Vous êtes sur la page 1sur 16

MAKALAH

KOMUNIKASI MASSA: PENGARUHNYA DALAM MASYARAKAT

KHAERUL

310700042210068

UNIVERSITAS INSAN CITA INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “komunikasi massa:
pengaruhnya dalam masyarakat kontemporer” dengan lancar.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Pontianak, 21 juni 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makalah ini membahas peran dan pengaruh komunikasi massa dalam masyarakat
kontemporer. Komunikasi massa merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui media massa, pesan-pesan dapat disampaikan kepada
khalayak yang lebih luas secara efisien dan efektif. Makalah ini akan menguraikan
konsep komunikasi massa, menyelidiki peran media massa dalam membentuk opini
publik, menganalisis dampak komunikasi massa terhadap budaya dan perilaku sosial,
serta mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi dalam era digital.

Komunikasi massa merupakan fenomena yang telah menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan manusia dalam masyarakat kontemporer. Melalui media massa, pesan-
pesan dapat disampaikan kepada khalayak yang lebih luas secara efisien dan efektif.
Dalam era digital yang semakin maju, komunikasi massa semakin memainkan peran
yang signifikan dalam membentuk opini publik, mempengaruhi budaya, dan mengubah
perilaku sosial.

Komunikasi massa telah mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan


teknologi informasi dan komunikasi. Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, dan
internet telah menjadi sarana utama untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pesan-
pesan komersial kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memiliki kekuatan untuk
menciptakan opini publik, memengaruhi perilaku konsumen, dan membentuk identitas
budaya.

B. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis peran serta pengaruh
komunikasi massa dalam masyarakat kontemporer. Makalah ini akan membahas konsep
dasar komunikasi massa, menjelaskan peran media massa dalam membentuk opini
publik, mengungkapkan dampak komunikasi massa terhadap budaya dan perilaku sosial,
serta menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi dalam era digital.
C. RUMUSAN MASALAH

Dalam konteks komunikasi massa, makalah ini akan mengajukan beberapa rumusan
masalah yang akan dijawab melalui analisis dan pembahasan yang mendalam. Rumusan
masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana konsep dasar komunikasi massa dapat dijelaskan dan dipahami?


2. Apa peran media massa dalam membentuk opini publik?

Melalui pembahasan dan analisis terhadap rumusan masalah di atas, makalah ini
akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep, peran, dan dampak
komunikasi massa dalam masyarakat kontemporer.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KOMUNIKASI MASSA

Konsep dasar komunikasi massa menjadi dasar pembahasan tentang mass


communication. Komunikasi massa sendiri menjadi bagian tak perpisahkan pada
masyarakat modern. Mereka tidak bisa terlepas dari media massa. Kesehariannya tidak
bisa lagi dipisahkan dengan alat (device) yang mempermudah akses komunikasi. Hampir
semua topik aktual yang diperbincangkan bersumber dari media massa. Hal inilah yang
melatarbelakangi kajian komunikasi massa baik secara akademis maupun praktis.

Konsep dasar komunikasi massa memiliki bahasan yang sangat luas. Agar lebih
mudah memahami komunikasi massa, materi pembahasannya meliputi definisi
Komunikasi Massa, Ruang Lingkup Kajian, ciri-ciri Komunikasi Massa, alasan
mempelajari komunikasi massa. Pembahasan ini terus berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi yang sangat massif.

1. Defenisi Komunikasi Massa

Pada dasarnya Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa


(media cetak dan elektronik). Sebab komunikasi massa berasal dari pengembangan
kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa
merupakan saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern.

Massa dalam pengertian “umum” berbeda dengan massa dalam arti komunikasi
massa. Dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang
berkaitan dengan media massa (khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau
pembaca). Artian umumnya adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi
tertentu, pengertian ini menggunakan pendekatan sosiologis.

Mass Communications (dengan s) dengan mass communication (tanpa s)


pengertiannya berbeda. Mass Communications lebih menunjuk pada media mekanis
dalam komunikasi massa yakni media massa. Sedangkan Mass Communication lebih
menunjuk pada teori atau proses teoritis (proses dalam komunikasi massa).
Maka dalam proses komunikasi massa kita membutuhkan gatekeeper (penapis
informasi atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas
menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain
melalui media massa yakni surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape, compact
disk, buku, dan lain sebagainya.

2. Pengertian Menurut Ahli

Ada satu definisi Komunikasi Massa dari Michael W. Gamble dan Teri Kwal
Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut
mereka sesuatu bisa di definisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup
hal-hal sebagai berikut :

a. Komunikator mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau


memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar.
b. Dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian
dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain
(anonim audiens)
c. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan
diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik public
d. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti
jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak
berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga berorientasi pada keuntungan
dan bisnis)
e. Dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang
disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga
tersebut sebelum disiarkan lewat media massa
f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda (delayed). Kalau dalam
jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung.
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Salah satu unsur terpenting dalam hidup manusia adalah komunikasi.
Komunikasi adalah saluran atau media. Seorang komunikator dalam proses komunikasi
pastilah menggunakan unsur media sebagai alat penyampai pesan kepada komunikan
Tujuannya untuk mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan
melalui media atau saluran. Komunikasi merupakan faktor fundamental dalam kehidupan
manusia, sebab manuasia perlu mempertahankan hidup dan kebutuhan menyesuaikan
dengan lingkungan.

B. PERAN MEDIA MASSA DALAM MEMBENTUK OPINI PUBLIK

Kehadiran teknologi tak pelak memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan
manusia.Manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi hamper dalam setiap
gerak kehidupannya. Pengaruh teknologi dalam kehidupan manusia menarik perhatian
seorang pemikir berkebangsaan Kanada, Marshall McLuhan, dan melalui bukunya
Understanding Media (1964) ia menulis mengenai pengaruh teknologi. Opini Publik atau
public opinion sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai
banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika Serikat.
Pemakaian istilah itu berkaitan dengan politik dan komunikasi politik ketika Alquin
menyerukan, “vox populi, vox dei” (suara rakyat adalah suara tuhan). Hal ini berkaitan
dengan berkembangnya gagasan tentang pentingnya kemerdekaan berserikat dan
kebebasan menyatakan pendapat di depan umum sebagai salah salah satu elemen penting
dalam membangun demokrasi

Menurut McLuhan, teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah


masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi, dan tatanan
masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan
teknologi. Ia melihat media berperan menciptakan dan mengelola budaya (Morisson :
2014;486).

Beberapa sarjana menyebut pemikiran McLuhan mengenai hubungan antara


teknologi, media dan masyarakat ini dengan sebutan technological determinism, yaitu
paham bahwa teknologi bersifat determinan (menentukan) dalam membentuk kehidupan
manusia. Pemikiran McLuhan sering juga dinamakan teori mengenai ekologi media
(media ecology) yang didefenisikan 22 sebagai: “the study of media environment, the
idea that tecknology and techniques, modes of information and codes of communication
play a leading role in human affairs” (study mengenai lingkungan media, gagasan bahwa
teknologi dan teknik, mode informasi dan kode komunikasi memainkan peran penting
dalam kehidupan manusia).

1. Sejarah Media

Media massa pada awalnya dikenal dengan istilah pers yang berasal dari bahasa
Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harafiah pers berarti cetak, dan
secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara tercetak (print
publications). Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers
dalam pengertian sempit dan pers dalam pengertian luas. Pers dalam arti luas adalah
meliputi segala penerbitan, termasuk media massa elektronika, radio siaran dan televisi
siaran, sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni
surat kabar, majalah dan bulletin kantor berita. McLuhan bersama Quentin Fiore
menyatakan bahwa media pada setiap zamannya menjadi esensi masyarakat.Mereka
mengemukakan adanya empat era atau zaman (epoch) dalam sejarah media, dan masing-
masing era berhubungan dengan mode komunikasi dominan pada era bersangkutan.
Lebih jauh, McLuhan menyatakan bahwa media berfungsi sebagai kepanjangan indra
manusia pada masing-masing era yaitu : kesukuan (tribal); tulisan (literate); cetak (print);
dan elektronik (Morisson : 2014;488).

2. Era Kesukuan.

Pada era ini indra pendengaran, penciuman, dan perasa merupakan indra yang lebih
banyak digunakan manusia. Era ini memiliki ciri lisan yaitu bercerita di mana orang
menjalankan atau mengungkapkan tradisi, ritual, dan nilainilai mereka melalui kata-kata
yang diucapkan. Identifikasi kelompok dan kesatuan kelompok menjadi sangat tinggi
ketika masyarakat hanya mengandalkan pada komunikasi lisan.

3. Era Tulisan.

Ditandai dengan diperkenalkannya huruf abjad (alfabet) dan karenanya mata


menjadi indra yang dominan dalam berkomunikasi. Mereka yang dapat membaca dan
menulis memiliki status khusus sehingga pendidikan formal memegang peran penting.
Tulisan telah menyebabkan orang menjadi terlepas dari lingkungaan kesukuan yang
bersifat kolektif dan memasuki lingkungan yang bersifat privat. Munculnya tulisan
menjadi awal dari era dimana komunikasi tidak perlu dilakukan secara tatap muka.

4. Era cetak.

Ditandai dengan penemuan mesin cetak (print era) dan merupakan awal revolusi
industri. Akibat dari era cetak ini adalaah munculnya masyarakat yang semakin terkotak-
kotak atau terfragmentasi. Hasil cetakan berupa buku atau bentuk tulisan lainnya bersifat
mudah dipindahkan, dapat dibawa-bawa, dan dapaat dibaca dimana saja secara lebih
privat. Hal ini membuat orang menjadi terisolasi dari lingkungan komunitasnya dan
mendorong munculnya individualisme.

5. Era Elektronika.

Media elektronik memperluas persepsi orang melampaui batas-batas tempat di mana


mereka berada pada setiap saat sehingga menciptakan “desa global” (global village). Jika
pada era cetak, buku menjadi sumber informasi penting, maka pada era elektronik yang
terjadi adalah desentralisasi informasi di mana individu sekarang telah menjadi salah satu
sumber informasi utama. Teknologi elektronik dapat digambarkan dengan : telepon
(berbicara tanpa dinding), fotografi (museum tanpa dinding), cahaya (ruang tanpa
dinding), film, radio dan TV (ruang kelas tanpa dinding), phonograph/alat pemutar lagu
(gedung pertunjukan musik tanpa dinding).

Peran Media Massa.

Media massa sendiri memiliki berbagai peran, salah satunya ialah dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang maupun sekelompok orang ataupun
masyarakat (Waziz : 2012;21). Media mempengaruhi pandangan masyarakat dalam
proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media massa dapat dikatakan
merupakan senjata yang ampuh bagi perebutan citra (image) (Bungin : 2001;31). Peran
Media Massa Media merupakan sarana bagi komunikasi dalam menyiarkan informasi,
gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak. Hal ini
menunjukan media massa merupakan sebuah institusi yang penting bagi masyarakat.
Asumsi ini didukung oleh McQuail dengan mengemukakan pemikirannya tentang media
massa

Media merupakan indrustri yang berubah dan berkembang yang menciptakan


lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan indrustri lain yang terkait, media
juga merupakan indrustri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang
menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya, di lain
pihak, institusi diatur olah masyarakat. Media massa merupakan sumber kekuatan alat
kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai
pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Media merupakan lokasi atau forum yang
semakin berperan, untuk menampilkan pristiwa peristiwa kehidupan masyarakat, baik
bertaraf nasional maupun internasional. Media sering sekali sebagai wahana
pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan
simbol, tetapi juga dalm pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan
norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan
kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif
yangdileburkan dengan berita dan hiburan. Pada abad ke-18 dan 19, media dijadikan
sebagai alat propaganda, dan itu menjadi penting di dunia politik seiring dengan adanya
pertumbuhan informasi, permintaan kebebasan pres, berpendapat, berorganisasi, dan
terlibat di lembaga pemerintahan (Nuruddin : 2001;32).

Opini Publik

Opini public menurut NoelleNeumann (Morisson: 2014;527) adalah : “attitudes or


behaviors one must express in public if one is not to isolate oneself; in areas of
controversy or change, public opinion are those attitudes one can express without
running the danger of isolating oneself” (sikap atau perilaku yang harus dikemukakan
seseorang di depan public jika ia tidak ingin dirinya terisolasi; dalam wilayah kontroversi
atau perubahan, opini public adalah sikap yang dapat ditunjukkan seseorang tanpa
bahaya isolasi terhadap dirinya).

Kita dapat melukiskan opini public sebagai proses yang menggabungkan pikiran,
perasaan, dan usulan yang diungkapkan oleh warga Negara secara pribadi terhadap
pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas
tercapainya ketertiban social dalam situasi yang mengandung konflik, perbantahan, dan
perselisihan pendapat tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya
(Nimmo : 2000;3).

Istilah public opinion dalam pengertian yang modern pertama kali digunakan oleh
Machiavelli. Dalam bukunya Discourses, Machiavelli mengatakan bahwa orang yang
bijaksana tidak akan mengabaikan Opini Publik mengenai soal-soal tertentu, seperti
pendistribusian jabatan dan kenaikan jabatan. Rosseau pernah menyebut Opini Publik
sebagai “ratu dunia”, karena Opini Publik itu tidak dapat ditakhlukkan oleh raja-raja di
zaman otoritarian pada abad ke-17 dan ke-18, kecuali bila sang “ratu dunia” itu mau
dibeli sehingga menjadi “budak” dari raja. Rosseau menyatakan bahwa dalam perubahan
sosial dan politik, pemerintah tidak boleh terlalu jauh di depan pendapat rakyat.
Meskipun demikian ia juga menyadari bahwa kebijakan pemerintah secara timbal balik
membentuk opini publik.

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. Opini dapat dinyatakan
secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun
melalui pilihanpilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan
(konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka,
simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tak
terbilang jumlahnya, melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan
(Sunarjo,Djoenaesih : 1997;12). Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan,
keterbukaan dalam mengungkapkan ide-ide, pendapat, keinginan, keluhan, kritik yang
membangun, dan kebebasan di dalam penulisan. Dengan kata lain, opini publik itu
merupakan efek dari kebebasan dalam mengungkapkan ide-ide dan pendapat.

Peran Media Massa dalam Membentuk Opini Publik

Karakteristik media massa seperti keberadaan khalayak yang luas, heterogen, dan
penyebaran pesan yang cepat serta serentak menjadi alasan kuat banyak pihak akhirnya
melirik media massa sebagai alat penyebaran pesan tertentu. Kekuatan media massa
dalam membentuk isu tak bisa diragukan lagi. Dalam hal ini tentu saja pesan media tak
bisa dipisahkan begitu saja dari keberadaan institusi media itu sendiri. Dalam
perkembangannya kemudian diakui bahwa media massa dalam prakteknya berada
diantara kepentingan negara dan pasar, elite tertentu atau pemilik media itu sendiri.
Media massa membawa kepentingan dari pihak tertentu.

Melalui kontennya, media massa menyusupkan kepentingan dari kelompok tertentu


untuk merebut perhatian publik. Dengan serangan informasi yang sama secara bertubi,
media massa berusaha mempengaruhi sikap publik. Media massa juga memiliki
pengaruh yang begitu kuat dalam kehidupan politik. Media massa memiliki daya jangkau
yang luas dalam menyebarkan informasi politik, bahkan mampu melewati batas wilayah,
kelompok umur, jenis kelamin, dan status sosial-ekonomi. Dengan demikian, status
politik yang dimediasikan akan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan
kalangan. Media massa memiliki kemampuan untuk melipatgandakan pesan yang begitu
mengagumkan. Dilipatgandakan atau tidaknya pesan memiliki korelasi yang begitu erat
dengan respons masyarakat terhadap isu tersebut. Apabila responnya positif,
kecenderungan media massa akan melipatgandakan isu tersebut.

Dampak pelipatgandaan ini tentu sangat besar di tengah masyarakat. Setiap media
dapat mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai pandangannya masing-masing.
Media massa memiliki kebijakan redaksional terkait isi peristiwa politik yang ingin
disampaikan. Kebijakan ini membuat media banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin
memanfaatkannya, begitu juga sebaliknya. Pemberitaan peristiwa oleh suatu media
kecenderungannya akan berkaitan dengan media lainnya, sehingga terbentuk suatu rantai
informasi yang menambah kekuatan media massa dalam menyebarkan informasi dan
mampu memperbesar dampak yang diberikan kepada publik. Pada masa Plato, media
massa sudah diyakini mempunyai pengaruh. Karena itu, ia membatasi bahan-bahan
bacaan untuk masyarakat tertentu.

Di Amerika Serikat (AS), sejak 1960-an, studi media sudah membuktikan bahwa
media massa memunyai efek terhadap tindakan masyarakat, termasuk dalam Tindakan
tindakan yang agresif dan revolusioner. Sejauh studi yang dilakukan para ahli,
interpretasi media massa menjadi pertimbangan bagi sebuah gerakan social. Sekitar abad
ke-18 dan 19, media dijadikan sebagai alat propaganda dalam lembaga pemerintahan.
Politikus dan pemerintah, pada saat itu, menyadari betapa pentingnya media sebagai
propaganda dan metode-metode persuasif lainnya untuk memenangkan/mengamankan
posisi mereka. Guna mencapai tujuan itu, yaitu memegang kendali atas masyarakat,
mereka mulai menciptakan, mendirikan dan mendanai media-media publikasi (koran)
untuk menyebarkan segala bentuk informasi.

Hingga akhirnya, media-media tersebut berubah menjadi medan tempur opini publik
tentang sosial, politik, dan agama. Pada perang dunia pertama, peran media sebagai alat
propaganda dijadikan sebagai senjata yang sangat kuat dalam pembentukan opini dan
tingkah laku publik. Seluruh negara-negara besar yang terlibat dalam perang tersebut
(Inggris, Perancis, Rusia, Italia, Amerika, Jerman, dan Austria-Hungaria)
mempekerjakan sejumlah penulis, artis, dan pembuat film untuk “mengarang” dan
menyampaikan pesan-pesan politis guna memobilisasi dukungan masyarakat mereka atas
perang yang mereka lakukan, melemahkan moral dan semangat lawan mereka untuk
bertempur, serta mengambil alih dukungan negara-negara netral. Di masa itu, wartawan-
wartawan Inggris, Amerika dan Perancis menggambarkan Jerman serupa dengan suku
Barbar yang biadab dan brutal yang berkeinginan mendominasi dunia dan menghacurkan
negara-negara barat.

Propaganda tersebut, sebagian memperkuat tentang kekejaman yang Jerman


lakukan, dan sebagian lagi adalah kebohongan yang dilebih-lebihkan untuk meyakinkan
masyarakat mereka (Inggris, Amerika, dll) atas kebenaran langkah mereka dan
kelanjutan perang yang akan mereka lakukan hingga musuh berhasil dikalahkan. Dalam
dunia politik, misalnya dalam pemilu, media media massa juga bisa di jadikan alat
kepentingan dan propaganda untuk mendapatkan kekuasaan.

Dalam teori analisis media, Louis Althusser mengemukakan tentang struktural


Marxism yaitu media massa bagian dari aparatus idioligis negara. Media dan kekuasaan
negara saling terkait. Tidak hanya dengan negara, media massa dalam kancah politik bisa
saja menyajikan berita yang memihak. Tentu saja dalam pemberitaannya, Metro TV
tidak akan lepas dengan sosok Surya Paloh, atau TV One dengan Bakrie. Kepemilikan
media oleh elit politik inilah yang menjadikan media massa tersebut sebagai alat
propaganda pemiliknya dalam kepentingan politiknya. Kaitannya dengan teori Agenda
Setting, media massa memiliki fungsi agenda setting.

Media massa memiliki hak untuk menyiarkan suatu peristiwa atau tidak
menyiarkannya. Sehingga media massa mampu menggiring opini publik dalam suatu
diskusi. Output dari diskusi inilah yang akan menentukan agenda-agenda dalam politik
pemerintahan, dengan cara mengangkat sebuah isu seolah-olah penting untuk
dimunculkan sebagai opini publik. Media massa melakukan setting berita untuk
diwacanakan penting, yang akhirnya bisa mempengaruhi masyarakat dan sependapat,
dengan mudah saja mengikuti dan menyetujui apa yang disampaikan dalam media
massa. Media massa membuat penting isu-isu yang diangkat walaupun tak sepenuhnya
dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat seolah membutuhkan pesan
dan informasi yang pada akhirnya mengubah pemikiran dan bahkan kebudayaan dalam
masyarakat tersebut.

Media massa memang memiliki pengaruh yang sangat sentral dalam pembentukan
opini publik sehingga dalam hal ini informasi yang diberikan dapat mempengaruhi
keadaan komunikasi sosial pada masyarakat. Dengan media massa, seseorang atau
kelompok tertentu menanamkan pesan tertentu melalui informasi-informasi yang
penyajiannya seringkali disetting terlebih dulu. Dengan media massa orang bisa
mencitrakan dirinya, menaikkan pamor tokoh tertentu atau bahkan menjatuhkan figur
lawan. Hingga saat ini, media massa masih diyakini memiliki kekuatan besar dalam
pembentukan opini public.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Opini public dan media massa memang memiliki hubungan yang erat. Media massa
menjadi unsur terpenting dalam kegiatan komunikasi untuk menjalankan berbagai
kepentingan tertentu. Kepentingan-kepentingan inilah yang kemudian menjadi masalah
karena kerap kali disebarkan dengan tak berimbang. Media massa digunakan oleh
seseorang atau kelompok tertentu, termasuk negara untuk melancarkan isuisu tertentu
sebagai upaya untuk mempengaruhi masyarakat agar memberikan dukungannya terhadap
mereka. Media massa digunakan untuk menyebarkan informasi, baik sebagai pencitraan
diri, ataupun dalam upaya menjatuhkan lawan atau pihak tertentu. Media massa
beroperasional dengan berbagai kepentingan yang ada di belakangnya. Bagi elit politik
yang menjadi pemilik media, media massa bisa menjadi alat propaganda untuk
pencitraan dirinya.

Media massa menjadi salah satu hal yang dapat memicu terbentuknya opini publik
dan reaksi publik dengan hanya membaca koran atau melihat pemberitaan di televisi.
Media memiliki pengaruh yang kuat dalam dunia perpolitikan, bisa memberikan
keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang terkait karena apabila berita yang mereka
sampaikan berhasil, maka mereka akan mendapatkan dukungan dari banyak lapisan demi
tercapainya tujuan negaranegara yang bersangkutan.

Dengan agenda setting, media massa melakukan setting berita untuk diwacanakan
penting, yang akhirnya bisa mempengaruhi masyarakat dan sependapat, dengan mudah
saja mengikuti dan menyetujui apa yang disampaikan dalam media massa. Media massa
memiliki kekuatan besar untuk menggiring masyarakat ke sebuah wacana, dan
mempengaruhi mereka untuk mengikutinya. Dengan kekuatan besarnya tersebut, media
massa lantas berkembang menjadi alat bagi negara, elit politik, dan kelompok-kelompok
tertentu untuk menguntungkan kepentingannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin, 2003, Komunikasi Politik, Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi dan


Komunikasi Politik Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
Burhan Bungin, 2001, Imaji Media Massa, Yogyakarta: Jendela. Dan Nimmo, 2000,
Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Denis McQuail, 1994, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Cetakan ketiga,
Jakarta: Erlangga.

Kun Wazis, 2012, Media Massa dan Konstruksi Realitas, Malang: Aditya Media
Publishing.

Morissan, 2014, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Kencana Prenadamedia


Group, Jakarta

Nurudin. 2001. Komunikasi Propaganda. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sunarjo.Djoenaesih.S,1997, Opini Publik, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty Offset


Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi