Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
TAHUN AJARAN 2022/2023
Daftar Isi
Daftar Isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
Latar Belakang...............................................................................................................................3
Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II 5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
BAB III 10
PENUTUP.........................................................................................................................................10
Kesimpulan..................................................................................................................................10
saran............................................................................................................................................10
REFERENSI 11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, banyak terjadi sebuah kesenjangan antara sistem pembelajaran serta metode
dengan pribadi seorang siswa secara psikologi. Kondisi Psikologi siswa merupakan faktor
penting yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran sedangkan pada kenyataanya hal
itu seringkali diabaikan karena terikat pada suatu kurikulim dan sistem yang berlaku.
Ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan diri dan tahan (sustain) atas segala bentuk
godaan untuk melakukan korupsi, plagiasi, perjokian, jual-beli ijazah, dan perilaku-perilaku
antagonis terhadap hakikat dan tujuan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kultur
pendidikan yang pernah dilaluinya. Alasan tersebut logis dan dapat diterima akal sehat, tetapi
kasus “nyontek massal” dalam Ujian Nasional (UN) yang berulang kali terjadi dan secara
massive melibatkan guru, kepala sekolah serta pejabat Dinas Pendidikan merupakan fakta
bahwa kultur antagonisme terhadap hakikat pendidikan memang benar-benar telah dan
sedang terjadi. (Tamin, 2013)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
2. Apa saja karakteristik pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis bimgingan dan konseling?
Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui karakterstik pembelajaran bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran bimbingan dan konseling.
1.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin.
Potensi itu sendiri adalah laten power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan
yang belum tampak, belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku.
Sedangkan perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki. (Suryono, 2016)
Pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena
pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi
dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta
didik yang positif dan normatif. Mengajar dapat berarti:
a. Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran
b. Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan
c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
Bimbingan tidak hanya dilakukan kepada anak yang bermasalah saja. Pandangan
bimbingan dewasa ini yaitu menyediakan suasana atau situasi perkembangan yang baik
sehingga setiap anak disekolah dapat terdorong semangat belajarnya dan dapat
mengembangkan pribadinya sebaik mungkin dan terhindar dari praktik-praktik yang merusak
perkembangan anak itu sendiri.
Guru tidak hanya memberikan mata pelajaran tertentu saja, tetapi juga mengajarkan
sikap di kelas. Seorang guru juga perlu mengamati setiap muridnya. Guru perlu menyadari
bahwa setiap anak mempunyai kepribadian, kelebihan dan kelemahannya sendiri. Apabila
guru mengharapkan muridnya dapat menyelesaikan pekerjaannya sebaik-baiknya, maka dia
juga memberikan bantuan apapun kepada murid apabila diperlukan. Demikian juga, guru
harus bertanggung jawab untuk membimbing murid-murid dalam perkembangannya
semaksimal mungkin. (Baharuddin, 2010)
Dengan adanya perbedaan karakter pada setiap peserta didik maka pembelajaran
berbasis bimbingan dan konseling perlu dilakukan dalam membantu peserta didik
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya dan mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Kartadinata dan Dantes, pembelajaran
berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan bagi semua siswa.
b. Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh
dan optimal.
e. Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi
berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma
kehidupan yang dianut. (Suwarjo, 2014)
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik yang diarahkan untuk mengubah
sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan melalui wawancara (konseling)
langsung dengan individu. Konseling ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang
mengalami kesulitan jiwa, melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
2. Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor
ataupun pembimbing. Pemberian nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh klien (individu)
b. Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
c. Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh individu, disertai
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
d. Penentuan keputusan diserahkan kepada individu, alternatif mana yang akan diambil, serta
e. Hendaknya, individu mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang
diambilnya
3. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam
situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat beruapa penyampaian informasi ataupun
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
4. Konseling Kelompok
Koseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat penvegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan bersifat pencegahan
dalam arti, bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau
berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa kelemahan dalam
kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan
individu, dalam arti memberikan kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu-
individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya selaras dengan
lingkungannya.
5. Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-
prinsip dan memberikan bimbingan waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat
diberikan guru/dosen sambil mengajar adalah:
1) mengenal dan memahami individu secara mendalam,
2) memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual,
3) memperlakukan individu secara manusiawi,
4) member kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal, dan
5) menciptakan suasana kelasyang menyenangkan. (Nurwangid, 2010)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
saran
REFERENSI
Caraka, P. B. (2015). Implementasi Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 Dalam Pengembangan
Layanan BK di Sekolah Menengah. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling,
(pp. 55-61).
Nurwangid, P. F. (2010). Penerapan Bimbingan Kelompok (Grub Activity) dalam Mengatasi Burnout
Bersekolah Pada Siswa Sekolah Dasar. Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryono, B. (2016). Public Trust Dan Profesi Bk Bermartabat Menuju Karakter Konselor Bermartabat
Menuju Karakter Konselor. E-Journal Unipma, 1-16.
Suwarjo, D. S. (2014). Model Bimbingan Pengembangan Kompetensi Pribadi Sosial Bagi Siswa SMA
yang Mengalami Kejenuhan Belajar (Burnout). tidak diterbitkan.
Tamin, D. (2013). GURU DAN BUDAYA PENDIDIKAN BERBASIS BIMBINGAN DAN KONSELING. JURNAL
ETIKA DAN PEKERTI, 1(2), 27-50.