Vous êtes sur la page 1sur 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ANEMIA RUANGAN CW RUMAH SAKIT UMUM PUSAT M.JAMIL
PADANG

Roza Yuliati, S.Kep


2314901069

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Weni Mailita, M.Kep) ( )

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (PPKMB)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011). Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 2002). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi sistem hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lainkarena berbentuk cairan.Darah merupakan
medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat
badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada
tiap-tiap orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu
sebagai berikut :
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
b. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
c. Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± red blood cell).

Gambar 2.1 Sel Darah

d. Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
e. Trombosit : butir pembeku darah ± platelet.

Kriteria kadar / nilai HB pada Anemia


No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl

2. Sel darah merah (Eritrosit)


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron.Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
secara cepatdengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel.Warna
kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat
yang dsebut Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit,
sistem enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan
hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit normal pada
orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita
11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :
a. Antigen A, B dan O
b. Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan
proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin yaitu komponen
protein dan komponen heme.
3. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki
kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya serta warna bening (tidak berwarna). Sel
darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari
golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T
dan B ; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :
a. Eosinofil
b. Basofil
c. Neutrofil
Fungsi sel darah putih :
a. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit
penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem
retikulo endotel).
b. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari
dinding ususmelalui limpa terus ke pembuluh darah.
Jenis sel darah putih
a. Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 10-
12mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya :
1) Neutrofil
Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,
kadangseperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak berbintik-
bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
2) Eusinofil
Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.
3) Basofil
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil
daripadaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur.
Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
b. Granulosita
1) Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian
besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.
a) Limfosit T
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama,
kemudian bermigrasi menuju timus. Setelah meninggalkan timus,
sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan
antigen dimana mereka telah di program untuk mengenalinya.
Setelah dirangsang oleh antigennya, sel- sel ini menghasilkan
bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikrooranisme dan
memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.
b) Limfosit B
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah
sampaimenjumpai antigen dimana mereka telah
diprogram untuk mengenalinya.Pada tahap ini limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta
menghasilkan antibodi.
2) Monosit
Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pematanganmenjadi makrofag setelah msuk ke jaringan. Fungsinya
sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
4. Keping Darah (Trombosit)
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan
hidup sekitar 10 hari. Trombosit berperan penting dalam pembentukan
bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk mengubah bentuk
dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
5. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning- kuningan.Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh
dengan memutar sel darah, plasma diberikan secara intravenauntuk:
mengembalikan volume darah, menyediakan substansi yang hilang dari
darah klien.
6. Limpa
Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu
kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah
kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan
diafragma dan permukaan medialyang konkaf serta berhadapan dengan
lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula
jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah
( jaringan ikat, sel eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang
keluar dari arteri coeliaca.

Fungsi Limpa
a. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
b. Destruksi sel eritrosit tua.
c. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
d. Produksi bilirubin dari eritrosit.
e. Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
f. pembentukan immunoglobulin
g. pembuangan pertikel asing dari darah
7. Fisiologi sistem hematologia.
Sebagai alat pengangkut yaitu :
a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
e. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
f. Mengatur panas tubuh.
g. Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh
h. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
i. Mencegah perdarahan. (Handayani, 2018)
C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

E. Manifestasi Klinis

Selain beratnya anemia, bebagai faktor mempengaruhi berat dan adanya


gejala:( Smelzer, Suzanne C, 2014)
a. Kecepatan kejadian anemia
b. Durasinya (misal. Kronisitas)
c. Kebutuhan metabolisme pasien
d. Adanya kelainan lain atau kecacatan
e. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang mengakibatkan anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada


orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau
hematokirt tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara
bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat
sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama
dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit
gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan.
Dispnea latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5 g/dl, kelemahan hanya
terjadi dibawah 6 g/dl, dispnea istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung
hanya pada kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl.

Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding


orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen
yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau
peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10 g/dl.
Tanda anemia bisa berupa :
a. Klien terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa
keseluruh tubuh berkurang karena media transport hemoglobin berkurang
sehingga tentunya yang membuat energy berkurang dan dampaknya
adalah lemah, letih dan lesu
b. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas,
karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta
oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan
dengan pandangan mata yang berkunang-kunang
c. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
d. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
e. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka klien bisa menunjukkan
tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.

F. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

G. Kriteria diagnosa
1. gagal jantung,
2. kejang.
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
H. WOC
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015.
I. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien
Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia umumnya adalah dewasa,
Jenis Kelamin : biasa nya yang dominan terkena Anemia adalah perempuan,
Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No.
Register, Diagnosa medis Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien
2. Alasan Masuk
Klien mengeluh pusing,lemah,mual dan muntah,badan terasa letih, pucat,
akral dingin
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum
2) Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
3) Klien mengatakan bahwa ia depresi
4) Sakit kepala
5) Nyeri mulut & lidah
6) Kesulitan menelan
7) Dyspepsia, anoreksia
8) Klien mengatakan BB menurun
9) Nyeri kepala, berdenyut, sulit berkonsentrasi
10) Penurunan penglihatan
11) Kemampuan untuk beraktifitas menurun
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan, meliputi:
1) Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
2) Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
3) Apakah pernah menderita penyakit malaria.
4) Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
5) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti
kanker payudara, leukimia, dan multipel mieloma.
6) Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran
dengan radiasi.
7) Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal
dan hati.
8) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.
9) Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti
vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Kecendrungan keluarga untuk anemia.
2) Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
congenital.
3) Keluarga adalah vegetarian berat.
4) Social ekonomi keluarga yang rendah
GENOGRAM
Untuk mengetahui riwayat penyakit dari keluarga dan klien.

d. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran :Composmentis
GCS :15 ( E:4 V:5 M:6)
TTV :TD :Biasanya menurun
N :Biasana meningkat
P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat
1) Kepala
Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut
kering, mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala,
pusing,
2) Mata
Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.
3) Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
4) Hidung
Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan
pada hidung atau tidak.
5) Mulut
Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan
gigi, stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
7) Thorax
Paru-paru :
I: Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas
jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
P :Taktil premitus simetris
P :Sonor
A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
Jantung:
I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung
menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat
P :Tidak teraba adanya massa
P :pekak
A :Bunyi jantung murmur sistolik
8) Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
A : Suara bising usus
P : Terdapat bunyi timpani,
P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.
9) Genitalia Normal / abnormal
10) Integumen Mukosa pucat,kering dan Kulit kering
11) Ekstermitas Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa,
Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam
melakukan aktifitas.
12) Punggung Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan
13) Persyarafan
- Nervus I (Olfaktorius) : Suruh klien menutup mata dan menutuo
salah satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)
- Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa
diskus optikus, penglihatan perifer.
- Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika
terbuka, suruh klien mengikuti cahaya
- Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien menggerakan mata kearah
bawah dan kearah dalam.
- Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang
ketika klien merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area
dekat pipi disentuh) dekati dari samping, sentuh bagiang mata
yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk
menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
- Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien untuk
menggerakan mata secara lateral.
- Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi larutan manis (gula), asam (lemon). Kaji fungsi
motorik dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.
- Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji pendengaran.
- Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi rasa pada lidah.
- Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong
spatel pada lidah ke posterior faring untuk menentukan refleks
muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
- Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar kepala kesamping
dengan melawan tahanan, minta klien untuk mengangkat bahunya
kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk melawannya.
- Nervus XII (Hipoglasus) : Minta klien untuk mengeluarkan
lidahnya,periksa deviasi garis tengah, dengarkan kemampuan
anak untuk mengucapkan ‘R’.

e. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia terdiri dari :
pengobatan (Bakta, 2016).
1. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks
eritrosit, dan apusandarah tepi).
2. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit, trombosit,
retikulosit, dan lajuendap darah).
3. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus sesuai jenis
anemia. Selain itu, diperlukan pulaa pemeriksaan non-hematologik
tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid.
Tahap diagnosis anemia terdiri dari
1. menentukan adanya anemia
2. menentukan jenis anemia,
3. menentukan etiologi anemia, dan
4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan
mempengaruhi hasil pengobatan (Bakta, 2016).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia
hipokromik lainnya perti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia,
dan anemia sideroblastik. Perbedaan yang ditemukan diantaranya
seperti derajat anemia, (Bakta, 2016)
1) Jumlah darah lengkap(JDL) : Hemoglobin& Hematokrit menurun
2) Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik), mikrositik
dengan eritosit hipokromik, peningkatan, pansiitopenia (aplastik)
3) Jumlah retikulosit bervariasi :menurun, meningkat (hemolisis)
4) Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna & bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia)
5) Laju endap darah : peningkatan menunjukkan adanya reaksi
inflamasi
6) Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa anemia
7) Tes kerapuhan eritrosit : Menurun
8) Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
9) Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal/tinggi
(hemolitik)
10) Hemoglobinelektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
11) Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (hemolitik)
12) Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia
13) Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik)
14) Masa perdarahan : memenjang (aplastik)
15) Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urin
16) Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis.
17) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak
adanya asam hidrokolorik bebas.
18) Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
19) Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan, perdaraha Gastro Intestinal
B. Kemungkinan diagnosa yang muncul
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
pengangkut O2.
2. Intoleransi Akatifitas berhubungan dengan ketidakseimbagan suplai &
kebutuhan O2.
3. Keletihan berhubungan dengan anemia
4. Ketidak seimbangan Nutisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena
faktor biologis psikologis atau ekonimi.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 perfusi Setelah dilakukan tindakan


Perawatan sirkulasi
parifer keperawatan selama 3x24
Observasi
tidak efektif diharapkan perfusi parifer
berhubunga meningkat 1. Periksa sirkulasi parifer (mis.
n dengan 1. Warna kulit pucat menurun Nadi parifer, edema, pengisian
penurunan 2. Edema parifer menurun kapiler, warna, suhu, angkle
konsentrasi 3. Nyeri ekstremitas menurun brachial index)
hemoglobin 4. Kelemahan otot menurun
2. Monitor panas, kemerahan,
5. Pengisian kapiler membaik
nyeri atau bengkak pada
6. Akral membaik
ekstremitas
7. Turgor kulit membaik
Terapeutik

1. Hindari pemasagan infus atau


pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi

2. Hindari pengukuran tekanan


darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi

3. Hindari penekanan dan


pemasangan torniquet pada
area yang cidera
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan
Observasi
aktivitas keperawatan selama 3x24
1. Monitor kelelahan fisik dan
berhubungan diharapkan aktifitas sehari-hari
emosional
dengan tirah dapat terpenuhi dengan kriteria
baring dan 1. Kemudahan dalam melakukan 2. Monitor pola dan jam tidur
kelemahan aktifitas sehari-hari meningkat
3. Monitor lokasi dan
2. Kekuatan tubuh meningkat
kenyamanan selama
3. Perasaan lemah menurun
melakukan aktifitas
4. Aritmia saat beraktifitas
Terapeutik
menurun
5. Warna kulit membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, dan kunjungan)

Edukasi

1. Anjurkan melakukan aktifitas


secara bertahap

2. Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3 Keletihan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
berhubunga keperawatan selama 3x24
n dengan diharapkan tingkat keletihan
1. Identifikasi kesiapan dan
anemia menurun dengan kriteria
kemampuan menerima
1. Ferbalisasi kepulihan energi
informasi
meningkat
Terapeutik
2. Tenaga meningkat
3. Lesu menurun 1. Sediakan materi dan media
4. Pola istirahat membaik pengaturan dan istirahat

2. Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan

Edukasi

1. Anjurkan jadwal aktifitas dan


istirahat

2. Ajarkan cara mengidentifikasi


kebutuhan istirahat

Kolaborasi

1. Kolaborasikan dengan ahli


gizi pemenuhan kebutuhan
seimbang

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
E. EVALUASI
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier
et. al., 2011).
Tujuan evaluasi adalah untusk menilai pencapaian tujuan pada rencana
keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang
akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keputusan apakah
rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2018. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi