
Pada kala III, komplikasi yang dapat terjadi adalah retensio
plasenta, yaitu plasenta tidak lahir spontan dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir.
Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan manual plasenta. Retensio
plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum.
d. Komplikasi Kala IV
Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan
postpartum, yaitu jumlah perdarahan pervaginam setelah bayi lahir lebih
dari 500 cc atau dapat mempengaruhi hemodinamik pasien. Penyebab
perdarahan postpartum terdiri dari 4T, yaitu tone (atonia uteri), tissue (sisa
jaringan plasenta), trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan
thrombin (gangguan faktor koagulopati)
e. Atonia Uteri
Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah bayi lahir. Tanda
kontraksi uterus tidak baik adalah uterus teraba lembek. Kondisi ini dapat
menyebabkan perdarahan masif sehingga pasien mengalami syok
hipovolemik.
f. Sisa Jaringan Plasenta,
Plasenta yang dikeluarkan tidak lengkap dan tertinggal di dalam uterus,
dapat menyebabkan perdarahan pervaginam hingga 6-10 hari setelah
partus.
g. Trauma Jalan Lahir
Ruptur uteri dapat terjadi pada pasien dengan riwayat sectio caesarea
sebelumnya. Laserasi serviks dan vagina sering terjadi jika persalinan
dengan bantuan vakum atau forsep.
h. Gangguan Faktor Koagulopati
Kelainan faktor pembekuan darah biasanya tidak menyebabkan
perdarahan hebat. Namun, dapat memburuk bila kondisi ibu dengan
penyulit seperti solusio plasenta, emboli air ketuban, atau eklamsia.
Perdarahan karena kelainan faktor pembekuan darah biasanya encer dan
tidak terdapat gumpalan darah.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan secsio
caesaria.
b. Penatalaksanaan khusus
Tentukan penyebab persalinan lama
1) Power His tidak adekuat (His dengan frekuensi < 3x10
menit dan durasi setiap kontraksinya < 40 detik)
2) Passenger malpresentasi, malposisi, janin besar
3) Passenger panggul sempit, kelainan serviks atau vagina,
tumor jalan lahir
4) Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi. Prinsip
umum : lakukan augumentasi persalinan dengan oksitosin
dan /amniotomi, lakukan tindakan operatif (forsep, vakum,
atau seksio caesaria), untuk gangguan passenger dan/atau
passage serta untuk gangguan power yang tidak dapat diatas
oleh augmentasi persalinan. Jika ditemukan obstruksi atau
CPD tata laksananya adalah caesaria Berikan antibiotika
(kombinasi ampisilit 2 gram IV tiap 6 jam dengan tamisin 5
mg/kg BB tiap 24 jam) jika ditemukan : Tanda-tanda
infeksi (demam, cairan, pervaginam berbau) atau Ketuban
pecah dini lebih dari 18 jam atau Usia kehamilan > 37
minggu, pantau tanda-tanda gawat janin, catat hasil analisis
dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan pada
ibu dan hasil analisis serta rencana tindakan selanjutnya
(Kemenkes,2013).
10. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kala I
a) Dimulai sejak tanda persalinan yang pertama sampai
dengan pembukaan lengkap, terjadi pendataran dan
pembukaan serviks dengan lama : primi (12 jam), multi
(12 jam).
b) Fase Laten pembukaan 0-3 cm lama : primi (8-10 jam),
multi (3-5 jam).
c) Fase aktif :
- Akselerasi : 3-4 cm/2 jam
- Dilatasi : 4-9 cm/ 2 jam
- Deselerasi : 9-10 cm/ 2 jam
d) Riwayat tanda-tanda persalinan, kontraksi,
pecahnya ketuban, status emosi.
e) Pemeriksaan fisik : dilatasi serviks : 1-3 cm, kontraksi :
5-30 menit selama 10-30 detik, secret : merah muda
sampai dengan coklat, selaput ketuban +/-, denyut
jantung janin terdengar jelas di umbilicus, skala
bishop’s (dilatasi, pendataran serviks, hodge,
konsistensi serviks dan posisi serviks.)
f) Hal-hal yang harus dihindari pada Kala I :
- Enema
- Mencukur rambut pubis
- Ketetrisasi kandung kemih
- Tidak memberikan makanan dan minuman
- Memisahkan ibu dengan orang terdekat dan
memberi dukungan
- Posisi telentang
- Mendorong abdomen
- Mengedan sebelum pembukaan lengkap
2) Kala II / Kala Pengeluaran
a) Mulai dari dilatasi serviks lengkap sampai bayi lahir
b) Tanda-tanda klinis :
- Nyeri sangat hebat 2-3 menit 1x selam 50-70
detik
- Rasa ingin meneran (ingin bab)
- Darah dan lendir banyak
- Ketuban pecah
- Kepala membuka pintu : perineum
mengembang, lama primi : 1 jam, multi 30
menit.
3) Kala III
a) Dimulai sejak bayi sampai plasenta lahir
b) Terjadi pelepasan plasenta
c) Pengeluaran plasenta
d) Lama 8,5 menit setelah bayi lahir
4) Kala IV
Masa 1 jam setelah bayi lahir perhatikan :
a) Kontraksi uterus
b) Perdarahan (tinggi fundus uteri, kontraksi, pengeluaran
mulai vagina)
c) Plasenta dan selaput ketuban
d) Vesika urinaria kosong
e) Perawatan luka
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri melahirkan
2) Ansietas
3) Intoleransi aktivitas
c. Intervensi keperawatan
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervens
i
Nyeri melahirkan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
b.d dilatasi serviks keperawatan masalah keperawatan Observasi
nyeri akut berkurang, dengan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil: 2) Identifikasi skala nyeri
Kriteria A T 3) Identifikasi respons nyeri non verbal
Melaporkan nyeri 2 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
terkontrol 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Monitor efek samping penggunaan
Kemampuan 2 analgetik Terapeutik
5 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengenali mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
penyebab nyeri biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kemampuan 2
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
5
pencahayaan, kebisingan)
menggunakan
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
teknik non
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
farmakolo
meredakan nyeri Edukasi
gi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Keterangan: 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
1 menurun 3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2 cukup menurun 4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
3 sedang 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
4 cukup meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
5 meningkat Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian Analgetik
Ansietas Setelah dilakukan tindakan TERAPI RELAKSASI
keperawatan masalah Observasi
keperawatan ansietas, dengan 1) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
kriteria hasil: 2) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
Kriteria A T 3) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
Verbalisasi 4 dan sesudah latihan
1 4) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang 1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
dihadapi suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
Perilaku gelisah 4 1
3) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
Perilaku tegang 3 1 1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Keterangan: 3) Anjurkan mengambil psosisi nyaman
5 menurun 4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4 cukup menurun 5) Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
3 sedang 6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, peregangan
2 cukup meningkat atau imajinasi terbimbing )
1 meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2012. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta:
UNICEF

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014: Dinkes Jateng.

Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam
http:///d:/maternity-persalinan/laporan-pendahuluan-pada-pasiendengan.html pada tanggal 23 Februari
2022

Ilmiah, Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal Dilengkapi dengan Soal-soal Latihan
Pengarang. Jakarta : Nuha Medika

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Kemenkes RI. Jakarta.

Lailiyana SKM, Ani Laila, SST, Isrowiyatun Daiyah, SST, & Ari Susanti, SST. 2012. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC

Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: pustaka pelajar

PPNI, T. P. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi