Vous êtes sur la page 1sur 15

COMPARAISON DES DEUX PERSONNAGES PRINCIPAUX

DANS LE ROMAN UNE VENDETTA ET MADAME BAPTISTE


DE GUY DE MAUPASSANT

LA PROPOSITION

Presenté Pour L’Obtention Du Diplome De La Literature Française Du


Départment De La Langue Et Litérature, Faculté Des Sciences Humaines,
Université Halu Oleo
Par

ANANDA NAVIRA FEBRIANI


N1D4 18 018

PROGRAMME D’ÉTUDE DE LA LITERATURE FRANÇAISE


DÉPARTMENT DE LA LANGUE ET LITÉRATURE
FACULTÉ DES SCIENCES HUMAINES
UNIVERSITÉ HALU OLEO
KENDARI
2021
TABLES DES MATIÈRS

LA PAGE DE TITRE..............................................................Error! Bookmark not defined.

TABLES DES MATIÈRS......................................................................................................2

CHAPITRE I L’INTRODUCTION.................................................................................2

1.1 L’Arrièr Plan (Latar Belakang)............................................................................2

1.2 Les Problèmes de la Recherche (Rumusan Masalah)..........................................2

1.3 Objectifs de Recherche (Tujuan Penelitian).........................................................2

1.4 L’avantage de Recherche ( Manfaat Penelitian)..................................................2

1.5 Le Portée de Problème (Batasan Masalah)..........................................................2

CHAPITRE II LA REVUE DE LITTERAIRE..............................................................2


LA PAGE D’APROBATION

Cette la proposition a été vérivé par les conseilers pour étre defendue, devant

une équipé d’examinateurs de la Programme D’etude de la Littérature Française,

Département de la Langues et la Littérature, Faculté des Sciences Humaines,

Université Halu Oleo.

Le Titre : Comparaison Des Deux Personnages Principaux Dans Le Roman


Une Vendetta Et Madame Baptiste De Guy De Maupassant

Nom : Ananda Navira F.

Numero d’Étudiante : N1D4 18 018

Kendari, 2021

Approuver:

Directrice de la Recherche I, Directrice de la Recherche II,

Dr. Rasiah, S.pd., M.Hum. Samsul, S.Pd., M.Hum.


NIP 19800906 201001 2 020 NIP 19800510 201404 1

Savoir:

Chef Du Département de Coordinateur de La


La Langue et Littérature, Littérature Française,

Dr. Lilik Rita Lindayani, S.Pd., M.Hum. Samsul, S.Pd., M.Hum.


NIP 19730728 200801 2 009 NIP 19800510 201404 1
CHAPITRE I

L’INTRODUCTION

1.1 L’Arrièr Plan (Latar Belakang)

Dalam kehidupan manusia pasti tidak luput dengan adanya permasalahan.

Permasalahan yang meliputi kehidupan manusia biasa terjadi karena interaksi antar

sesama, lingkungan maupun interaksinya dengan Tuhan. Permasalahan tersebut pun

dapat mengakibatkan konflik-konflik yang menghasilkan gejala psikis yang dialami

oleh setiap anggota masyarakat tanpa memandang usia. Permasalahan kejiwaan yang

dialami biasanya menjadi dorongan seniman terutama sastrawan  untuk membuat

karya sastra seperti, cerpen, novel dan drama. Banyak sastrawan yang kemudian

menggambarkan fenomena kejiwaan dalam tokoh utama karya mereka.

Karakter atau watak yang diperankan oleh masing-masing tokoh di dalam

sebuah cerita dapat berupa rekaan semata yang diciptakan pengarang, tetapi

terkadang dapat menggambarkan keadaan dunia nyata ataupun kejadian yang terjadi

pada pengarang. Tokoh utama adalah tokoh yang mengimbangi cerita utama dalam

sebuah karya sastra. Tokoh ini mempunyai peran penting sebagai sorotan utama

dikarenakan kebergantungan cerita dan tingkat kompleksitas konflik yang

diperankannya, menjadikannya salah satu kunci menarik atau tidaknya cerita tersebut.
Dalam karya sastra banyak mengandung fenomena kejiwaan yang

ditampilkan dari perilaku tokoh yang dibentuk oleh pengarang dengan harapan dapat

menunjukan ide utama dari cerita. Kemampuan pengarang dalam mendeskripsikan

perilaku tokoh dapat menjadi parameter untuk mengetahui kekuatan cerita tersebut.

Karya sastra merupakan media sebagai ungkapan pribadi pengarang dalam

menuangkan aspirasi atau pandangan dan ide pengarang akan nilai-nilai kehidupan.

Pada abad ke 19 aliran sastra paling populer di Prancis adalah aliran sastra

realisme. Aliran realisme muncul dikarenakan adanya oposisi atas aliran romantisme

yang dalam mendeskripsikan dan mengungkapkan perasaan terlalu berlebihan.

Kesusastraan dengan aliran realisme menggambarkan masyarakat dalam seluruh

aspek, bukan hanya ekonomi tetapi juga masalah sosial dan masalah politik (Menurut

Sauvageot, 1889 : 188-189 dalam Roro, 2013)

Beberapa tema yang sering diangkat dalam kesusastraan realis, yaitu

keberhasilan atau kejatuhan sosial tokoh, penuaan dan kematian yang dialami oleh

tokoh, dunia kerja dan kekuatan naluri tokoh-tokoh yang tidak dapat mengendalikan

keinginan hasrat mereka. Para pengarang penganut roman realis menolak meng

idealisasi dan menganggap bahwa sebuah roman adalah cerminan dari realitas.

Dalam penelitian ini penulis memilih salah karya dari seorang penyair

realis ,Guy De Maupassant yang seorang spesialis dalam cerita pendek dan seorang

yang selalu menggambarkan keputusasaan di setiap ceritanya kehidupan dan takdir


manusia dalam kehidupan sosial. Maupassant dikenal sebagai penyair yang

berpengaruh pada abad ke-19, ia adalah seorang penganut aliran sastra realisme dan

naturalisme. (Lagarde, 1955 :493). Guy De Maupassant adalah seorang penulis yang

karya terkenal akan kritikan dan sebagai pembangun dan pengingat kepada pembaca

tentang kehidupan ( dikutip dalam Roro dkk. 2018 oleh Lemoine, 1957)

 Cerpen yang dipilih adalah Une Vendetta dan Madame Baptiste yang

dimuat dalam antologi cerpen Maupassant berjudul « Mademoiselle Fifi » yang

kemudian penulis menganalisis dua karakter utama, karena menurut penulis dua

karakter utama dalam cerpen ini mengalami kejadian psikologis dimana dalam cerpen

Une Vendetta karakter utama kehilangan anaknya dan pada cerpen Madame Baptiste

karakter utama diperkosa di masa kecilnya sehingga mempengaruhi ia untuk

kemudian mengakhiri hidupnya. Dalam cerpen Une Vendetta yang berlatar belakang

di Pulau Korsika menceritakan tentang seorang janda bernama Paolo Severini yang

hidup mengucilkan dirinya dari orang banyak, di kota Bonifacio, Korsika. Ia tinggal

bersama anak semata wayangnya, Antoine Saverini dan anjing pemburu yang ia beri

nama Sémillante. Pada suatu hari, Antoine mengalami pertikaian yang di mulai

dengan adu mulut dengan seorang kriminal, Nicolas Ravolati. Pertikaian tersebut

diakhiri dengan adu fisik yang menyebabkan Antoine terbunuh oleh Nicolas. Setelah

membunuh Antoine pun, Nicolas melarikan diri ke Longosardo, kota kecil di Pulau

Sardinia, Italia. Berasumsi bahwa seorang ibu adalah sosok yang penyayang, Paolo

Severini berubah menjadi dingin dan misterius. Paolo Severini pun menyusun
rencana Vendetta atau balas dendam dengan gaya Korsika. Melatih anjing

pemburunya sesuai perintahnya.

 Sedangkan Madame Baptiste menceritakan tentang Nona Fontanelle yang

diperkosa oleh pelayannya ketika masih kecil yang menyebabkan ia dikucilkan tidak

hanya dalam masyarakat tetapi juga dalam keluarga ia sendiri. Dia dianggap seperti

monster ketika kehilangan keperawanannya. Beranjak dewasa ia kemudian bertemu

seorang pemuda yang bisa menerima dirinya apa adanya, tetapi kebahagian itu tidak

lama, Nona Fontalle kemudian memutuskan mengakhiri hidupnya ketika ia kembali

dirundung masalah yang sama.

Dari kedua cerpen diatas dapat dilihat adanya aspek psikologi yang terjadi

dalam kehidupan kedua tokoh, Madame Saverini yang kehilangan anak semata

wayangnya berubah menjadi dingin dan kejam untuk membalaskan dendamnya.

Sedangkan dalam tokoh utama Madame Baptiste yaitu Nona Fontanelle memutuskan

mengakhiri hidupnya untuk menyelesaikan masalahnya.

Dan dari kedua cerpen memiliki persamaan dalam masalah hidupnya yaitu

Naluri Kematian dan Balas Dendam, maka penulis memutuskan untuk menggunakan

Teori Naluri Kematian untuk menganalisa perbedaan kedua tokoh utama dalam

membandingkan kedua tokoh dalam menghadapi masalah dalam kehidupannya.


1.2 Les Problèmes de la Recherche (Rumusan Masalah)

1. Bagaimanakah karakter tokoh utama dalam Cerpen Une Vendetta dan

Madame Baptiste ?

2. Bagaimana perbandingan reaksi dua tokoh utama dalam menghadapi masalah

kehidupan secara psikologi sastra dalam Cerpen Une Vendetta dan Madame

Baptiste ?

1.3 Objectifs de Recherche (Tujuan Penelitian)

1. Untuk mengetahui kepribadian dua tokoh utama dalam Une Vendetta dan

Madame Baptiste .

2. Untuk mengetahui perbedaan reaksi dua tokoh utama dalam menghadapi

kejadian psikologis dalam Une Vendetta dan Madame Baptiste 

1.4 L’avantage de Recherche ( Manfaat Penelitian)

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, yaitu :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat membantu dan berkontribusi atas studi kesastraan,

terutama dalam unsur instristik dalam cerpen dan dapat mengetahui aspek

psikologi sastra dalam cerpen yang diteliti.

2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kedepannya

diharapkan dapat menjadi refrensi untuk pelajar dan pembaca khususnya

untuk mahasiswa di Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Haluoleo yang ingin membuat unsur instristik dalam cerpen dan bagaimana

perbandingan dua tokoh utama dalam dua cerpen berbeda dalam menghadapi

masalahnya hidupnya menggunakan kajian psikologi sastra.

1.5 Le Portée de Problème (Batasan Masalah)

Pembatasan masalah dalam penelitian ini membantu penulis agar fokus dan

terarah dalam meneliti penelitian ini. Data penelitian ini adalah roman Une Vendetta

dan Madame Baptiste karya Guy de Maupassant yang dianalisis dengan psikologi

sastra untuk membandingkan bagaimana keduanya menghadapi masalah dalam

kehidupan keduanya. Penulis juga menggunakan Teori Naluri Kematian untuk

mengklasifikasikan emosi kedua kepribadian karakter utama dalam menghadapi

masalah untuk membandingkan bagaimana keduanya menghadapi masalah mereka.


CHAPITRE II

LA REVUE DE LA LITTERAIRE

2.1 La Recherche les Antérieures (Penelitian Terdahulu)

Setiap penelitian tidak dimulai dari nol secara murni. Akan tetapi secara

umum telah banyak acuan penelitian terdahulu yang dapat mendasari atas penelitian

yang sejenis. Oleh karena itu peneliti mengumpulkan beberapa penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

Pertama, penelitian oleh Aditya Rizqi Fadlillah (2018, Universitas Darma

Persada) dengan judul "PsikoAnalisis Perilaku Yandere Tokoh Sumikawa Sayuri

Dalam Novel Ankoku Joshi Karya Akiyoshi Rikako Dengan Konsep Naluri Kematian

Dari Sigmund Freud. " Penelitian ini menganalisis perilaku yandere tokoh utama

dalam novel Ankoku Joshi. Dan dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya

perilaku yandere pada tokoh utama yang bersumber dari rasa cemburu yang muncul

akibat dari rasa sayang yang berlebihan terhadap tokoh yang lain. Rasa cemburu

tersebut menjadi pemicu perubahan perilaku tokoh utama. Peneliti menggunakan

pendekatan psikologi Sastra dan menganalisis perilaku tokoh utama dengan

menggunakan konsep naluri kematian dari Sigmund Freud.

Kedua, Penelitian oleh Haniyah Jahra Yadi Putri (2021, Universitas Darma

Persada) dengan judul ”Instruksi Dendam Dan Kematian Dalam Cerita Singkat “A

Vendetta” Oleh Guy De Maupassant.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan


objek yang sama dengan Teknik dan Konsep yang berbeda. Peneliti menggunakan

yaitu Analisis Konten dan Teknik Hermeutika untuk menganalisis objek penelitian.

Penelitian ini menganalisa kepribadian tokoh Ibu yaitu Paolo Saverini dalam cerpen

Une Vendetta karya Guy De Maupassant

Ketiga. Penelitian oleh Heni (2019, STIKOM Uyelindo Kupang) dengan

judul “Analisis Psikologi Objektif Tokoh Madame Baptiste dalam Cerpen Madame

Baptiste” Dalam penelitian ini peneliti meneliti objek yang sama yaitu tokoh utama

dalam cerpen dengan pendekatan psikologi dan unsur instristik untuk menganalisis

kepribadian tokoh utama. Penulis menggunakan teori psikologi dari Lacan untuk

meneliti kondisi kejiwaan tokoh utama Madame Baptiste. Hasil dari penelitian ini

menyimpulkan bahwa pembentukan karakter dan keadaan psikologi seseorang di

mulai dari keluarga kemudian ke lingkungan masyarakat. Penulis menjabarkan bahwa

tokoh utama sama sekali tidak mempunyai keluarga yang mendukung dan masyarakat

yang tidak peduli menghasilkan individu yang tidak sehat secara mental.

2.2 Valeur Intrinsèque ( Unsur Instrinsik)

2.2.1. Personnages ( Tokoh atau Penokohan)

Tokoh atau penokohan adalah suatu unsur yang penting dalam cerita. Tokoh

adalah pelaku penting dalam sebuah cerita dan dapat menghidupkan suatu cerita.

Tokoh merupakan pelaku yang memerankan kejadian kejadian yang diinginkan oleh

penulis. Tokoh juga menjadi salah satu sarana bagi penulis untuk menyampaikan
tema dari cerita. Tokoh juga dapat menggambarkan latar belakang penulis yang

kemudian dituangkan ke tokoh yang ia tulis. Tokoh juga diciptakan penulis dengan

penokohannya, bila tokoh adalah pelaku cerita maka penokohan adalah cara

sastrawan menampilkan tokoh seperti yang dikutip dari Aminuddin dalam (Leli Nisfi

Setiana, 2017) Penokohan dapat disebut pula sebagai karaterisasi atau perwatakan..

Sifat yang melekat pada seorang tokoh tercermin pada pikiran, ucapan, dan

pandangan tokoh terhadap sesuatu.

2.2.2. Setting

Latar cerita merupakan suatu hal yang penting dan dapat mempengaruhi

sebuah cerita. Menurut ( Kusnadi, Dkk. 2009) latar tempat maupun latar waktu dalam

karya sastra sendiri dapat mempengaruhi keseluruhan dari inti cerita. Latar atau

setting cerita pun dapat membantu dan menghidupkan cerita yang dibuat oleh penulis.

Latar atau setting cerita juga dapat mempengaruhi kepribadian ataupun jiwa seorang

tokoh, Abrams dalam ( Nurgiyantoro, 2003) memberi pengertian latar cerita adalah

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan. Di dalam pengertian latar cerita juga dapat dibedakan menjadi latar

tempat, waktu, dan sosial.

Menurut Aminuddin dalam ( Eli Fitriani, 2013) menjelaskan bahwa latar

tempat sesuatu bersifat fisikal dan berhubungan dengan tempat, misalnya kota Paris

daerah pedesaan, pasar, sekolah, dan lain-lain yang tidak memberi suasana apa-apa..
Latar waktu menurut (Nurgiyantoro, 2002) menjelaskan bahwa penggolongan waktu

dalam sebuah cerita dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Lampau, yang dapat berarti waktu yang telah lewat.

2. Kini, dapat berarti sekarang atau sedang berlangsung sekarang.

3. Akan, dapat berarti nanti, besok, lusa, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa waktu adalah

sesuatu yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam cerita.

Sedangkan latar sosial dijelaskan dalam Leli Fitriani oleh (Sudjiman, 2005)

bahwa latar sosial dapat mencakup penggambaran keadaan sosial masyarakat, adat

kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan yang melatari peristiwa. Latar sosial lebih

menggambarkanhal-hal yang berhubungan dengan perilaku dan kehidupan sosial

masyarakat dalam suatu cerita. (Nurgiyantoro, 2002). Tata cara kehidupan sosial

masyarakat mencakup kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan

hidup, cara berfikir maupun cara bersikap. Selain itu hubungan status sosial tokoh

juga mempengaruhi misalnya, rendah, menengah, dan atas.

2.3 Psychologie de la littérature (Psikologi Sastra)

Kritik sastra pada awalnya hanya memiliki dua jenis yaitu pendekatan moral

dan pendekatan formal tetapi dengan seiring perkembangan waktu dan ilmu
pengetahuan kritik sastra mengalami berkembangan. Menurut Hardjana dalam

( Arina Destinawati, 2012) kritik sastra yang semula dapat digolongkan menjadi dua

pendekatan saja –pendekatan moral dan pendekatan formal- telah berkembang

menjadi paling sedikit lima macam pendekatan, dengan tambahan tiga pendekatan

baru yakni pendekatan psikologi, sosiologi, dan mitos dan arketipe. Dalam

perkembangannya pendekatan pada kritik sastra hanya bertambah dua pendekatan

saja yaitu pendekatan psikologi dan pendekatan sosiologi. Hal tersebut dikarenakan

pendekatan mitos dan arketipe merupakan cabang dari pendekatan psikologi.

Menurut Endraswara dalam (Minderop, 2010) psikologi sastra adalah

seusatu yang indah karena tidak hanya menggambar sisi kejiwaan manusia tetapi juga

dapat mengandung banyak intrepretasi. Selain itu daya tarik dari psikologi sastra

salah satunya adalah bagaimana pengambaran masalah manusia di lukiskan dalam

potret jiwa. Tidak hanya potret jiwa dari pengarang itu sendiri tetapi dapat juga

menggambarkan jiwa orang lain. Setiap pengarang selalu menambahkan tidak hanya

pengalaman mereka sendiri tetapi menambahkan pengalaman yang mereka dapatkan

dari orang lain.

Kehadiran psikologi sastra sangat membantu akan pemahaman sastra akan

acuan kejiwaan yang ada dalam karya sastra. Karena gambaran kejiwaan itu terpantul

dalam karya sastra yang kemudian dapat dijadikan sebagai kajian psikologi yang

kemudian menjadi pedoman untuk menulusuri dan menguak kesuluruhan aspek

mental dan batin. Psikologi sastra dapat menjadi media bagi cerminan dunia batin
dari pengarang sebagai gambaran konstruksi sosial dalam kehidupan nyata. Maka dari

itu psikologi sastra dapat diaplikasikan untuk menjadi kajian dalam meneliti puisi,

cerita pendek, novel , drama dan lainnya untuk mempertajam akan realitas

kemanusiaan dalam berbagai bentuk subyektif dalam dinamika kehidupan.

Penelitian psikologi sastra juga memiliki peranan penting dalam pemahaman

akan sastra itu sendiri karena beberapa kelebihan yang ada seperti pentingnya

perkembangan aspek dalam perwatakan yang dikaji lebih mendalam, pendekatan

yang memberikan presepsi lain atas masalah perwatakan yang dikembangkan dan

penelitian yang dapat membantu dalam menganalisis karya sastra yang penuh dengan

masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008)

Menurut (Walek dan Waren, 1995) pengertian psikologi sastra mempunyai

empat kemungkinan. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi. Kedua, Psikologi Sastra yang termasuk sebagai studi kreatif. Ketiga,

Psikologi Sastra menggunakan studi dan hukum-hukum psikologi yang kemudian

diterapkan pada karya sastra. Keempat,

Vous aimerez peut-être aussi